Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Ribuan Teripang Terdampar di Pantai Sambas, Ini Kata LIPI

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar video viral soal teripang yang terdampar di pinggir pantai
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Video yang memperlihatkan banyaknya teripang/timun laut terdampar di pantai viral di media sosial Facebook.

Akun yang membagikannya adalah Info Sambas, dengan narasi sebagai berikut:

"Teripang. TKP : Sepanjang Garis Pantai di Jawai"

Video itu memperlihatkan teripang berwarna peach yang terlihat di sepanjang pantai.

Hingga Jumat (16/7/2021) sore, video yang diunggah pada 14 Juli itu telah disukai 138 kali, ditayangkan 10.000 kali, dibagikan 90 kali, dan dikomentari 28 kali.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelumnya, pada hari yang sama, akun itu juga mengunggah link Youtube yang memperlihatkan teripang di pinggir pantai.  

"Jutaan Teripang (holothuroidea) muncul secara misterius di Pantai Venesia, Desa Simpang EmpatKabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Rabu (14/7/2021).
Kemunculan hewan tanpa tulang belakang (invertebrata) ini yang bisa disebut Gamat atau lebih familiar disebut Timun Laut tersebut, merupakan fenomena alam langka yang terjadi usai hujan deras disertai ombak besar di kawasan Pantai Venesia," demikian narasi yang tertulis.

Unggahan itu telah disukai 1.000 kali, dikomentari 78 kali, dan dibagikan ulang 111 kali.

Baca juga: Viral, Video Vespa Segway Elektrik Karya Anak Bangsa, Berharap Bisa Produksi Sendiri tapi Terganjal Biaya


Apa yang menyebabkan teripang-teripang itu terdampar di sepanjang pantai?

Tim Teripang Puslit Oseanografi LIPI (Bioekologi, Penginderaan Jauh dan Oseanografi Fisika) telah melakukan penelitian terhadap teripang yang terdampar di sisi utara Pantai Sambas.

Salah satu koordinator Tim Teripang Puslit Oseanografi LIPI (Bioekologi, Penginderaan Jauh dan Oseanografi Fisika) Ismiliana Wirawati menjelaskan, dugaan kuat penyebab kejadian itu adalah upwelling.

"Dugaan kuat kami sementara terkait peristiwa ini adalah terjadi pergerakan massa air dalam ke permukaan (atau disebut dengan upwelling) akibat gelombang tinggi dan arus kuat di malam tanggal 13 Juli dan pada saat terjadi upwelling tersebut bersamaan dengan perilaku timun laut yang sedang aktif keluar dari liangnya," kata Ismiliana kepada Kompas.com, Jumat (16/7/2021).

Dia menjelaskan, timun laut kelompok Caudinidae yang ditemukan adalah kelompok yang memang memiliki ukuran tubuh dewasa relatif kecil.

Selain itu, timun laut memang memiliki pergerakan yang lambat, termasuk kelompok Caudinidae.

Oleh karena itu, saat malam hari sedang keluar dari liang untuk untuk mencari makan, dan terjadi pergerakan arus naik, maka dengan mudah timun laut akan terangkat ke atas dan kemudian terempas hingga ke pinggir pantai.

Ismiliana mengungkapkan, jenis timun laut belum dapat dipastikan karena analisis hanya berdasarkan rekaman video yang beredar.

Dugaannya, timun laut itu termasuk dalam kelompok Caudinidae dengan ukuran panjang tubuh 2-5 cm saat hidup.

Habitat mereka adalah substrat berpasir dengan kedalaman habitat lebih dari 25 m (di lokasi tertentu mencapai 5000 m).

Dia juga mengungkapkan, timun laut itu mempunyai kebiasaan burrowing/membenamkan diri di dalam sedimen pasir. Mereka hanya aktif di malam hari atau hanya keluar dari liang di malam hari untuk mencari makan.

Kelompok timun laut itu bukan termasuk jenis teripang komersil, bukan termasuk teripang gamat, dan tidak bernilai ekonomis di Indonesia.

Ismiliana menjelaskan, pengecekan yang mereka lakukan untuk mengetahui kondisi perairan terkait suhu dan kandungan klorofil secara cepat dilakukan melalui https://worldview.earthdata.nasa.gov/

Akan tetapi, hal itu tidak banyak memberikan informasi karena tutupan awan yang tinggi pada saat kejadian (13 Juli 2021).

Meski demikian, kondisi suhu permukaan perairan disekitar pesisir pantai Sambas menunjukkan suhu normal, kisaran 29-30 derajat Celcius.

"Sebagai perbandingan kami melakukan validasi suhu permukaan laut (SPL) melalui data stasiun pengamatan NOAA disekitar perairan Laut Cina Selatan (https://coralreefwatch.noaa.gov/product/vs/map.php). Hasil menunjukkan bahwa SPL hanya mengalami anomali suhu sebesar 0.6 derajat Celcius dari rata rata suhu bulanan, namun masih pada kisaran normal, yaitu tidak melebihi 30 derajat Celcius," kata Ismiliana.

Dia juga memaparkan kondisi kandungan klorofil-a disekitar perairan barat Kalimantan yang paling dekat dengan Sambas, khususnya pada area muara sungai, pada tanggal 13 Juli memiliki nilai tertinggi mencapai 3,9 mg/m3. Nilai tersebut masih berada dalam kisaran normal.

Sedangkan kondisi gelombang dan arus berdasarkan data dari https://earth.nullschool.net/ pada tanggal 13 Juli 2021 menunjukkan nilai 2500 @ 3.3 s dan 3000 @ 0.67 m/s. Angka tersebut sudah masuk dalam kategori gelombang tinggi dan arus kuat.

"Data ini juga diperkuat dengan pernyataan dari narasumber perekam video, Ramli dalam berita insidepontianak.com, dan Bapak Anthoni B. Aritonang selaku Dosen FMIPA di Universitas Tanjungpura, yang menyatakan bahwa pada malam 13 Juli, sebelum kemunculan teripang, terjadi cuaca buruk dan ombak besar," ujarnya.

Ismiliana menyebutkan, menurut Anthoni, timun laut yang terdampar masih dalam keadaan hidup (karena masih terlihat berkontraksi/menggeliat), terdapat juga pecahan karang, ikan dan hewan bentik lainnya tapi jumlahnya tidak banyak.

Peristiwa serupa pernah terjadi pada 2019 di pesisir Lumukutan, Kalimantan Utara. Saat itu, jumlahnya tidak sebanyak sekarang dan jenisnya Holothuria atra.

Tak hanya itu, di sekitar Sambas, hampir setiap tahun saat gelombang tinggi (2-5 meter) juga sering ditemukan beberapa anakan hiu terdampar dalam keadaan lemas atau sudah menjadi bangkai.

"Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, peristiwa upwelling biasa terjadi secara periodik di perairan Indonesia, akan tetapi kenapa baru kali ini mengangkat timun laut ke permukaan? Kemungkinan besar hal tersebut dikarenakan kekuatan arusnya yang cukup kuat," ujar Ismiliana.

Saat ini, sedang musim Timur di mana arus kuat bergerak dari Laut Jawa ke arah Laut Cina Selatan, dan terjadi pada malam hari bertepatan dengan timun laut keluar dari liang untuk mencari makan.

Namun, untuk memastikannya, LIPI perlu melakukan identifikasi sampel timun laut hingga tingkat spesies untuk mengetahui spesifikasi habitatnya.

Kemudian, melakukan pengamatan geomorfogi dasar laut, pergerakan arus, gelombang, dan suhu permukaan dalam beberapa waktu sebelum peristiwa ini terjadi.

Lalu, bagaimana kondisi timun laut itu sekarang?

Ismiliana mengatakan, menurut informasi yang diterima dari Anthoni, sebagian kecil timun laut itu diambil untuk diteliti.

"Sisanya yang masih hidup mau dikembalikan ke laut, tapi masih belum tau perkembangan informasinya saat ini," ujar Ismiliana.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi