Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Lagi Penyakit Cacar Monyet di AS, Apa Itu?

Baca di App
Lihat Foto
SPL via BBC INDONESIA
Penyakit langka cacar monyet bisa menyebabkan ruam pada wajah dan tangan.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Setelah 13 tahun, penyakit langka cacar monyet kembali muncul di Amerika Serikat.

Hal ini diketahui setelah seorang pria Texas dicurigai sebagai pembawa penyakit itu dari Nigeria pada awal bulan ini.

Pria tersebut telah dibawa ke rumah sakit dan dalam kondisi stabil.

Hingga kini, ada sekitar 200 orang di 27 negara bagian AS tengah dalam proses pelacakan.

Lantas, apa itu cacar monyet? bagaimana gejala dan cara penyebarannya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Penyakit Langka Cacar Monyet Muncul Lagi Setelah 18 Tahun, Ini Gejalanya

Cacar Monyet

Melansir laman resmi WHO, cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox, anggota genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae.

Cacar monyet merupakan penyakit zoonosis virus yang terjadi terutama di daerah hutan hujan tropis Afrika Tengah dan Barat, terkadang diekspor ke daerah lain.

Penyakit langka itu pertama kali diidentifikasi pada 1970 di Republik Demokratik Kongo yang menginfeksi seorang anak laki-laki berusia 9 tahun.

Sejak tahun 1970, kasus cacar monyet telah dilaporkan dari 11 negara Afrika.

Pada musim semi tahun 2003, kasus cacar monyet dikonfirmasi di Amerika Serikat. Baru-baru ini, cacar monyet juga ditemukan di Israel, Inggris, dan Singapura.

Sepersepuluh orang yang menderita cacar monyet meninggal dunia, dengan sebagian besar kematian terjadi pada kelompok usia yang lebih muda.

Baca juga: Google Doodle Hari Ini, Champion Island, Meriahkan Olimpiade Tokyo 2020

Gejala

Masa inkubasi cacar monyet biasanya berkisar dari 6 sampai 13 hari. Gejalanya dapat dibagi menjadi dua periode:

Ruam berkembang secara berurutan dari makula (lesi dengan dasar datar) menjadi papula (lesi keras yang sedikit terangkat), vesikel (lesi berisi cairan bening), pustula (lesi berisi cairan kekuningan), dan krusta yang mengering dan rontok.

Dalam kasus yang parah, lesi dapat menyatu sampai sebagian besar kulit terkelupas.

Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu.

Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan sifat komplikasi.

Komplikasi cacar monyet dapat mencakup infeksi sekunder, bronkopneumonia, sepsis, ensefalitis, dan infeksi kornea dengan kehilangan penglihatan berikutnya.

Baca juga: Apa Perbedaan PPKM Level 3 dan 4?

Cara penularan

Proses penularan dari cacar monyet dapat terjadi dari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit dari hewan yang terinfeksi.

Di Afrika, bukti infeksi virus monkeypox telah ditemukan di banyak hewan termasuk tupai tali, tupai pohon, dan berbagai spesies monyet.

Hingga saat ini, reservoir alami cacar monyet belum diidentifikasi, meskipun hewan pengerat adalah yang paling mungkin.

Daging yang tidak dimasak dengan benar dan produk hewani lainnya dari hewan yang terinfeksi merupakan faktor risiko lain dari cacar monyet.

Kendati demikian, penularan sekunder atau dari manusia ke manusia relatif terbatas.

Infeksi dapat terjadi akibat kontak dekat dengan sekret pernapasan, lesi kulit orang yang terinfeksi, atau benda yang baru saja terkontaminasi.

Penularan melalui partikel pernapasan droplet biasanya memerlukan kontak tatap muka yang berkepanjangan.

Rantai penularan terpanjang yang didokumentasikan dalam suatu komunitas adalah enam infeksi orang ke orang berturut-turut. Penularan juga dapat terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi