Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Diskursus Jaya Suprana Berpulang

Baca di App
Lihat Foto
DOK. PRIBADI
Jaya Supradi
Editor: Heru Margianto

PADA masa saya sedang waswas setiap saat harus meninggalkan dunia fana akibat pagebluk Corona alih-alih mereda malah makin merajalela, mendadak sontak sang mahapenulis tersohor merangkap mahaguru menulis saya, Eka Budianta, berbagi sebuah pesan singkat lewat medsos berbunyi, “Jaya Suprana Berpulang” .

Pak Eka mengiringi pesan singkat dengan sebuah pertanyaan sekaligus pernyataan “Ini hoax kan Pak Jaya? Saya dan teman-teman tidak percaya!”.

Dengan mengajukan pertanyaan dan pernyataan kepada seorang yang diduga almarhum akibat bepulang terkesan secara paradok Pak Eka konflik dengan diri sendiri dalam hal tidak percaya sekaligus ragu jangan-jangan benar saya berpulang namun bertanya langsung pada yang diberitakan sudah berpulang.

Sementara secara andaikatamologis saya berpulang mustahil saya mampu menjawab pertanyaan Pak Eka.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanya jawab

Karena ditanya dan kebetulan saya belum berpulang maka saya wajib menjawab pertanyaan sesantun mungkin.

“Sebenarnya saya memang sedang menunggu giliran berpulang namun sampai saat saya menulis ini giliran saya belum tiba. Mungkin nanti atau entah kapan saya belum tahu sebab sepenuhnya tergantung Kehendak Yang Maha Kuasa.”

Langsung dijawab Pak Eka, “Sudah saya teruskan pada yang kebingungan - keracunan hoax, Pak. Terima kasih.”

Saya jawab, “Mungkin ada yang kecewa akibat saya belum kunjung berpulang namun harap bersabar karena pada saat yang ditentukan Yang Maha Kuasa saya pasti akan berpulang.“

Pak Eka membalas dengan sticker Jokowi tertawa hahahaha sambil menepuk dahi disertai komentar, “Semua kembali gembira, Pak Jaya!” 

Diskursus

Diskursus Pak Eka dengan saya tentang "Jaya Suprana berpulang" menyadarkan saya atas keabsahan kearifan Jawa bahwa urip iki mung mampir ngombe alias hidup ini hanya singgah minum. 

Setiap saat apalagi pada masa pagebluk Corona saya yang sudah lansia merangkap komorbid memang harus siap berpulang demi meninggalkan dunia fana ini.

Wajar jika ada yang menduga saya berpulang akibat saya memang layak masuk kategori insan tua bangka bau tanah yang sudah berada di tepi liang kubur.

Namun pada hakikatnya berita "Jaya Suprana berpulang" beredar memang paradoksal akibat pada kenyataan saya masih belum berpulang.

Bagi yang tidak kenal saya memang berita "Jaya Suprana berpulang" sama sekali tidak bermakna namun bagi yang mengharap saya berpulang dengan alasan masing-masing jelas kenyataan saya belum berpulang mengecewakan.

Maka hiburan bagi yang kecewa bahwa pada saat naskah ini saya tulis memang kenyataan saya belum berpulang harap bersabar karena setiap saat termasuk pada saat sedang membaca naskah ini bisa saja saya sudah berpulang sesuai dengan Kehendak Yang Maha Kuasa.

Kehendak Yang Maha Kuasa

Selaras kearifan kefanaan hidup di dunia fana ini peristiwa diskursus "Jaya Suprana berpulang" menyadarkan diri saya bahwa saya hanya sesosok mahluk yang sama sekali tidak berdaya apa pun sehingga wajib senantiasa bahkan niscaya tunduk kepada Kehendak Yang Maha Kuasa.

Mohon dimaafkan bagi yang keliru menganggap saya tidak serius menghadap berpulang sebenarnya saya serius bahkan sangat serius dalam meyakini bahwa setiap saat Yang Maha Kuasa dapat mewujudkan KehendakNya bahwa saya harus meninggalkan dunia fana ini.

Sama sekali tidak ada alasan bagi saya untuk takabur bahwa pada saat naskah ini saya tulis saya masih hidup.

Hidup atau mati saya sepenuhnya tergantung pada Kehendak Yang Maha Kuasa. Maka sambil menanti saat akhir hayat dikandung badan, saya berdendang mahalagu Indonesia Pusaka mahakarya Ismail Marzuki “di sana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda, tempat berlindung di hari tua, tempat akhir menutup mata”.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi