Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Kritik Vaksin Berbayar Indonesia, Ini Alasannya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/istimewa
Kimia Farma Citarum Kota Semarang
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Keputusan pemerintah terkait vaksinasi gotong royong individu berbayar menuai kritik dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Hal ini disampaikan oleh Kepala Unit Program Imunisasi WHO, Ann Lindstrand pada konferensi pers Covid-19 virtual yang diadakan WHO.

Apabila ada masyarakat yang harus membayar, ia khawatir masyarakat paling rentan akan mendapat kesulitan akses terhadap vaksin Covid-19.

"Pembayaran dalam bentuk apa pun dapat menimbulkan masalah etika dan akses, dan terutama selama pandemi ketika kita membutuhkan cakupan dan vaksin untuk menjangkau yang paling rentan," kata Linstrand, Senin (12/7/2021).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Lokasi dan Cara Daftar Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 12-17 Tahun di DKI Jakarta

Lantas, mengapa WHO memberi kritik atas vaksin berbayar?

1. COVAX diberikan gratis

Selama pandemi Covid-19, WHO menjalankan kerja sama internasional COVAX.

Kerja sama COVAX ini melibatkan UNICEF, organisasi dan berbagai negara yang memungkinkan vaksin gratis kepada negara yang membutuhkan.

"Tentu saja mereka memiliki akses vaksin yang gratis, hingga 20 persen dari populasi yang didanai oleh para penyandang dana kerja sama COVAX. Jadi sama sekali tidak dipungut pembayaran dalam pelaksanaannya," jelas Linstrand.

Baca juga: Beda Varian Delta dengan Delta Plus, Ini Penjelasan WHO

2. Ada pendanaan operasional

Selain vaksin, tentu butuh dana yang tak sedikit untuk masalah operasionalnya.

Misalnya, transportasi, logistik, peralatan dan biaya pengiriman.

Akan tetapi, hal itu bisa diatasi dengan mengajukan bantuan pendanaan kepada Bank Dunia.

"Ada pendanaan yang tersedia untuk semua negara AMC melalui bank pembangunan multilateral, bank dunia dan sekarang juga Open Window dengan pendanaan yang cepat dan dapat diakses dari GAVI, dukungan pengiriman COVAX," tutur Linstrand.

AMC adalah advance market commitment, yang merupakan negara yang menjadi sasaran mendapat prioritas vaksin Covid-19.

Baca juga: Mengenal Apa Itu PPKM Darurat dan Bedanya dengan PPKM Mikro

3. Kondisi sedang krisis

Dalam pertemuan yang sama, Kepala Teknik WHO untuk Covid-19, Mike Ryan mengatakan bahwa akses vaksin gratis bagi semua orang sangat dibutuhkan di masa kritis.

Ia menyampaikan fakta bahwa di Asia Tenggara angka kematian hariannya hampir melebihi jumlah kematian harian di India

"Kami telah melihat peningkatan kasus sebesar 44 persen selama seminggu terakhir dan peningkatan kematian sebesar 71 persen," ujar dia.

Indonesia sedang mengalami situasi sulit dengan kasus harian mencapai 6.000 kasus per hari.

"Saya pikir ini menjadi titik bahwa vaksinasi gratis, poin akses dalam kampanye massal vaksinasi untuk mereka yang paling rentan," kata Ryan.

Baca juga: Ramai soal Curhat Rakyat Kecil Minta Jokowi Sudahi PPKM Darurat, Apa Kata Satgas Covid-19?

4. Banyak orang sekarat

Ryan menyampaikan, seharusnya Indonesia memiliki lebih banyak akses vaksin melalui kerja sama COVAX.

Rencana awal adalah dengan memberikan vaksin pada kelompok rentan, seperti tenaga kesehatan dan mereka yang bekerja di garis depan.

"Sayangnya ini tidak berhasil dan sekali lagi kita melihat ratusan, ribuan orang terinfeksi dan lebih penting lagi orang-orang dirawat di rumah sakit dan sekarat yang dapat dan seharusnya dilindungi sejauh ini dalam pandemi ini," imbuh Ryan.

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal Gejala Covid-19 pada Anak-anak

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Ketahui Gejala Covid-19 pada Anak-anak

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi