Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta-Fakta Pria di Toba yang Dianiaya karena Positif Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/NURWAHIDAH
Ilustrasi penganiayaan
|
Editor: Artika Rachmi Farmita

KOMPAS.com - Warganet dihebohkan oleh sebuah video berdurasi 37 detik di media sosial yang memperlihatkan seorang pria diikat dan dipukuli oleh warga. Dalam caption video yang diunggah akun @jhosua_lubis, disebutkan bahwa pria itu terjangkit positif Covid-19.

Pria bernama Salamat Sianipar (45), warga Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumut, dianiaya warga setempat. Penganiayaan diduga karena warga menolak Salamat yang merupakan pasien Covid-19 isolasi mandiri di rumah.

Mengapa warga menganiaya Salamat? Berikut beberapa fakta yang bisa diamati menurut berbagai sumber yang dirangkum kontributor Kompas.com di Kabupaten Toba:

Baca juga: Viral, Video Pria Positif Covid-19 Diikat, Diseret dan Dipukuli Warga di Kabupaten Toba

1. Positif Covid-19, isolasi mandiri di rumah

Keponakan Salamat, Jhosua Lubis menjelaskan, awalnya Salamat merasakan indra perasa dan penciumannya menghilang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mulanya tulang (paman/om) saya mengeluh hilang penciuman dan perasa, bersama dengan salah satu pekerjanya yang sama-sama bekerja di bengkel," kata Jhosua yang dikonfirmasi Kompas.com lewat sambungan telepon, Sabtu (24/7/2021).

Salamat lalu memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan setempat dan hasilnya dinyatakan positif Covid-19. Dia dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk melakukan isolasi mandiri.

"Karena gejala ringan, jadi dianjurkan petugas kesehatan untuk isolasi mandiri di rumah. Dan tulang saya menurutinya," ujar Jhosua.

2. Isolasi dipindahkan ke gubuk di tengah hutan

Sebagai jalan tengah, lokasi isolasi Salamat dipindahkan ke sebuah gubuk oleh aparat desa. Ia ditempatkan di dalam hutan yang berada jauh dari desa.

Beberapa hari di sana, Salamat merasa depresi hingga memutuskan kembali ke rumah pada Kamis (22/7/2021). "Tulang saya sempat dijauhkan dan dibuat di gubuk di dalam hutan. Rupanya dia tidak tahan dan depresi, makanya kembali ke rumah."

Baca juga: Sempat Viral Obat Covid-19, Ada Politikus PDI-P di Balik Ivermectin?

3. Diduga stres terkena Covid-19

Dikutip dari TribunMedan.com, Sekretaris Daerah Kabupaten Toba Audi Murphy Sitorus mengatakan, kejadian tragis tersebut disebabkan Salamat berperilaku aneh. Setelah tahu dirinya terkonfirmasi positif Covid-19, ia langsung memeluki warga agar tertular virus corona.

"Kemarin saat terpapar (Covid-19), entah stres atau apa, asal ketemu sama orang, dipelukinya orang supaya kena juga," kata Audy dikutip dari TribunMedan.com.

Salamat juga ingin memeluk Wakapolsek saat datang untuk memantau waktu itu. "Bidan desa itu juga saat mau memakaikan APD langsung dipeluknya," sambungnya.

Kesal dengan ulahnya, warga terpicu marah dan mengamuk. Mereka mengikat dan menganiaya Salamat. "Kejadiannya hari Kamis (22/7/2021) kemarin. Waktu itu Satgas sudah mau mengamankan yang bersangkutan karena tindakannya aneh-aneh," ungkapnya.

4. Ditolak tetangga karena kembali ke rumah

Tak tahan sendirian di gubuk tengah hutan, Salamat berjalan kembali ke rumahnya. Saat itulah masyarakat setempat menyadari kedatangannya, lalu memaksa Salamat agar kembali ke tempat isolasinya semula.

Namun yang terjadi, Salamat malah dianiaya. Ia diseret dalam kondisi tubuh terikat kemudian dipukuli seperti hewan.

"Saya sangat miris sekali. Makanya saya posting di Instagram biar ada keadilan buat tulang saya. Dan ini harus diproses secara hukum," ujar Jhosua.

Baca juga: Ahli Ungkap Penyebab Pasien Isolasi Mandiri Banyak yang Meninggal

Jhosua menilai, kejadian itu disebabkan kurangnya informasi masyarakat setempat mengenai Covid-19. "Covid-19 bukanlah aib. Jadi minimnya informasi yang membuat masyarakat seperti itu. Dan saya sangat berharap kejadian itu bisa diusut tuntas, apalagi informasi ada aparat desa yang juga ikut melakukan dalam video tersebut." ujar Jhosua.

5. Akhirnya dirawat di rumah sakit

Ketua Pemuda Batak Bersatu Kabupaten Toba, Muktar Hutahaean mengatakan, setelah kejadian itu, korban dibawa ke rumah sakit setempat di Porsea. Namun, korban malah lari meninggalkan rumah sakit.

"Hingga akhirnya pagi tadi kita temukan dalam kondisi depresi dan ketakutan, bersembunyi di semak-semak," kata Muktar lewat sambungan telepon.

Bupati Toba Poltak Sitorus menambahkan, korban akan mendapat penanganan khusus karena memiliki gejala depresi. "Pasien tersebut perlu ditangani dengan perlakuan khusus karena ada gejala depresi. Harus ditempatkan dalam satu kamar tersendiri, jadi tidak digabung dengan pasien Covid lain," katanya.

Baca juga: Pemerintah Beri Bansos untuk Kepala Keluarga yang Positif Covid-19

6. Pihak keluarga lapor ke polisi

Melihat Salamat diperlakukan seperti itu, pihak keluarga membuat laporan ke kepolisian setempat.

Kepala Bidang Penerangan Masyarakat (Kabid Penmas) Kepolisian Daerah Sumatera Utara, AKBP MP Nainggolan membenarkan adanya kejadian itu. "Benar (kejadiannya), sudah ditangani Polres Toba," ujar Nainggolan.

Terkait dengan penganiayaan itu, pihaknya telah berkordinasi dengan Kasubbag Humas. "Laporan sudah diterima dan akan diproses," kata Nainggolan.

Sementara itu, Kepala Polisi Resor Toba AKBP Akala Fikta Jaya belum memberikan keterangan atas kejadian tersebut.

Sebelumnya diberitakan, viral di media sosial sebuah video penganiayaan seorang pria. Peristiwa itu terjadi di Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Padang Sidempuan, Oryza Pasaribu|Editor: David Oliver Purba), TribunMedan.com

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi