Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Ingatkan Lagi Menteri soal "Sense of Crisis", Pengamat: Pejabat Juga Perlu Disiplin

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Fitria Chusna Farisa
Foto tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden: Presiden Joko Widododalam acara peluncuran paket obat gratis di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (15/1/2021).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali meminta para menteri dan kepala negara untuk memiliki sense of crisis di tengah situasi pandemi Covid-19.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung saat memberikan keterangan pers, yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (16/7/2021).

"Presiden telah menegaskan bahwa dalam PPKM darurat ini tentunya sense of crisis seluruh kementerian/lembaga, para pemimpin itu harus ada," kata Pramono.

Pramono Anung juga mengatakan, Presiden Joko Widodo melarang seluruh menteri maupun kepala lembaga bepergian ke luar negeri jika tidak ada keperluan khusus.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Yang boleh bepergian ke luar negeri hanya Menteri Luar Negeri karena memang sesuai dengan bidang tugasnya. Yang lainnya, kalau ada hal yang bersifat khusus harus mendapatkan izin secara langsung dari Bapak Presiden," tegas Pramono.

Baca juga: Jokowi Minta Menteri Harus Miliki Sense of Crisis Saat Kondisi Darurat

Bukan pertama kali

Soal Jokowi yang mengingatkan pembantunya agar memiliki sense of crisis ini bukan pertama kalinya dilakukan. 

Ucapan serupa juga terlontar oleh Jokowi langsung pada rapat Kabinet, 18 Juni 2020.

Melalui video yang ditayangkan akun YouTube Sekretariat Presiden, Presiden Jokowi menyampaikan pernyataan keras dan menyoroti kinerja para menteri kabinetnya.

Presiden bahkan mengeluarkan ancaman perombakan atau reshuffle kabinet. Pihaknya menilai para menterinya tidak memiliki sense of crisis di tengah situasi pandemi virus corona.

"Saya lihat, masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan? Suasana ini krisis!" ujar Jokowi.

Jokowi lantas menyampaikan ancaman reshuffle bagi menterinya yang masih bekerja biasa-biasa saja.

 

"Tolong garis bawahi, dan perasaan itu tolong kita sama, ada sense of crisis yang sama," ujar Jokowi. 

Baca juga: Jokowi Marah, Peringatan Keras untuk Para Menteri, dan Pesan di Balik Kejengkelannya...

Selan itu, Jokowi juga pernah menyampaikan ungkapan serupa di hadapan sejumlah kepala daerah dan kader Partai Golkar di acara peluncuran Sekolah Pemerintahan dan Kebijakan Publik Partai Golkar secara daring, Selasa (2/2/2021).

"Saya minta pada seluruh kader Partai Golkar dan juga calon kepala daerah untuk belajar dan menimba pengalaman dari situasi saat ini, pentingnya untuk memiliki perasaan bahwa situasi yang kita hadapi tidak biasa-biasa saja, sehingga ada sense of crisis," kata Jokowi.

Lantas, apa maksud dan yang ingin disampaikan melalui pesan sense of crisis yang disebutkan Jokowi?

Baca juga: Mahfud MD: PPKM Beri Kesempatan Saya Nonton Ikatan Cinta, Asyik Juga meski...

 

Kepekaan pejabat

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Kuskridho Ambardi mengatakan sense of crisis yang dimaksud berkaitan dengan kepekaan para pejabat.

"Saya kira itu merujuk pada pengasahan kepekaan pejabat terhadap situasi krisis atau darurat Covid-19. Kegiatan dan tugas yang tak mendesak dilakukan sebaiknya ditunda," kata dosen yang akrab disapa Dodi, kepada Kompas.com, Sabtu (17/7/2021).

Mengacu pada penjelasan Pramono, Jokowi melarang seluruh menteri maupun kepala lembaga untuk bepergian ke luar negeri jika tidak ada hal yang bersifat khusus.

Namun, Dodi menilai hal itu juga bisa berkaitan dengan pembatalan kegiatan lain yang dianggap tidak mendesak.

"Umumnya, itu perjalanan luar negeri, bisa juga perhelatan yang sebelumnya lazim dilakukan," imbuh dia.

Sehingga, kerja jajaran pemerintahan bisa difokuskan pada penanganan Covid-19.

Baca juga: Lapor Covid-19: Tak Ada Sense of Crisis Pemimpin, Kita seperti Perang Tanpa Panglima

Menjadi teladan

Di sisi lain, Dodi mengatakan bahwa sense of ciris tidak hanya bagi menteri saja, tetapi kalangan pejabat lainnya.

Menurutnya, implementasi sense of crisis ini bisa dilihat dari bagaimana pejabat juga disiplin mematuhi PPKM darurat.

"Pejabat perlu juga menunjukkan disiplin yang sama. Tanpa itu, percuma meminta masyarakat patuh terhadap PPKM jika pejabatnya melanggar PPKM," jelasnya.

Baca juga: Ingatkan Sense of Crisis, Jokowi Larang Menteri ke Luar Negeri jika Tak Mendesak

 

Puncak kejengkelan

Sementara itu saat mengungkapkan sense of crisis pertama kali (18/7/2020), Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fajar Junaedi menilai, kemarahan Jokowi adalah puncak dari kejengkelannya terhadap para menteri yang dinilai tidak kompeten dalam bekerja.

"Sebenarnya ada beberapa menteri yang sejak awal krisis sudah tidak memiliki sense of crisis. Kita tentu ingat sikap denial dari Menteri Kesehatan yang menolak permodelan masuknya Covid-19 ke Indonesia yang disampaikan oleh Universitas Harvard," kata Fajar saat dihubungi Kompas.com, Senin (29/6/2020).

Fajar mengatakan, ada pula menteri yang dinilainya tak baik dalam mengelola komunikasi publik.

Hal ini menyebabkan para menteri tak satu suara dan terkesan terburu-buru ketika membuat kebijakan.

Baca juga: Minta Warganya Tak Piknik di Tengah Pandemi, Ganjar: Kita Mesti Punya Sense of Crisis

 

(Sumber: Kompas.com/Jawahir Gustav Rizal, Dian Erika Nugraheny, Fitria Chusna Farisa | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary, Krisiandi)

 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi