Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Vaksin Pfizer yang Akan Digunakan di Indonesia, Efikasi hingga 100 persen

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Daniel Chetroni
Ilustrasi vaksin Pfizer akhirnya kantongi izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia. Efikasi vaksin Comirnaty ini capai 100 persen pada anak usia 12 tahun. Vaksin mRNA ini harus disimpan pada suhu minus 90 derajat Celsius.
|
Editor: Maulana Ramadhan

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama PT Pfizer Indonesia dan BionTech SE telah menyepakati kerja sama untuk menyediakan 50 juta dosis vaksin Covid-19 (BNT 162b2).

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa nantinya vaksin ini akan digunakan dalam program vaksinasi pemerintah.

"Pfizer nantinya digunakan dalam program vaksinasi pemerintah," ujar Nadia saat dihubungi Kompas.com, Kamis (15/7/2021).

Menurutnya, sasaran penerima vaksin Pfizer yakni semua lapisan masyarakat. "Sasarannya untuk semua usia," lanjut dia.

Baca juga: Indonesia Bakal Terima 50 Juta Dosis Vaksin Pfizer, Ditujukan untuk Siapa?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjanjian penyediaan vaksin tersebut merupakan bagian dari komitmen global Pfizer/BioNTech guna membantu mengatasi pandemi Covid-19.

Setelah mendapatkan emergency use authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) vaksin juga akan melalui proses quality control dari BioFarma dan BPOM sebelum digunakan.

Sejauh ini selain vaksin Pfizer, BPOM telah menerbitkan izin penggunaan darurat kepada lima jenis vaksin Covid-19 di Indonesia.

Kelimanya yakni Coronavac dari Sinovac, vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Bio Farma, AstraZeneca yang diperoleh dari Covax facility, Sinopharm dari Beijing, dan Moderna dari Amerika.

Dikutip dari Kompas.com (30/6/2021),Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, vaksin Covid-19 Pfizer akan masuk ke Indonesia pada Agustus 2021.

"Bulan Agustus nanti akan masuk dari pfizer, sehingga jumlah vaksin yang masuk di semester kedua tahun ini akan menjadi semakin banyak," ujar Menkes Budi.

Baca juga: Vaksin Pfizer dan Moderna Segera Dipakai di Indonesia, Apa Bedanya dengan Vaksin Covid-19 Lainnya?

Profil vaksin Pfizer

Melansir KompasTren, vaksin yang diproduksi oleh Pfizer dan BioNTech dibuat dengan menggunakan platform messenger RNA (mRNA).

Platform ini adalah pengembangan metode baru. Metode ini berbeda dengan vaksin umumnya seperti vaksin Sinovac yang dikembangkan dari virus yang dilemahkan yang disebut inactivated viruses.

Dikutip dari Kompas.com, Jumat (16/7/2021) vaksin Pfizer akan bekerja dengan mengajari sel tubuh cara membuat protein yang bisa memicu respons imun di dalam tubuh.

Respons imun inilah yang akan menghasilkan antibodi yang akan melindungi dari infeksi saat virus corona memasuki tubuh.

Selain itu meskipun vaksin Pfizer dikembangkan melalui teknologi genetik, vaksin berbasis mRNA tak akan memengaruhi atau berinteraksi dengan DNA manusia dengan cara apa pun.

Dengan teknologi vaksin mRNA, nantinya akan memungkinkan satu vaksin bisa memberikan perlindungan pada beberapa penyakit sehingga dapat mengurangi jumlah suntikan.

Vaksin dari Pfizer dan Moderna yang menggunakan metode mRNA bahkan disebut-sebut sebagai salah satu vaksin virus corona yang kuat di dunia.

Baca juga: Vaksin Pfizer dan Moderna Berbasis mRNA, Apa Itu Messenger RNA?

Efikasi hingga 100 persen dan ampuh lawan varian baru

Dari hasil uji klinis fase ketiga, efikasi vaksin Pfizer mencapai 100 persen pada kelompok usia 12-15 tahun. Sementara ketika vaksin tersebut diberikan kepada kelompok usia 16 tahun ke atas, efikasinya menurun meski tidak drastis, yakni menjadi 95,5 persen.

"Dan data uji klinik fase III menunjukan efikasi comirnaty, pada usia 16 tahun ke atas adalah 95,5 persen dan pada usia remaja 12-15 tahun adalah 100 persen," ujar Kepala BPOM Penny K Lukito dikutip dari Kompas.com, Kamis (15/7/2021).

Tidak hanya memiliki efikasi yang tinggi, vaksin Pfizer juga ampuh melawan varian baru virus corona. Dari sejumlah penelitian, vaksin Pfizer terbukti dapat melindungi dari varian Beta (B.1.351) yang berasal dari Afrika Selatan dan varian Alpha (B.1.1.7) yang berasal dari Inggris.

Pada sebuah kajian yang diterbitkan di The New England Journal of Medicine (NEJM) disebutkan bahwa vaksin dapat melawan varian Alpha dan Beta.

Sementara untuk infeksi varian Alpha yang didokumentasikan, efektivitas vaksin Pfizer mencapai 89,5 persen pada 14 hari atau lebih setelah suntikan dosis kedua.

Sedangkan efektivitas terhadap infeksi varian Beta yakni 75 persen. Vaksin tersebut juga efektif mencegah keparahan yang ditimbulkan infeksi virus varian Alpha dan Beta yaitu 97,4 persen.

Baca juga: Kelebihan dan Efek Samping Vaksin Covid-19 Pfizer, Efikasi hingga 100 Persen

Efek samping

BPOM menyatakan beberapa kajian menunjukkan keamanan vaksin Pfizer dapat ditoleransi pada semua kelompok usia.

BPOM juga menyebut penilaian data mutu vaksin Pfizer telah dilakukan sesuai pedoman evaluasi yang berlaku secara internasional.

Efek samping yang bisa muncul dari penyuntikan vaksin Pfizer ini adalah sebagai berikut:

  • Nyeri pada tempat suntikan
  • Kelelahan
  • Nyeri kepala
  • Sakit otot
  • Nyeri sendi
  • Demam.

(Sumber:Kompas.com/Wahyuni Sahara, Nur Rohmi Aida, Retia Kartika Dewi | Editor: Wahyuni Sahara, Rizal Setyo Nugroho, Sari Hardiyanto)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi