Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panduan Isolasi Mandiri Pasien Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
FREEPIK
Ilustrasi isolasi mandiri.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Kasus aktif Covid-19 di Indonesia yang mencapai 359.455 membuat banyak rumah sakit kewalahan.

Akibatnya, pasien Covid-19 tanpa gejala dan bergejala ringan diminta untuk melakukan isolasi mandiri di rumah, demi mengurangi beban rumah sakit.

Namun, isolasi mandiri itu tak selamanya berjalan mulus.

Beberapa di antaranya bahkan menimbulkan klaster baru di tingkat keluarga karena kurangnya pemahaman dalam melakukan isolasi mandiri.

Berikut panduan isolasi mandiri pasien Covid-19 dari Kementerian Kesehatan:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Hari Satelit Palapa 9 Juli, Sejarah dan Perkembangan Teknologi Satelit

Panduan isolasi mandiri

Dalam Surat Edaran Nomor HK.02.01/Menkes/202/2020, disebutkan ada beberapa hal yang harus dilakukan saat menjalani isolasi mandiri.

  1. Tinggal di rumah dan jangan pergi bekerja atau ke ruang publik.
  2. Gunakan kamar terpisah di rumah dari anggota keluarga lainnya. Jika memungkinkan, upayakan menjaga jarak dari anggota keluarga lain.
  3. Gunakan selalu masker selama masa isolasi mandiri.
  4. Lakukan pengukuran suhu harian dan observasi gejala klinis, seperti batuk atau kesulitan bernapas.
  5. Hindari pemakaian bersama peralatan makan, perlengkepan mandi, dan seprai.
  6. Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan mengonsumsi makanan bergizi, melakukan kebersihan tangan rutin, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
  7. Berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi.
  8. Jaga kebersihan rumah dengan cairan disinfektan.
  9. Hubungi segera fasilitas pelayanan kesehatan jika memburuk agar mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Baca juga: Indonesia Turun Kelas, Apa Dampaknya? Sulit Cari Kerja hingga Tua Sebelum Kaya

Perlu dicatat, jika kadar oksigen 90 persen atau lebih, tetapi di bawah 94 persen, segera hubungi tenaga kesehatan atau minta perawatan di rumah sakit.

Petugas kesehatan mungkin akan memberikan resep steroid. Jika demikian, ikuti instruksinya dengan ketat dan jangan melakukan pengobatan sendiri.

Apabila kadar oksigen di bawah 90 persen, itu berarti pasien mengalami Covid-19 berat. Segera hubungi penyedia layanan kesehatan atau minta segera dirawat di rumah sakit.

Gunakan oksegen dan minum steroid sesuai anjuran tenaga kesehatan jika tidak bisa segera dirawat di rumah sakit.

Jika mengalami demam, nyeri otot, atau sakit kepala, pasien isoman bisa minum parasetamol dengan petunjuk tenaga kesehatan.

Imbauan dari Satgas IDI

Terkait PHBS, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoeban mengimbau pasien untuk tidur 8 jam setiap hari dan olahraga 150 menit seminggu.

"Artinya cukup tidur, usahakan 8 jam setiap hari, olahraga 150 menit seminggu atau setengah jam setiap hari," kata Zubairi, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

"Setiap kali makan harus ada sayur dan buah, hindari rokok, alkohol. Alkohol mengurangi daya tahan kita secara signifikan, sehingga menyebabkan Covid-19 semakin berat," tambahnya.

Selain itu, pasien yang menjalani isolasi mandiri juga sebaiknya melakukan rontgen thorax untuk mengetahui adanya kemungkinan radang paru atau pneumonia.

Meski tanpa gejala, Zubairi menyebut sebagian pasien Covid-19 tetap bisa memiliki pneumonia.

Hal tersebut berpotensi membuat kondisi pasien menjadi berat dan memerlukan bantuan oksigen.

"Itu sebagian akan menjadi berat, memerlukan oksigen, satu dua memerlukan ICU. Jangan sampai terlambat," tutup dia.

Baca juga: Isoman karena Covid-19, Kapan Memutuskan Harus ke RS?

Lapor ke Puskesmas

Sementara itu, ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, seorang pasien yang dinyatakan positif Covid-19 dan menjalani isolasi di rumah, seharusnya sejak awal melapor ke Puskesmas.

Sebab, tanpa adanya koordinasi dengan Puskesmas justru akan merepotkan diri sendiri jika terjadi suatu kondisi yang tak diinginkan.

"Dengan demikian bila terjadi suatu hal, puskesmas sudah ada informasi awalnya. Hal ini mengurangi masalah," kata Tonang, dikutip dari Kompas.com.

"Bila sebelumnya tanpa koordinasi, itu yang menjadi masalah. Harus ribet dulu mengurus segala sesuatunya. Jadi lambat responnya," tutup dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi