KOMPAS.com - Berita duka yang hadir silih berganti di masa pandemi bisa mengusik kesehatan mental semua orang.
Serangan panik atau panic attack, adalah yang paling banyak menghinggapi masyarakat, baik yang terkena Covid-19 maupun yang tak terkena Covid-19.
Panic attack adalah munculnya rasa takut atau gelisah berlebihan secara tiba-tiba. Menurut Danti Wulan Manunggal S.Psi, Associate Psychologist Ibunda.id, pencetus atau trigger lahirnya serangan panik bisa bermacam-macam.
"Mulai dari berita duka yang datang bertubi-tubi, ketakutan karena hasil uji swab positif Covid-19, berita hoax yang terus-terusan ada dan dianggap sebagai kebenaran yang menakutkan, semuanya bisa memperparah kondisi mental banyak orang," ujar Danti Wulan kepada Kompas.com, Rabu (14/07/2021) petang.
Baca juga: Stres di Masa Pandemi, Lakukan Ini untuk Jaga Kesehatan Mental
Efek serangan panik
"Kemudian tubuh akan menghasilkan zat kimia yaitu adrenalin yang memicu peningkatan detak jantung, frekuensi napas, dan aliran darah ke otot," ujar Danti Wulan.
Kondisi ini adalah kondisi alami yang muncul sebagai tanda bahwa tubuh tengah mempersiapkan diri untuk melawan atau menghindar dari situasi tertekan.
Nah, efek dari serangan panik secara fisik adalah tubuh akan mengalami perubahan pola napas, gemetar, berkeringat, dilanda rasa takut berlebihan, mual, juga kepala pusing.
Tentu saja hal ini berbahaya bagi pasien dan non pasien Covid-19. Karena kepanikan justru bisa menurunkan imun, menambah atau memperparah gejala, hingga menurunkan saturasi oksigen.
Baca juga: Mengenal 4 Hormon Kebahagiaan yang Dapat Mendukung Kesehatan Mental
Pencegahan dan penanganan panic attack
- Cari posisi duduk yang nyaman dan aman, kemudian tarik napas panjang melalui hidung, tahan 5 hitungan, hembuskan panjang melalui mulut.
- Kemudian bernapaslah perlahan selama beberapa menit. Ini adalah cara terbaik menurunkan level stres, karena tubuh seolah memberi sinyal pada otak untuk mengistirahatkan tubuh.
- Setelah agak tenang, bisa mengambil air. Minum sebagian, dan sebagian lagi digunakan untuk membasuh wajah agar pikiran lebih segar.
- Jalin komunikasi dengan orang-orang terdekat. Katakan apa yang menjadi ketakutan-ketakutan Anda.
- Jika serangan berkelanjutan, maka sudah saatnya Anda untuk menghubungi tenaga profesional.
Baca juga: 5 Bahan Teh Herbal Unik, Beberapa di Antaranya Bisa Meringankan Stres
- Detox dari sosial media untuk menutup celah datangnya berita hoax yang isinya menyebar ketakutan.
- Mute atau keluar dari grup WhatsApp yang sekiranya berisi informasi-informasi yang selalu membuat tertekan.
- Melakukan hal-hal yang disukai seperti berkebun, menggambar, memasak, menonton film, menulis dan lain sebagainya.
- Makan, minum dan tidur teratur. Usahakan mendapatkan waktu tidur selama 6 hingga 8 jam per hari.
- Olahraga rutin di dalam rumah. Olahraga bisa merilekskan saraf dan otot yang tegang.
- Bertukar kabar dengan teman dan sahabat, menanyakan kondisi kesehatan atau mengenang kejadian-kejadian menyenangkan di masa lalu.
- Yoga atau meditasi. Kegiatan ini akan membantu Anda melatih pernapasan sehingga bisa mengurangi stres.
- Hindari alkohol, minuman berkafein dan juga rokok yang semuanya bisa memicu serangan.
Serangan panik bisa mengenai siapa saja, baik mereka yang sudah terlebih dahulu mengidap anxiety maupun mereka yang tidak pernah mengalami anxiety.
Anxiety adalah gangguan kesehatan mental berupa kecemasan atau ketakutan berlebihan yang biasanya menganggu aktifitas sehari-hari.
Beberapa faktor yang dicurigai sebagai pemicu serangan panik adalah adanya trauma, stres, emosi negatif, juga konsumsi kafein berlebihan.
Baca juga: Menjaga Kesehatan Mental Anak Setelah Setahun Belajar dan Beraktivitas di Rumah
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.