Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sedih Pasien Covid-19 yang Terpapar Setelah Menolak Vaksin

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi Vaksin Covid-19
|
Editor: Muhamad Syahrial

KOMPAS.com - Munculnya varian baru membuat kasus Covid-19 meningkat di beberapa negara, termasuk Indonesia.

Selain menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan menjaga daya tahan tubuh tetap baik, vaksinasi adalah cara paling utama untuk melindungi diri dari virus Corona.

Vaksin Covid-19 memang tak akan membuat seseorang menjadi kebal, tetapi orang yang telah divaksinasi memiliki risiko lebih kecil mengalami gejala berat saat terpapar Covid-19.

Sayangnya, ketika banyak pihak gencar mempromosikan vaksin Covid-19, pada waktu yang sama berita bohong atau hoaks soal vaksinasi beredar secara masif.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak sedikit orang yang terpengaruh berita bohong soal vaksinasi hingga akhirnya tak mau menerima vaksin Covid-19.

Berikut ini beberapa kisah sedih pasien Covid-19 yang terpapar setelah menolak vaksin.

Baca juga: Simak Syarat Sembuh Pasien Covid-19, Tak Perlu Lagi Tes Swab PCR

Kisah Nuryaman, pasien Covid-19 yang meninggal dunia akibat hoaks

Nuryaman (60), warga Tegal, Jawa Tengah, sejak awal percaya dengan adanya virus corona SARS-CoV-2 dan mengerti bahwa saat ini tengah terjadi pandemi Covid-19 di berbagai negara.

Akan tetapi, sebaran hoaks yang masif, terutama sejak rencana vaksinasi nasional mulai digulirkan pemerintah, membuatnya terpapar informasi menyesatkan.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Selasa (20/7/2021), cerita ini diungkapkan oleh Helmi, putra Nuryaman.

Helmi mengatakan, ayahnya tak mau divaksinasi sejak beredar hoaks yang menyebut vaksin terbuat dari babi atau berbahaya, membuat Nuryaman menolak divaksinasi.

Ditambah lagi hoaks tentang interaksi obat yang diklaim memperburuk kondisi pasien Covid-19 yang akhirnya menyebabkan kematian.

Tak hanya itu, Menurut Helmi, ayahnya pun terpengaruh kabar sesat yang menyebut banyak orang "dicovidkan" oleh rumah sakit.

Baca juga: Tak Harus PCR Negatif untuk Pastikan Pasien Covid-19 Sudah Sembuh

Sederetan hoaks itulah, yang menurut Helmi, membuat Nuryaman meninggal dunia akibat infeksi Covid-19.

"Setelah pertarungan beberapa hari, Papa kalah perang melawan Covid-19. Apa yang menyebabkan Papa kalah? Hoax berperan besar dalam hal ini, di luar komorbid," tulis Helmi dalam utas yang dibagikannya melalui akun Twitter, @HelmiIndraRP, pada 15 Juli 2021.

Nuryaman yang memiliki penyakit diabetes sempat tidak mau dibawa ke rumah sakit walaupun kondisinya semakin memburuk. Helmi mengatakan, sang ayah takut "dicovidkan" pihak rumah sakit.

Namun, saat 8 liter oksigen yang digunakan untuk membantu Nuryaman bernapas habis, Helmi dan kakaknya segera membawa sang ayah ke rumah sakit.

Kondisi Nuryaman sempat membaik namun kembali drop, hingga akhirnya, Helmi menerima telepon dari kakaknya, mengabarkan bahwa sang ayah sudah meninggal dunia.

Nuryaman berpulang pada 14 Juli 2021.

Helmi mengatakan, pengalaman pahit yang dialami dan dirasakannya membuat dia sadar terhadap bahaya dari informasi yang menyesatkan.

Baca juga: Apakah Polusi Udara Berpengaruh dengan Keparahan Pasien Covid-19?

"Kalau dari yang saya rasakan, literasi digital itu ternyata harus ada. Kalau bahasa Islamnya kan memang kita harus ber-tabayyun terhadap semua informasi kan," ujar Helmi.

"Mencari informasi yang benar, meng-cross check semua berita, enggak cuma percaya dari satu saja, tapi yang perlu kita cek kan kajian ilmiahnya juga seperti apa," imbuhnya.

Helmi pun berpesan agar tidak mudah menyerah ketika mengedukasi orang tua dengan informasi yang benar, terutama yang berkaitan dengan Covid-19.

"Jangan putus semangat untuk ngingetin orangtua. Itu yang jadi salah satu penyesalan saya sebenarnya. Kok enggak setiap hari diingetin terus, minimal untuk vaksin lah," kata Helmi.

Kisah Faishal Bashir, Positif Covid-19 setelah menolak vaksin

Tak hanya di Indonesia, kisah orang-orang yang terpapar virus Corona setelah menolak vaksinasi juga terjadi di Inggris.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Selasa (20/7/2021), jumlah pasien yang dirawat karena Covid-19 di Bradford Royal Infirmary, Inggris, meningkat tajam belakangan ini.

Baca juga: Polusi Udara Bisa Memperburuk Kondisi Pasien Covid-19

Sebelumnya, beberapa pasien yang dirawat menolak mengikuti program vaksinasi yang telah disediakan.

"Saya ditawari vaksin, tapi saya bersikap arogan," kata Faisal Bashir (54).

Bashir tetap beraktivitas seperti biasa, mulai dari pergi ke gym, bersepeda, berjalan kaki, dan berlari.

Selain merasa sehat, Bashir menolak vaksin juga karena tak percaya dengan keamanan vaksin.

"Namun faktanya, saya tidak dapat menghindari virus itu. Virus itu masih menyerang saya. Saya tidak tahu bagaimana atau di mana," ujar Bashir.

Dia mengaku terpengaruh percakapan di media sosial dan berita menyesatkan yang menyebut vaksin AstraZeneca dapat menyebabkan pembekuan darah.

Setelah dipasangi selang oksigen selama seminggu di rumah sakit dan kini telah dibolehkan pulang ke rumah, Bashir ingin memperingatkan orang lain untuk tidak mengulangi kesalahannya.

Baca juga: UGM Buka Shelter untuk Isoman Pasien Covid-19, Ini Syarat dan Alurnya

"Apa yang saya alami di rumah sakit, yaitu perawatan dan keahlian para tenaga medis, membuat hati saya luluh," ucap Bashir.

"Orang-orang memenuhi rumah sakit karena mengambil risiko tidak divaksin dan itu salah. Saya merasa tidak enak. Saya merasa sangat menyesal dan berharap dengan angkat bicara, saya dapat membantu orang lain menghindari kesalahan ini," imbuhnya.

Sumber: KOMPAS.com dan BBC Indonesia (Jawahir Gustav Rizal/Inggried Dwi Wedhaswary) (Ardi Priyatno Utomo)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Kompas.com
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi