Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situasi Kritis Covid-19 dan Pentingnya Menyaring Informasi di Dunia Maya

Baca di App
Lihat Foto
OcusFocus
Ilustrasi media sosial cyber bully
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Kasus Covid-19 di sejumlah daerah di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, terutama Juni hingga awal Juli 2021 ini.

Bahkan, hampir setiap hari, penambahan kasus secara nasional selalu melampaui jumlah yang dilaporkan hari-hari sebelumnya.

Selama pandemi ini, banyak beredar informasi seputar virus corona dan Covid-19. 

Baca juga: Situasi Covid-19 Kian Kritis, Epidemiolog: Kalau Cuma Begini-begini Saja, Kita Akan Hancur...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana kita menyaring informasi di dunia maya?

Menurut pengamat media sosial Enda Nasution, situasi krisis memang menyebabkan kebingungan informasi karena begitu banyak yang beredar di media sosial maupun di aplikasi pesan seperti WhatsApp.

Sehingga, diperlukan sejumlah strategi agar dapat menerima informasi-informasi itu dengan baik.

"Mungkin bisa dari orang-orang yang memang kita percaya atau memang kita pilih dari sumber-sumber yang memang bisa diverifikasi misalnya. Atau memang yang berulang kali atau datang dari beberapa sumber," kata dia, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

Dengan demikian, informasi yang kita terima adalah informasi yang benar-benar akurat dan bisa dipertanggungjawabkan.

Enda mengungkapkan, kita sebaiknya tidak langsung percaya terhadap unggahan atau konten yang ada di media sosial ataupun WhatsApp grup (WAG).

Dia mengibaratkan, "diskon" dulu kebenarannya 50 persen.

"Jadi sudah pasti jangan disebar sampai dikonfirmasi sendiri atau ada yang mengonfirmasi. Caranya ya tadi, cari sumber lain yang terpercaya, mungkin media, teman, keluarga yang lebih tahu, atau ke pakarnya langsung," ujar Enda.

Baca juga: Setelah Unduh, Jangan Sebar Sertifikat Vaksin Covid-19 ke Media Sosial

Banyak beredar unggahan soal testimoni

Secara terpisah, pakar media sosial yang juga pendiri Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi mengatakan, yang kini banyak beredar di media sosial salah satunya soal testimoni dan pengalaman orang yang divaksin.

Hal itu sejalan dengan digalakkannya program vaksinasi Covid-19 secara gratis oleh pemerintah.

"Dan ketika banyak informasi yang beredar berdasarkan pengalaman, kadang tentang vaksin, misalkan vaksinnya AstraZeneca, itu kan bikin panas, terus kemudian orang beropini macam-macam, padahal itu kan reaksi normal," kata Ismail.

"Nah wajar masyarakat khawatir, itu wajar. Jadi di sini ada masukan juga yang harus dilakukan pemerintah, yaitu harus menggalakkan lagi ketika pakai vaksin AstraZeneca misalnya, ini dampaknya apa," lanjut dia.

Sehingga, jika muncul informasi yang tidak jelas di media sosial, akan tersedia narasi kontra mengenai hal itu.

Ismail menyarankan, bagi mereka yang sudah memiliki kesadaran untuk mencari informasi, sebaiknya mencarinya dari sumber-sumber yang berbasis ilmu pengetahuan.

"Karena bagaimana pun banyak beredar yang sifatnya testimoni dan itu tidak ada metodologi ilmiahnya, enggak ada sainsnya. Makanya buat masyarakat jangan ikuti yang sifatnya testimoni, cari yang berbasis sains," ujar Ismail.

Baca juga: Insecure Melihat Unggahan Orang Lain di Media Sosial, Kok Bisa?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi