Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Penyemprotan Disinfektan di Jalan Raya, Epidemiolog: Tidak Efektif

Baca di App
Lihat Foto
(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) menyemprotkan disinfektan di sepanjang jalan protokol dari monas sampai bunderan senayan di Jakarta, Selasa (31/3/2020). Penyemprotan disinfektan dalam rangka mitigasi pencegahan virus corona (COVID-19).(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Seiring melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia satu bulan terakhir, banyak upaya yang dilakukan untuk membasmi virus corona.

Salah satunya adalah menyemprotkan disinfektan di sepanjang jalan atau tempat-tempat terbuka.

Baca juga: Mengenal Apa Itu PPKM Darurat dan Bedanya dengan PPKM Mikro

Namun, apakah hal itu efektif membasmi virus corona?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, disinfektan memiliki dampak yang sangat kecil dalam membasmi Covid-19.

"Sudah semakin terbukti bahwa itu tidak efektif. Yang bisa dilakukan ya cukup dibersihkan atau dilap saja," kata Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (10/7/2021).

"Disinfektan itu kan tersebar dan cenderung memiliki dampak buruk pada lingkungan," sambungnya.

Baca juga: Viral, Video Motor Terbakar karena Disemprot Disinfektan, Bagaimana Bisa?

Buang-buang uang

Untuk itu, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah membersihkan permukaan benda yang sering disentuh orang.

Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo menyebut disinfektan di jalan raya hanya buang-buang uang saja.

"Jalanan kalau disemprot tidak ada gunanya, efektivitasnya kecil karena orang tidak akan berjalan di jalan raya. Terus untuk apa disemprot di situ?" kata Windhu, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Baca juga: Kenali, Ini Perbedaan Batuk Biasa dengan Batuk Gejala Covid-19

Menurutnya, disinfektan hakikatnya untuk mencegah penyebaran Covid-19 melalui droplet atau tetesan.

Droplet keluar dari tubuh manusia lewat batuk, bersin, dan sebagainya. Lalu, droplet bisa menempel di berbagai tempat.

Karena itu, ia lebih setuju pencegahan itu dilakukan dengan membersihkan benda-benda yang sering disentuh manusia, misalnya gagang pintu, tombol lift, dan kran air.

Baca juga: Informasi Apa Saja yang Ada di Sertifikat Vaksinasi Covid-19? Unduh dengan Cara Berikut

Risiko kesehatan

Windhu pun tak menyarankan penyemprotan di jalan raya, pada tubuh manusia, dan pepohonan.

"Kalau kita naik mobil, yang disemprot jalannya, lho siapa yang akan merangkak di situ dan menempelkan virus, kan tidak. Duitnya keluar banyak tapi efektivitasnya rendah. Jadi harus logis," jelasnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya juga memperingatkan bahwa penyemprotan disinfektan di jalanan justru menimbulkan risiko kesehatan.

"Penyemprotan atau pengasapan di ruang terbuka, seperti jalan-jalan atau pasar tidak disarankan untuk membasmi virus Covid-19 atau patogen lain karena disinfektan tidak efektif jika terkena debu atau kotoran," terang WHO, dikutip dari Kompas.com.

"Bahkan dengan tidak adanya bahan organik, penyemprotan bahan kimia tidak mungkin cukup meliputi semua permukaan selama durasi waktu untuk membasmi patogen," sambungnya.

Baca juga: Viral, Video Lembaran Kertas Kartu Vaksin Covid-19, Apa Fungsinya?

Menurut WHO, jalanan dan trotoar tidak dianggap sebagai reservoir infeksi Covid-19.

Penyemprotan klorin atau bahan kimia beracun lainnya pada orang dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit, bronkopasme, dan efek gastrointestinal, tambahnya.

Induk kesehatan dunia itu juga memperingatkan bahaya penyemprotan dan pengasapan disinfektan ke permukaan di dalam ruangan, mengutip sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa itu tidak efektif.

"Jika disinfeksi dilakukan, harus dengan kain atau lap yang telah direndam dengan disinfektan," terangnya.

Baca juga: Menilik Posisi Kasus Covid-19 di Indonesia Dibandingkan dengan Negara Lain

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Bahaya Penyemprotan Disinfektan ke Tubuh Manusia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi