Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Mistis, Ini Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi Sleep Paralysis

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Ilustrasi ketindihan atau sleep paralysis.
|
Editor: Muhamad Syahrial

KOMPAS.com - Pernahkah kamu merasa sulit menggerakkan tubuh saat terbangun dari tidur? Padahal, Indra dan kesadaran berfungsi secara utuh.

Sensasi seolah-olah ada tekanan pada tubuh, dan terkadang disertai halusinasi dan ketakutan yang intens itu adalah sleep paralysis atau yang di Indonesia dikenal juga dengan sebutan tindihan.

Dilansir dari Medical News Today melalui KOMPAS.com, kondisi tersebut memang tidak berisiko menghilangkan nyawa tetapi dapat menyebabkan kecemasan.

Orang usia 20-30an tahun biasanya yang paling sering mengalami sleep paralysis, biasanya disertai juga dengan gangguan tidur lain, salah satunya narkolepsi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sleep paralysis biasa terjadi sesaat setelah tidur atau pada saat transisi antara tidur dan bangun. Tak sedikit orang yang mengalaminya dibarengi dengan pengalaman hypnagogic, yaitu halusinasi visual, auditori, dan sensorik.

Baca juga: Penyebab Ketindihan dan Cara Menghindarinya

Setidaknya ada tiga kategori pengalaman yang sering dialami orang saat sleep paralysis, yakni:

Vestibular-motor: Perasaan berputar, jatuh, melayang, terbang, atau jenis lain dari pengalaman di luar tubuh.

Incubus: Perasaan tertekan di dada, kesulitan bernapas, sensasi seperti dicekik, atau diserang secara seksual oleh makhluk asing.

Intruder: orang yang mengalaminya akan merasa kehadiran yang mengancam di dalam ruangan.

Meski berlangsung dalam waktu relatif singkat, namun banyak orang akan mengingatnya sebagai sesuatu yang mengerikan.

Lalu apa sebenarnya penyebab dan gejala sleep paralysis?

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Minggu (18/7/2021), berikut ini penyebab dan gejala sleep paralysis:

Baca juga: 12 Tips Mengatasi Coronasomnia, Gangguan Tidur Karena Pandemi Covid-19

Penyebab sleep paralysis

Terdapat beberapa faktor yang mungkin menyebabkan sleep paralysis, yaitu:

- Narkolepsi

- Pola tidur tidak teratur, misalnya karena jet lag atau kerja shift

- Tidur telentang

- Riwayat keluarga

- Masalah medis, seperti depresi klinis, migrain, apnea tidur obstruktif, hipertensi, dan gangguan kecemasan.

Gejala sleep paralysis

Sementara itu, gejala yang dirasakan saat orang mengalami sleep paralysis ialah:

- Ketidakmampuan untuk menggerakkan tubuh saat bangun, berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit.

- Merasa sadar

- Tidak dapat berbicara saat mengalaminya

- Mengalami halusinasi dan sensasi yang menimbulkan rasa takut

- Merasakan tekanan di dada

- Mengalami kesulitan bernapas

- Merasa seolah-olah kematian sudah dekat

- Berkeringat

- Mengalami sakit kepala, nyeri otot, dan paranoia

- Rangsangan, suara, atau sensasi yang sebelumnya biasa dapat menjadi signifikan secara tidak proporsional.

Baca juga: Penggunaan Gagdet Bikin Siklus Tidur Terganggu, Benarkah?

Cara mengatasi sleep paralysis

Sleep paralysis tidak bisa diobati, tetapi ada beberapa cara mengatasi sleep paralysis, antara lain:

- Menjaga waktu tidur tetap konsisten setiap hari

- Pastikan lingkungan tidur bersih dan nyaman

- Mengurangi paparan cahaya saat hendak tidur

- Mendapat paparan cahaya yang cukup saat bangun tidur

- Tidak tidur siang setelah pukul 15.00

- Hindari belajar atau bekerja di kamar tidur

- Hindari makan saat dua jam sebelum tidur

- Usahakan kamar gelap dan tidak ada suara

Baca juga: 4 Risiko Tidur Bersama Kucing pada Malam Hari

- Tidak minum alkohol atau kafein sebelum tidur

- Rutin berolahraga, tapi tidak saat dua jam sebelum tidur

- Membaca atau mendengarkan musik menenangkan sebelum tidur

- Mengelola stres, depresi, atau gangguan kecemasan

- Meditasi

- Tidak tidur dengan posisi terlentang

Sumber: KOMPAS.com (Galih Pangestu Jati)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Kompas.com
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi