Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sayuran Segar Pendamping Menu Masakan Daging, Benarkah untuk Pengimbang?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA
Seporsi sate kambing di kedai Sate Kambing Pa Bagong, Solo, yang telah bertahan lebih dari setengah abad. Perpaduan rempah merica, cabe, dan daun salam dalam bumbunya membuat cita rasa pedasnya khas.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

 

KOMPAS.com - Siap mengolah daging kurban pada Hari Raya Idul Adha?

Biasanya, daging-daging itu akan diolah menjadi berbagai macam olahan seperti sate, gulai, tongseng, rendang, tengkleng, dan sebagainya.

Nah, ketika kita menyantap hidangan yang bahan utamanya terbuat dari daging merah, pasti kita sudah akrab dengan keberadaan komponen pendampingnya.

Sebut saja sambal kecap, acar, mentimun, tomat, kubis, atau jenis sayuran lain yang diiris tipis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk sayur, apa fungsi dari sayur-sayuran itu dalam seporsi hidangan daging?

Ada yang menyebut bahwa sayur-sayuran itu untuk mengimbangi kandungan daging yang kerap kali dituduh sebagai penyebab naiknya kolesterol dan tensi darah. Benarkah demikian?

Jawabannya, tidak!

Hal itu disampaikan oleh dokter sekaligus ahli gizi komunitas, dr. Tan Shot Yen, M.Hum.

"Istilah 'manipulasi' dalam tubuh manusia itu enggak ada. Pertama, jumlahnya saja enggak imbang. Misal, sate 10 tusuk atau gulai 1 mangkok, tapi ketimun 2 iris," kata Tan, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (17/7/2021).

Baca juga: Panduan Shalat Idul Adha di Rumah

Ia menyebutkan, hingga saat ini belum ada referensi yang bisa dijadikan acuan berapa banyak serat yang diperlukan untuk menekan kolesterol dari sebuah hidangan atau bahan makanan.

"Belum ada studi yang menjelaskan Anda makan sumber kolesterol berapa banyak bisa 'dianulir' makan serat atau sayur berapa gram," ujar dia.

Menurut Tan, keberadaan beragam sayuran dalam sebuah hidangan daging hanya tambahan. Tidak berfungsi menyeimbangkan kandungan nutrisinya.

"Buat hore-hore sih kalau menurut saya. Buat bikin makan (jadi) enak, enggak eneg," sebut dia.

Yang harus diwaspadai dari hidangan daging

Tan mengatakan, yang perlu diwaspadai dari hidangan daging bukan kolesterol, justru lemak jenuhnya.

"Delapan puluh persen kolesterol itu dibuat tubuh sendiri, cuma 20 persen kok (bersumber) dari makanan. Yang ngeri itu lemak jenuh," kata Tan.

Hal itu juga disebutkan dalam publikasi Harvard Medical School (2017). Sebanyak 80 persen kolesterol yamg diperlukan tubuh untuk tetap sehat diproduksi oleh hati dan usus, sisanya disumbangkan oleh makanan yang kita asup.

Baca juga: Waktu Terbaik untuk Menyembelih Hewan Kurban

Untuk mengimbangi lemak jenuh pada daging, bukan sayuran pendamping hidangan yang jadi acuan. Lalu apa?

"Makan dikira-kira, sebesar telapak tangan itu ukuran protein manusia sekali makan. Buang bagian gajih, trim the fat stuff," ujar Tan.

Jadi, jangan karena banyak hidangan nikmat berbahan daging yang tersedia di rumah saat Hari Raya, kemudian membuat kita mengonsumsinya berlebihan.

Keberadaan beragam sayuran segar yang ada di samping hidangan daging tidak bisa menjadi pembenar untuk mengonsumsi daging secara berlebihan.

"Itu sama kayak memanipulasi diri dengan bilang 'Makan sepuasnya, habis itu olahraga setepar-teparnya'. Sebab begitu bahan pangan masuk, nutrien terurai, kita enggak bicara kalori lagi, tapi semua reaksi hormonal kerja. Termasuk imun sistem terpengaruh. Ada istilah IGF, TNF alfa, IL 6," jelas Tan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi