Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Jadi Episentrum Baru Covid-19 di Asia, Ini Pesan Epidemiolog

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL
Ilustrasi virus corona di Indonesia(Shutterstock)
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Indonesia disebut sebagai episentrum baru Covid-19 di Asia.

Bukan tanpa alasan, status itu disematkan setelah rekor kasus harian beberapa hari terkahir menjadi yang tertinggi di dunia, melampau India.

Pada Kamis (15/7/2021), Indonesia melaporkan lebih dari 56.000 kasus baru, sementara India melaporkan lebih dari 39.000 kasus baru. 

Melihat situasi ini, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, status Indonesia sebagai episentrum baru Covid-19 harus diterima dengan kewaspadaan dan direspons dengan melakukan perbaikan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab, kondisi yang lebih buruk diprediksi akan berlangsung hingga akhir Juli 2021.

Baca juga: Indonesia Disebut Episentrum Baru Covid-19 Asia, Epidemiolog Soroti Kebijakan yang Belum Sesuai

Meski tak berlangsung lama, kondisi tersebut akan memakan banyak korban dan berdampak pada berbagai sektor.

"Memang ini tidak akan lama, tapi akan menyakitkan, membawa banyak korban, banyak kepanikan, dan membawa dampak negatrif lain di semua sektor," kata Dicky kepada Kompas.com, Kamis (15/7/2021).

Oleh karena itu, Dicky berharap agar semua pihak saling bahu membahu dan bersiap menghadapi situasi ini.

Strategi berbasis sains dan transparan

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengeluarkan kebijakan dan strategi penanganan pandemi Covid-19 yang berbasis sains.

Ia juga meminta agar pemerintah tidak menyangkal situasi yang ada di Indonesia saat ini.

Menurut Dicky, pengakuan dan transparansi itu justru menunjukkan bahwa pemerintah menguasai masalah dan tahu apa yang harus dilakukan.

"Mohon tidak menyangkal, faktanya ada dan kita harus transparan. Pengakuan itu bukanlah tanda kelemahan, tetapi mengakui kelemahan, kekurangan, keadaan sebenarnya kita, itu menunjukkan bahwa kita menguasai masalah, mengetahui apa yang kita hadapi," jelas dia.

"Tentu artinya kita akan memiliki strategi mana, itu yang harus berbasis sains," lanjut Dicky.

Baca juga: Indonesia Melampaui India, Bersiap Jadi Episentrum Baru Covid-19 Asia

Selanjutnya, pemerintah perlu meningkatkan lagi testing Covid-19 minimal 1 juta orang per hari secara merata di seluruh daerah.

Hal ini dilakukan atas laporan 1.000 kematian akibat Covid-19 beberapa hari yang lalu. Sebab, angka kematian saat ini merupakan dampak dari kasus 2-3 minggu sebelumnya.

Dalam rumus epidemiologi, jumlah kasus yang menyebabkan 1.000 kematian per hari, setidaknya harus ada 120.000-130.000 kasus infeksi. Artinya kasus Covid-19 di Indonesia saat itu telah mencapai lebih dari 100.000 kasus.

Lemahnya testing dan deteksi dini membuat kasus yang ditemukan tak sampai 100.000.

"Itu harusnya dari satu kasus konfirmasi ada 10 kasus kontak yang dicari. Artinya testing-nya 1 juta, ini harus dilakukan secara merata di seluruh daerah," ujar Dicky.

PPKM Darurat dilanjutkan

Terkait pelaksanaan PPKM Darurat, Dicky menilai, perlu diperpanjang minimal selama 6 minggu dengan penguatan isi dan implementasinya.

Selain itu, perlu adanya visitasi atau kunjungan oleh kader-kader civil society untuk menemukan kasus di masyarakat serta memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.

"Sekarang sudah saatnya bahu-membahu, menemukan kasus di masyarakat, memberikan bantuan ketika isoman, dan hal-hal lain terkait fase terapi, karantina, dan pemulihan," kata dia.

Ia juga berpesan kepada seluruh warga agar menaati 5M, yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitasi.

Bagi warga yang memiliki penghasilan bulanan, Dicky meminta agar tetap diam di rumah.

Sementara, bagi orang yang memiliki otorisasi sebagai kepala kantor, ia berharap adanya kebijakan yang mendukung pembatasan.

"Buat yang terpaksa harus keluar rumah karena untuk kehidupan dan belum ada dukungan pemerintah, ya kita berikan keleluasaan itu dengan memberikan juga literasi supaya yang bersangkutan aman, keluargnya aman, masyarakat juga aman," tutur Dicky.

Dengan kebersamaan itu, Dicky meyakini Indonesia bisa melalui masa kritis ini pada akhir Agustus, atau paling lambat akhir September.

Luar Jawa-Bali harus bersiap

Untuk daerah luar Jawa-Bali, Dicky mengingatkan agar selalu bersiap dalam menghadapi situasi buruk akibat Covid-19.

Sebab, dalam situasi seperti ini semua daerah pada dasarnya akan menunggu giliran.

"Jadi jangan sampai tidak belajar dari apa yang dialami Jawa-Bali," ujar dia.

"Oleh karena itu, ini merupakan pesan penting untuk semua wilayah Indonesia bahwa kita harus bersiap dan melakukan strategi pencegahan," kata Dicky.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi