Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seminggu PPKM Darurat Kenapa Angka Kasus Masih Tinggi? Ini Evaluasi Epidemiolog

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/IKA FITRIANA
PPKM adalah singkatan dari Perberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Akses jalan menuju kawasan Taman Wisata Candi Borobudur Magelang, Jawa Tengah, ditutup selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Penutupan yang dimulai pada Rabu (7/7/2021) sampai Selasa (20/7/2021) itu bertujuan untuk membatasi mobilitas masyarakat.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat telah berjalan selama lebih dari sepekan.

Diketahui, PPKM Darurat berlaku pada 3-20 Juli 2021 untuk seluruh wilayah di Jawa-Bali, baik daerah level asesmen 3 maupun 4.

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman memberikan catatan penting terkait pelaksanaan PPKM Darurat ini.

Baca juga: Ketentuan Terbaru Akad Nikah dan Resepsi Selama PPKM Darurat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih terjadi peningkatan

Menurut Dicky, pertumbuhan kasus (growth rate) masih mengalami peningkatan dari 38,3 persen di awal pelaksanaan PPKM Darurat, menjadi 45,4 persen pada 9 Juli 2021.

Peningkatan juga terjadi pada angka reproduksi virus dari 1,37 persen menjadi 1,4 persen.

"Artinya belum berhasil, karena untuk melihat evaluasi, keberhasilan intervensi ya dari dua ini terutama," kata Dicky kepada Kompas.com, Minggu (11/7/2021).

Dicky juga melihat adanya peningkatan angka kematian, dari 219 per 1 juta penduduk menjadi 236 per 1 juta penduduk selama seminggu PPKM Darurat.

Untuk kapasitas testing Covid-19, terjadi peningkatan dari 49,8 per 1.000 orang menjadi 52 per 1.000 orang.

"Ada sedikit peningkatan, tapi ini belum memadai. Bahkan jauh dari memadahi, karena dilihat dari test positivity rate 3 Juli 24,1 persen, per 9 Juni hanya meningkat 26,6 persen," jelas dia.

"Ini menandakan belum memadainya tes, masih belum bisa menjangkau dan menemukan kasus infeksi," sambungnya.

Baca juga: UPDATE: 373.440 Kasus Aktif Covid-19, Rekor yang Kembali Muncul karena Lonjakan Pasien

Test positivity rate

Hal tersebut juga terlihat dari tes untuk setiap satu kasus konfirmasi.

Pada 3 Juli, memerlukan 4,1 tes untuk menemukan satu kasus konfirmasi positif Covid-19 dan turun menjadi 3,8 tes pada 9 Juli 2021.

Menurut Dicky, angka menunjukkan bahwa test positivity rate Indonesia saat ini masih sangat tinggi, belum merata dan setara.

Sebagai perbandingan, perlu 12,1 tes untuk menemukan satu kasus konfirmasi di Malaysia, 80 tes di Vietnam, 6.596 tes di Singapura, dan 8,5 tes di Filipina.

"Semakin banyak tes dilakukan untuk menemukan satu kasus positif, berarti semakin bagus dan terkendali. Untuk itu posisi kita masih kritis," ujarnya.

Dicky menuturkan, data tersebut harus dijadikan modal pemerintah untuk terus melakukan perbaikan, guna mencegah potensis ledakan besar di akhir Juli 2021.

Ia mengingatkan, esensi PPKM Darurat sebelumnya yang disampaikan penguatan 3T, vaksinasi, dan pembatasan.

Baca juga: Kapan Pasien Isoman Covid-19 Harus ke RS? Ini Penjelasan Ahli

Penyebab tingginya angka kematian

Dicky juga menjelaskan, salah satu penyebab tingginya angka kematian di Indonesia adalah kegagalan 3T (testing, tracing, treatment) dalam menemukan kasus secara dini dan cepat di masyarakat.

"Makanya 3T itu ditingkatkan, 500.000 (test) itu minimal dan secara merata. Saya lihat daerah ini belum semuanya memiliki komitmen," kata dia.

"Kunjungan ke rumah-rumah juga penting untuk menemukan kasus infeksi di rumah-rumah di masyarakat, sehingga bisa cepat ditangani agar angka kematian bisa dikurangi," lanjutnya.

Dicky mengatakan, testing merupakan tumpuan dalam menemukan dan menyelesaikan kasus serta potensi penularannya.

"Jangan takut menemukan kasus, karena kalau tidak ditemukan ya nanti tiba-tiba meningkat karena tidak bisa mengendalikan pandemi," ujarnya.

"Penerapan PPKM Darurat ini harus dilakukan secara maksimal, didukung semua pihak. Situasi ini sudah sangat kritis dan menuju semakin kritis," tutupnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi