Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Ungkap Penyebab Pasien Isolasi Mandiri Banyak yang Meninggal

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Margono
Vino, bocah kelas tiga Sekolah Dasar (SD) saat sedang jalani isolasi mandiri di Kampung Linggang Purworejo, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, Kamis (22/7/2021).
|
Editor: Maya Citra Rosa

 

KOMPAS.com - Dibalik fenomena banyaknya pasien Covid-19 isolasi mandiri yang meninggal dunia, kemungkinan sebagian pasien memiliki pneumonia namun tidak diperiksa oleh tim medis.

Dikutip dari Kompas.com, berdasarkan data LaporCovid-19 tercatat setidaknya ada 712 pasien isoman yang meninggal dunia di seluruh Indonesia.

Pendataan dilakukan sejak awal Juni, tetapi penambahan korban mayoritas terjadi pada bulan Juli.

Pasien isolasi mandiri paling banyak meninggal di Jawa Barat, yaitu 248 orang, Daerah Istimewa Yogyakarta 134 orang, Jawa Tengah 114 orang, Jawa Timur 72 orang, Banten 68 orang, dan DKI Jakarta 53 orang, sisanya di luar Jawa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OTG padahal bukan

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban menyebutkan kemungkinan ini terjadi karaena rumah sakit yang sedang penuh oleh pasien dengan gejala berat.

Baca juga: 6.478 Warga Jakpus Jalani Isolasi Mandiri, Dipantau Berkala oleh Puskesmas dan Satgas

Kondisi pasien isoman yang mengalami pemburukan tentu akan mempercepat risiko kematian.

"Ternyata cukup lumayan (banyak) orang yang OTG atau gejala ringan itu kalau dirontgen ditemukan ada pneumonia. Harusnya OTG dan gejala ringan yang rontgennya ada pneumonia itu dirawat inap," jelas Zubairi.

"Kalau RS penuh ya harusnya dirawat di Wisma Atlet. Kalau semuanya penuh, ya minta berobat di IGD Covid-19, minta obatnya, kemudian diobati di rumah, namun dimonitor dengan IGD rumah sakit tersebut," ungkapnya.

Menurutnya, hal yang menjadi masalah adalah tak sedikit orang yang terkonfirmasi Covid-19 dari hasil tes PCR merasa baik-baik saja.

Gejala ringan seperti batuk, demam dan sedikit sesak napas dianggap biasa.

Hal ini kerap menimbulkan keyakinan bahwa dirinya aman karena sudah menjalani isoman.

"Ada orang yang merasa OTG, namun ketika diukur suhunya 38 derajat, (ia menjawab), 'Iya, kemarin aku 38 derajat, tapi sekarang setelah minum parasetamol sudah turun'. Ini sebetulnya bukan OTG," jelas Zubairi.

"Atau pasien ada batuk-batuk dengan sesak, itu bukan OTG," lanjutnya.

Periksa pneumonia dengan rontgen thorax

Zubair menyarankan bagi pasien isoman untuk menindaklanjuti tes PCR dengan foto rontgen thorax untuk mengetahui ada atau tidaknya kemungkinan pneumonia pada paru-paru.

"Semua orang yang positif PCR itu memang wajib thorax photo. Mengapa? Cukup banyak pasien yang datang ke RS rujukan dalam sesak napas," kata dia.

Baca juga: LaporCovid-19: 1.214 Warga di DKI Jakarta Meninggal saat Isolasi Mandiri

"Sudah terlambat karena selama di rumah merasa OTG atau gejala ringan yang hanya perlu isolasi mandiri," pungkas Zubairi.

Kematian pasien yang menjalani isolasi mandiri ini menjadi fenomena baru seiring meluasnya gelombang kasus Covid-19 yang didominasi varian Delta.

Selain itu, berdasarkan data LaporCovid-19 berbasis crowdsourching dapat dipastikan kondisi ini merupakan puncak gunung es.

Kepala Seksi Survailans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama mengatakan, risiko kematian pasien yang menjalani isolasi mandiri memang sangat tinggi.

Dia menyebutkan, data pada Sabtu (3/7/2021), terdapat 369 pemakaman yang dilakukan dengan prosedur Covid-19 di DKI Jakarta.

Dari jumlah itu, ada 45 korban atau 12,1 persen dari total jenazah yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 meninggal di rumah.

"Bahkan, pernah dalam sehari sampai 47 korban yang meninggal saat isolasi mandiri,” lanjutnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi