Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Bingungologi Pagebluk Corona

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/pras
Pengendara motor melintas di depan mural tentang pandemi virus corona atau COVID-19 di Jalan Raya Jakarta-Bogor, Depok, Jawa Barat, Jumar (3/4/2020). Mural tersebut ditujukan sebagai bentuk dukungan kepada tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam menghadapi COVID-19 di Indonesia.
Editor: Heru Margianto

DI tengah kemelut deru campur debu berpercik keringat, air mata, dan darah akibat pagebluk Corona alih-alih mereda malah makin merajalela maka muncul sikap dan perilaku manusia saling menyalahkan.

Saling menyalahkan

Rakyat menyalahkan pemerintah tidak tegas. Pemerintah menyalahkan rakyat tidak disiplin mematuhi protokol kesehatan.

Para dokter menyalahkan Kementerian Kesehatan kurang memberikan dukungan. Kemenkes menyalahkan dokter kurang gigih menunaikan tugas meski sudah banyak dokter gugur dalam pertempuran melawan Corona.

Para ekonom menyalahkan pemerintah mengutamakan kesehatan ketimbang ekonomi. Para pelayan kesehatan menyalahkan pemerintah mengutamakan ekonomi ketimbang kesehatan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produsen vaksin A promosi produknya terbaik sambil melecehkan produk vaksin B sementara produsen vaksin B mengklaim produk yang terbaik sambil melecehkan vaksin A dan C dan lain-lainnya.

Ada pula produk obat farmasi yang telah lolos uji-klinis BPOM bahkan juga telah empiris teruji menyelamatkan para pasien Corona dicurigai memiliki dampak samping seolah ada obat farmasi yang tidak memiliki dampak samping.

Manusia lupa kenyataan bahwa manusia mustahil sempurna termasuk dalam menghadapi pagebluk Corona.

Luhut Binsar Panjaitan meminta maaf atas ketidaksempurnaan langkah pemerintah menghadapi pagebluk Corona layak dihargai dan dihormati sebagai sikap kekesatriaan perwira mengakui bahwa tidak ada manusia di marcapada ini mampu sempurna menghadapi pagebluk Corona.

Bingungologi

Kebingungan makin menjadi-jadi terbukti pada kasus ada pasien yang sudah dua kali disuntik vaksin A namun akibat meragukan khasiatnya maka sibuk mencari vaksin B dan vaksin C untuk disuntikan ke dirinya dengan hasil dirinya tetap terpapar Corona.

Memang para ilmuwan sudah berjuang habis-habisan untuk menumpas Corona namun sayang setriliun sayang ternyata virus Corona sebagai bagian hakiki melekat pada ekosistem alam semesta juga berjuang habis-habisan untuk mempertahankan diri agar jangan sampai tertumpas oleh manusia.

Perilaku saling menyalahkan pada hakikatnya alih-alih memperbaiki malah makin memperparah derita kebingungan masyarakat yang kebetulan sudah cukup menderita akibat sanak-keluarga bahkan dirinya terpapar Corona.

Bahkan ketika Dr Terawan dan Prof Nidom menganjurkan masyarakat menggunakan ramuan jamu untuk menghadapi pagebluk Corona, langsung dihujat sebagai terbelakang bahkan menyesatkan.

Preventif

Pada hakikatnya para virus Corona dengan segenap sanak-mutasinya menyadarkan umat manusia bahwa sedia payung sebelum hujan tetap lebih bijak ketimbang setelah hujan baru bingung cari payung.

Maka mencegah dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh masing-masing memang jauh lebih bijak ketimbang mengobati penyakit yang sudah terlanjur terderita.

Selaras dengan paradigma kesehatan mengutamakan promotif serta preventif ketimbang kuratif yang telah dimaklumatkan WHO sejak awal abad XXI sebagai pewujudan pembangunan berkelanjutan di bidang kesehatan umat manusia di planet bumi ini.

Maka sebaiknya kita semua termasuk saya memang hukum wajibnya menaati segenap protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah masing-masing negara.

Apabila tiba saatnya giliran saya terpapar Corona maka lebih bijak saya serahkan nasib saya kepada pihak yang saya percaya untuk berusaha menyembuhkan penyakit yang saya derita.

Kepasrahan saya tetap harus didukung keyakinan bahwa manusia memang bisa berusaha namun apa boleh buat tetap Yang Maha Kuasa yang berkuasa menyembuhkan penyakit yang saya derita.

Mohon dimaafkan oleh mereka yang tidak percaya Kemahakuasaan Yang Maha Kuasa bahwa saya tetap yakin pada suatu titik saat memang tidak bisa tidak, mau tidak mau, saya harus ojo dumeh maka ikhlas menerima Kehendak Yang Maha Kuasa.

Manusia punya usaha, Yang Maha Kuasa punya Kuasa. Amin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi