Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Penderita Anxiety, Ini Cara Meredakan Kecemasan di Tengah Kabar Duka

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Anthony Tran
Serangan panik bisa memperburuk kondisi penderita anxiety
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Berita duka yang datang bertubi-tubi di masa pandemi memicu lahirnya serangan panik bagi banyak orang, terutama mereka yang memang sudah memiliki gangguan kecemasan berlebih atau anxiety.

Serangan panik dan cemas berlebih bisa dipicu oleh banyak hal. Mulai dari mendapatkan kabar duka salah satu sahabat atau kerabat berpulang, mendapatkan hasil tes swab positif Covid-19, mendapat kabar salah satu kerabat positif Covid-19, dan masih banyak lagi.

Adanya berita hoax yang memancing ketakutan dan kepanikan juga menjadi salah satu faktor munculnya serangan panik atau panic attack.

Seperti dilansir Kompas.com (15/07/2021), ketika serangan panik muncul otak akan memerintahkan sistem saraf untuk membuat respon melawan atau menghindar.

Efeknya tubuh akan mengeluarkan zat kimia berupa adrenalin yang memicu peningkatan detak jantung, frekuensi napas, dan aliran darah ke otot.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbagai efek ini bisa menambah atau memperburuk gejala jika Anda tengah positif Covid-19. Selain itu, serangan panik juga bisa menurunkan imun secara perlahan namun pasti.

Baca juga: Pencegahan dan Penanganan Serangan Panik di Masa Pandemi

Pencegahan serangan panik untuk penderita anxiety

Menurut Danti Wulan Manunggal S.Psi, psikolog Ibunda.id, serangan panik bisa menimpa siapa saja.

Baik mereka yang sudah mengantongi anxiety maupun mereka yang kesehatan mentalnya baik-baik saja.

Anxiety sendiri adalah gangguan kesehatan mental berupa kecemasan berlebihan yang menganggu aktivitas sehari-hari.

Masa PPKM Darurat yang dipenuhi berbagai kabar buruk akhir-akhir ini tentu saja menjadi momok menakutkan bagi penderita anxiety.

Namun, serangan panik bisa dihindari dengan melakukan upaya-upaya pencegahan berikut ini:

Baca juga: Wabah Corona dan Upaya Meredam Kecemasan Publik

1. Saring informasi

Carilah informasi valid yang berisi berita-berita positif soal masa pandemi. Seperti misalnya soal keberhasilan vaksin, angka tinggi kesembuhan penderita Covid-19, obat-obatan medis dan herbal yang berhasil menyembuhkan Covid, dan lain sebagainya.

Anda juga bisa bergabung dengan support group untuk para penyintas Covid. Di sana Anda bisa berbagi keluh kesah sekaligus mendapatkan banyak ilmu baru.

Yang terpenting, di grup ini Anda tak akan merasa sendiri sebagai pasien atau penyintas Covid.

2. Terus mematuhi protokol kesehatan

Kebanyakan serangan panik datang karena ketakutan akan terpapar Covid. Nah, untuk mencegah hal itu, teruslah mematuhi protokol kesehatan.

Ketika Anda sudah mematuhi seluruh protokol kesehatan, perasaan positif akan terbentuk dengan sendirinya.

Baca juga: Stres di Masa Pandemi, Lakukan Ini untuk Jaga Kesehatan Mental

3. Cari teman cerita

Jika perasaan cemas atau panik makin mengganggu, carilah teman untuk bercerita agar beban pikiran bisa dikurangi.

Anda bisa bercerita kepada orang tua, saudara, sahabat, atau ke layanan konseling daring.

4. Sediakan "me time"

Me time adalah meluangkan waktu untuk diri sendiri agar tubuh bisa bahagia, rileks, dan damai.

Caranya, lakukanlah apa yang menjadi kegiatan favorit. Seperti berkebun, memasak, melukis, mamanggang roti dan lain sebagainya.

Baca juga: Mengenal 4 Hormon Kebahagiaan yang Dapat Mendukung Kesehatan Mental

Penanganan serangan panik pada penderita anxiety

Jika serangan panik datang, Anda bisa melakukan relaksasi dengan teknik pernapasan.

Carilah posisi duduk atau tidur telentang yang menurut Anda paling nyaman. Dengan mata terbuka atau terpejam, tariklah napas panjang melalui hidung. Tahan 5 hitungan, baru hembuskan kembali melalui mulut.

Teknik mengatur pernapasan ini bisa mengirim sinyal kepada otak untuk rileks, karena napas perlahan dan teratur adalah sinyal bahwa tubuh butuh diistirahatkan.

Latihan pernapasan ini bisa meredakan serangan panik sedikit demi sedikit. Menurunkan tingkat stres secara perlahan namun pasti.

Anda juga bisa bercerita kepada orang terpercaya. Atau berlari  untuk konseling atau konsultasi ke tenaga profesional resmi.

"Berkonsultasi dengan dokter sangat disarankan untuk mengetahui kondisi tubuh apakah perlu untuk mengonsumsi obat medis atau berkonsultasi ke psikolog untuk penanganan psikis," begitu pungkas Danti Wulan kepada Kompas.com beberapa hari lalu.  

Baca juga: Menjaga Kesehatan Mental Anak Setelah Setahun Belajar dan Beraktivitas di Rumah

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi