Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Menurun karena Testing Berkurang, Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Seorang karyawan restoran menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di Kota Tengah, Kota Gorontalo, Gorontalo, Jumat (16/5/2021). Tim gabungan dari Dinas Kesehatan, Puskesmas Kota Tengah, Polres Gorontalo Kota, TNI dan Satpol PP melakukan tracking dan tes PCR kepada karyawan restoran setelah tiga warga yang merayakan ulang tahun di tempat itu dinyatakan positif COVID-19. ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/foc.
|
Editor: Maya Citra Rosa

KOMPAS.com - Menurut data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 terjadinya penurunan kasus beberapa waktu lalu.

Mengutip Kompas.com, data pada Kamis (15/7/2021) menunjukkan angka kasus positif mencapai 56.757 orang, sementara pada Rabu (21/7/2021) kasus positif menurun 33.772.

Namun penurunan kasus tersebut karena jumlah testing atau pemeriksaan spesimen yang juga menurun.

Jumlah pemeriksaan spesimen pada Kamis (15/7/2021) tercatat 249.059 sampel dan Jumat (16/7/2021) tercatat 258.532 sampel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penurunan sampel juga terjadi pada Sabtu (17/7/2021) yaitu 251.392 sampel sedangkan pada Minggu (18/7/2021) 192.918 sampel.

Pemeriksaan sampel pada hari berikut juga terus menurun pada Senin (19/7/2021) 160.686 sampel, pada Selasa (20/7/2021) 179.275 sampel dan pada Rabu (21/7/2021) 153.330 sampel.

Melihat kondisi tersebut, Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengingat pemerintah bahwa saat ini Indonesia sedang menuju puncak pandemi.

Sehingga prevalensi dan laju penularan Covid-19 sangat tinggi.

Baca juga: Capaian Testing Covid-19 Solo di Atas 90 Persen, Gibran: Akan Kami Tingkatkan

“Ini sesuai prediksi saya, menjelang akhir bulan Juli akan ada banyak sekali peningkatan kesakitan dan kematan. Ini juga yang mendasari WHO akhirnya menyarankan untuk peningkatan pembatasan), kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/7/2021).

Ia juga mengatakan menurunnya testing juga disebabkan alat tes Covid-19 yang terbatas, juga efek dari melonjaknnya kasus penularan virus corona di Indonesia.

“Bahwa dari data, kemarin angkanya sempat turun, ya karena testingnya turun. Kalau menurut laporan di lapangan, ini karena alat tesnya enggak ada atau terbatas. Tapi sekarang sudah ada lagi. Jadi, yang kemarin numpuk belum dites, ya akan masuk dalam data saat ini,” jelasnya.

Meski demikian Dicky mengakui, testing harian di Indonesia masih terbatas dan jauh dari angka seharusnya.

Baca juga: Testing Covid-19 Sempat Berkurang, Epidemiolog: Seharusnya Sejuta Per Hari untuk Tekan Angka Kematian

Lalu apa yang harus dilakukan?

Satu juta testing per hari

Kondisi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini, Dicky meminta pemerintah setidaknya melakukan testing harian mimimal satu juta per hari.

“Tapi, semakin tinggi angka testing akan semakin tinggi angka kasus. Kalau nanti ditemukan seratus ribu atau dua ratus ribu kasus per hari, ya enggak usah kaget. Jangan menyalahkan pemerintah. Justru harus diapresiasi,” ujarnya.

Dia menegaskan testing berfungsi untuk mendeteksi atau menemukan kasus Covid-19, bukan untuk menciptakan kasus baru.

Sehingga orang yang membawa virus corona harus segara dideteksi, agar dapat dilakukan pemutusan rantai penyebaran Covid-19 dengan cepat.

Langkah-langkahnya tracing, karantina dan perawatan.

“Kalau memang Pemerintah belum bisa mencapai satu juta testing per hari, 700 ribu setidaknya. Karena kalau angka testing harian tidak ditingkatkan, dalam dua hingga tiga minggu lagi, angka kematian bisa semakin tinggi,” pungkasnya.

Baca juga: Satgas Sebut Penurunan Testing Disebabkan Meluasnya Varian Delta

Kaji ulang penurunan BOR

Pengamat Kebijakan Publik Universitas Airlangga (Unair) Yanuar Nugroho juga ikut mengomentari jumlah testing yang berkurang dan keterisian tempat tidur yang menurun.

Menurutnya hal ini perlu dikaji ulang, penurunan keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) belum tentu disebabkan jumlah pasien dirawat menurun.

Namun bisa karena penambahan jumlah tempat tidur darurat dan fasilitas isolasi yang disediakan pemerintah.

"Saya tidak mendeskreditkan pemerintah, tetapi saya ingin mendorong agar kebijakan sebaiknya diambil berdasarkan evidence, berdasarkan data dan evidence yang memang tetap diujinya," kata Yanuar.

Tidak buru-buru longgarkan pembatasan

Oleh karenanya, menurut Yanuar, pemerintah seharusnya tidak terburu-buru melakukan pelonggaran pembatasan.

Mobilitas masyarakat seharusnya tetap dibatasi mengingat virus corona menular melalui interaksi masyarakat.

Namun demikian, sebagai konsekuensi dari adanya pembatasan, pemerintah wajib memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak.

Di saat bersamaan, testing dan tracing harus terus dimasifkan. Treatment juga perlu ditingkatkan dengan terus memperkuat fasilitas kesehatan, termasuk memberikan insentif pada tenaga kesehatan.

Baca juga: Jumlah Testing Covid-19 Belum Capai Target, Dinkes Tangsel: Banyak Warga Enggan Diperiksa

"Jadi kalau di hulu ada perlindungan sosial, di hilir ada insentif baik untuk faskes maupun nakes, dua-duanya dijalankan serentak," kata Yanuar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi