Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Polusi Udara Berpengaruh dengan Keparahan Pasien Covid-19?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Polusi udara terlihat di langit Ibu Kota Jakarta, Selasa (8/6/2021). Melalui platform pengukur kualitas udara Iqair.com yang merilis kualitas udara, Jakarta masuk 10 besar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia dengan menempati urutan ke 4.
|
Editor: Maya Citra Rosa

KOMPAS.com - Kondisi penyebaran Covid-19 di Indonesia semakin parah ditambah dengan adanya varian baru yang sangat cepat menular.

Sementara dalam sebuah studi ilmiah, polusi udara memiliki hubungan dengan tingkat keparahan pasien Covid-19.

Melansir Kompas.com Selasa (13/7/2021), pasien yang memilik gejala berat dapat mengalami kondisi yang lebih buruk akibat polusi udara.

Berdasarkan penelitian di Kota Detroit Amerika Serikat, kota tersebut merupakan salah satu kota paling tercemar. Para peneliti menemukan udara kotor berkontribusi dengan kondisi kesehatan pasien Covid-19.

Setelah mempelajari sebanyak 2.038 orang dewasa yang dirawwt di rumah sakit daerah Detroit, para peneliti menemukan fakta-fakta sebagia berikut:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lingkungan tempat tinggal berpengaruh

Para peneliti menemukan bahwa tempat tinggal pasien Covid-19 yang berada di lingkungan dengan tingkat polusi udara dan cat timbal yang tinggi, memungkinkan keparahan Covid-19.

Baca juga: Polusi Udara Memperburuk Kondisi Keparahan Pasien Covid-19

Sehingga pasien Covid-19 memerlukan perawatan intensif hingga alat bantu pernapasan.

Semakin buruk kontaminasi udara lokal di lingkungan rumah mereka, maka semakin tinggi pula kemungkinan untuk membutuhkan perawatan intensif. Bahkan mesin untuk membantu pernapasan saat mereka dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 yang parah.

Partikel halus dalam udara kotor membawa virus

Anita Shallal dari Rumah Sakit Henry Ford Detroid menyebutkan paparan polusi udara dalam jangka panjang ternyata dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.

Jika terus dibiarkan, akibatnya mereka yang tinggal di lingkungan udara kotor seperti ini, rentan terhadap infeksi virus corona.

Tidak hanya itu, partikel halus pada udara kotor juga dapat membawa virus hingga membantu penyebaran virus corona masuk ke tubuh.

Baca juga: Sidang Putusan Polusi Udara Jakarta Ditunda Lagi, Kali Ini akibat Klaster Covid-19

"Studi ini menarik perhatian pada ketidaksetaraan sistemik yang mungkin menyebabkan perbedaan yang mencolok dalam hasil Covid-19 di sepanjang garis ras dan etnis," kata Shallal dalam sebuah pernyataan dalam European Congress of Clinical Microbiology and Infectious Diseases, Jumat lalu.

Mengenai kondisi kerentanan suatu kelompok, Shallal menjelaskan kerentanan kelompok ini untuk mengalami keparahan Covid-19.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa komunitas kulit berwarna lebih mungkin berlokasi di daerah yang lebih dekat dengan polusi industri.

"Bekerja di bisnis tersebut membuat mereka terpapar polusi udara," kata dia.

Baca juga: 15 Cara Mengejutkan untuk Mengurangi Polusi Udara di Dalam Ruangan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi