Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 30 Mei 2021

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Komunitas dan Pembentukan Karakter Bangsa

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY.COM/ GERD ALTMANN
Ilustrasi.
Editor: Heru Margianto

MUHAMMAD Faisal dalam bukunya Generasi Kembali ke Akar: Upaya Generasi Muda Meneruskan Imajinasi Indonesia tahun 2020 mengatakan, generasi muda Indonesia akan kembali ke akar ke-Indonesiaannya.

Ia menjelaskan, sebuah generasi tidak akan bertumbuh jika tidak didasari akar yang kuat. Akar inilah yang nantinya akan dicari oleh para generasi muda kita.

Selain itu, mereka akan kembali memegang peranan penting dalam memajukan Indonesia terutama dalam era bonus demografi. Terlebih, data dari BPS 2020 mengatakan bahwa pemuda Indonesia berjumlah 145, 39 juta.

Jumlah yang banyak ini harusnya bisa menjadi aset bangsa. Jumlah ini kiranya kalau negara mampu memanfaatkannya dari sekarang, dampak positif dari bonus demografi akan kita nikmati.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, terlepas dari jumlah yang melimpah ini, pemuda Indonesia saat ini sadar bahwa mereka bisa berkontribusi dan berperan penting dalam pembangunan Indonesia.

Pemuda punya kesadaran dan semangat nasionalisme yang tinggi. Mereka ingin menjadi bagian aktif bukan pasif dalam pembangunan bangsa.

Terlebih, generasi muda juga gandrung terhadap tujuan mereka hidup di dunia. Setiap manusia memiliki tujuan hidupnya dan pemuda Indonesia menganggap tujuan hidup ini sangat penting untuk mereka bisa berkontribusi.

Komunitas memberikan purpose

Untuk suatu perubahan yang besar bagi bangsa ini, tentunya perlu dimulai dari gerak langkah sederhana dan nyata oleh setiap dari kita. Sangat menyenangkan bisa berbuat suatu hal positif secara “berjamaah”.

Tenaga individu tidak banyak terkuras, karena banyak orang yang punya kepedulian terhadap suatu hal yang sama dengan kita.

Negeri ini butuh banyak “superhero” yang saling bekerja sama dan membuat kontribusi nyata bagi bangsa ini. Membentuk komunitas bisa jadi hal yang sangat menyenangkan, apabila kita dapat mengelolanya dengan cara yang baik dan benar.

Ketika bergabung dalam komunitas, ada perasaan to be part of something bigger. Kita mengetahui kalau bergabung ke dalam komunitas akan membuat keberadaan kita menjadi lebih bermakna.

Kita menjadi lebih peduli terhadap situasi lingkungan dan lebih empati terhadap orang lain. Kita menjadi being part of country not just having a country.

Dalam kata-kata seorang filsuf Erich Fromm, memiliki (having) lebih bersifat tempelan, sesuatu yang melekat, tetapi tidak menunjukkan kualitas seseorang.

Misalnya, kita berkewarganegaraan Indonesia, namun kita tidak menunjukkan bagaimana kualitas kita menjadi seorang warga Negara dalam bentuk kontribusi. Dengan bergabung dengan komunitas, kita menjadi (to be) seorang warga Negara Indonesia yang peduli dengan lingkungannya.

Oleh karena itu, sebagai pemuda, masa muda kita jangan hanya diisi kegiatan yang tidak produktif namun juga menyumbang tenaga dan pikiran pada lingkungan sekitarnya, tempat dirinya dilahirkan, tumbuh, dan besar untuk memberikan manfaat positif bagi daerahnya.

Lutfiya Al-Qur’ani, misalnya, membuktikan ini di saat menjadi mahasiswa. Keaktifkannya dalam pengembangan pemuda ASEAN menjadikannya sebagai salah satu inisiator ASEAN Youth Leaders Association (AYLA) dan pada tahun 2015 menjadi ketua AYLA.

Angga Fauzan juga demikian, menginisiasi Boyolali Bergerak saat masih menjadi mahasiswa ITB tahun 2016 untuk mengembangkan anak-anak di Boyolali dengan kegiatan bermanfaat seperti mentoring untuk perkuliahan dan kegiatan sayang anak, sebuah kegiatan untuk membantu siswa kurang mampu.

Ada juga komunitas yang memiliki nama unik, yakni Senabung Indonesia yang digagas Roby Zularham, Ilham Caturrahman, dan Bagas Adi Syahputro. Awalnya, gerakan ini sebatas memberikan nasi bungkus gratis setiap hari Jumat. Akan tetapi, gerakan ini meluas mulai dari pendidikan, wakaf air bersih, membagikan sembako, dan kontribusi lainnya.

Komunitas sebagai katalisator perubahan

Begitu banyak pergerakan dari sebelum dan setelah 75 tahun Indonesia merdeka, sudah pasti mengalami berbagai macam transisi di berbagai lini kehidupan: politik, ekonomi, sosial, dan bahkan budaya.

Dengan alasan inilah, Indonesia telah melahirkan begitu banyak komunitas, tidak hanya satu, sepuluh (10), atau seratus (100), tetapi ribuan komunitas telah lahir di negara ini atas dasar kesamaan kondisi, ide, budaya, serta pengalaman.

Salah satunya adalah komunitas pendidikan Gerakan Mengajar Desa yang dibentuk Gardian Muhammad, yang berjuang untuk meningkatkan indeks pendidikan di Kota Cianjur yang masih rendah sehingga dibutuhkan banyak anak muda untuk membantu.

Gerakan ini berhasil menggerakkan ratusan relawan untuk mengajar di 100 desa di kota Cianjur. Pada saat pendaftaran relawan pada tahun ini, jumlah pendaftar mencapai 2.067 dari 27 kabupaten/kota yang awalnya hanya menargetkan 1.350 orang.

Salah satu peran vital dari komunitas adalah sebagai suara dan aspirasi terhadap berbagai hal, termasuk kepedulian mengenai berbagai isu sosial yang tengah terjadi di masyarakat. Apabila dikelola secara profesional dan fokus, akan besar sekali kontribusinya kepada bangsa.

Suatu komunitas yang bergerak dalam bidang bisnis dan wirausaha bahkan bisa mendapatkan perhatian bank pemerintah dan kementerian tertentu untuk menggarap suatu proyek kemasyarakatan yang memiliki dampak positif bagi banyak orang.

Indonesia merupakan negara yang memiliki pengaruh kuat di ASEAN bahkan tingkat internasional. Oleh sebab itu, dibutuhkan peran serta komunitas dari berbagai bidang untuk mendukung setiap program pemerintah.

Suatu negara dapat menjadi negara maju, karena rakyatnya berpikir dan diikuti dengan tindakan nyata.

Nah, menggagas dan tergabung dalam komunitas menjadi salah satu cara efektif untuk membantu negara ini pulih dari berbagai macam “penyakit”nya.

Andi Hakim membuat Jejak Seribu pada tahun 2016 yang bertujuan untuk mengintensifkan keterlibatan pemuda dan masyarakat diseluruh wilayah Kepulauan Seribu.

Organisasi ini memiliki visi untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik melalui program yang terintegrasi di bidang pendidikan, pariwisata, dan lain sebagainya.

Lain halnya dengan komunitas Kampoeng Doelanan Surabaya yang digagas Mustofa Sam. Ia tidak fokus ke dalam permasalahan seperti lingkungan, tapi ia ingin memperbaiki kualitas interaksi dan keharmonisan di tengah gegap gempitanya teknologi.

Kampoeng Doelanan ini juga bertujuan agar hubungan interaksional baik kepada orang tua, teman sebaya, dan sebagainya berlangsung pada tutur bahasa yang baik, bukan dengan bahasa yang kasar.

Handika Surbakti bersama teman-temannya membuat Medan Youth Forum di Medan. Medan Youth Forum yang didirikan tahun 2016, memiliki semangat untuk mengembangkan pemuda Medan yang punya ilmu tapi tidak tahu mau berbagai dengan siapa dan yang kekurangan informasi.

Komunitas perkuat pendidikan karakter

Pendidikan karakter tidak hanya lahir di ruang sekolah dan ruang formalitas. Pendidikan karakter akan semakin menjadi utuh, terbentuk sempurna, dan menyeluruh bila sikap-sikap positif di atas juga dipraktekkan dalam komunitas sekitar, baik keluarga, pertemanan, maupun kesamaan minat, hobi, dan bakat.

Dengan memiliki kesamaan minat, hobi, dan bakat bersama, anggota komunitas bisa saling mengingatkan bila ada rekannya yang melenceng dari visi misi komunitas.

Kerjasama dengan berbagai pihak dibutuhkan untuk pengembangan pendidikan karakter seorang pemuda.

Salah satunya M. Arif Rahman Hakim, yang punya kepedulian terhadap TKI dan membuat komunitas English Academy Bengkulu. English Academy Bengkulu ialah komunitas belajar bahasa inggris untuk para pekerja Indonesia di Penang untuk mengurangi stigma negatif bahwa TKI pun juga bisa menghasilkan karya.

Erwin Setiawan juga menggagas Tangerang Muda, sebuah komunitas yang mempunyai semangat untuk berkontribusi di empat sektor: pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan dedikasi. Programnya meliputi kunjungan sosial ke panti jompo, melaksanakan donor darah, dan lain sebagainya.

Selain itu, ada komunitas Emancipate Indonesia yang didirikan oleh Margiantha Surahman. Mereka bergerak dalam menyelesaikan isu perbudakan modern dan memimpikan dunia tanpa perbudakan.

Kegiatan mereka pun bermacam-macam, mulai dari kajian, mengadakan seminar, dan lain-lain.

Lain halnya dengan komunitas yang dibuat Marsya Gusman, womenpedia.co. Semangat womenpedia.co adalah bagaimana perempuan bisa punya skill yang dibutuhkan agar bisa berkontribusi di berbagai bidang serta menghasilkan pemimpin perempuan yang dibutuhkan.

Program yang dibuat pun berupa workshop dan kelas juga mewadahi perempuan untuk berjejaring sehingga bisa berkontribusi bagi negara dan meningkatkan kemampuan diri.

Hanina Maulidha mendirikan komunitas Speak up now  sebagai wadah untuk meningkatkan kepercayaan diri buat anak dan remaja agar memiliki konsep diri yang positif dengan pendekatan psikologi anak dan remaja.

@speak.project juga punya fokus sendiri. Komunitas usaha yang digagas Sandika Dewi ini ingin meningkatkan kemampuan komunikasi dengan melakukan kelas jurnalistik, MC, public speaking, dan juga workshop dengan para pakar.

Melalui komunitas, seseorang melatih sikap empati, simpati, kepekaan, kepedulian, saling menolong, saling berbagi, bertukar pikiran, melatih kebersamaan, mengasah persatuan, dan kesatuan, serta mengembangkan keterampilan yang diinginkan secara gratis dan saling menguntungkan.

Kekuatan itu ada bersama dengan persatuan dan kesatuan. Seperti ibadah berjamaah, dimana yang pahala yang didapatkan jauh lebih banyak daripada sendirian.

Adanya kerja sama dari berbagai pihak sangat diharapkan demi kemajuan dan kebangkitan Indonesia karena budaya bangsa kita adalah gotong-royong.

Wendell Berry, seorang penulis dan columnist terkenal, dalam essai-nya yang berjudul The Art of The Common Place: The Agrarian Essay, mengungkapkan, komunitas dalam beberapa kepentingan yang lebih luas mampu berperan aktif dalam mengubah tatanan kemasyarakatan suatu bangsa menjadi yang lebih baik, mampu ikut berperan dalam restrukturisasi perekonomian, bahkan mampu bersama pemerintah menjadi penggerak dalam menentukan fondasi politik suatu bangsa.

Melalui begitu banyak penelitian dan tulisan tentang komunitas, dapat secara sederhana disimpulkan, bahwa komunitas merupakan penggerak bangsa untuk satu suara dan satu cita-cita.

Karena dengan satu suara dan satu cita-cita, maka segala yang tampak berat menjadi ringan dan segala yang tidak mungkin terasa menjadi sangat mungkin. Karena itu, mari kita terus bergerak memperjuangkan masa depan bangsa yang lebih baik!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi