KOMPAS.com - Memenangkan medali pada ajang olimpiade menjadi kebanggaan tersendiri baik bagi atlet maupun bagi suatu negara.
Kebanggaan juga dirasakan masyarakat Indonesia ketika Windy Cantika Aisah menjadi atlet Indonesia pertama yang berhasil meraih medali di Olimpiade Tokyo 2020.
Perempuan berusia 19 tahun tersebut memenangkan satu medali perunggu untuk cabang olahraga angkat besi.
Mengutip laman resmi Olimpiade, hingga saat ini, posisi Indonesia dalam daftar perolehan medali Olimpiade Tokyo 2020 berada di urutan 24 dengan satu medali perunggu.
Selama seratusan tahun, olimpiade telah digelar dan diikuti oleh berbagai negara.
Baca juga: Cara Cek Jadwal Pertandingan dan Link Streaming Olimpiade Tokyo 2020
Berikut deretan negara yang memenangkan medali terbanyak sepanjang sejarah:
10 negara medali terbanyak
Mengutip Statista, laman penghimpun data dan survei internasional, merangkum data perolehan medali olimpiade musim panas tiap negara sepanjang 1896-2016.
Berikut daftar 10 negara dengan perolehan medali terbanyak selama olimpiade musim panas:
- Amerika Serikat (AS): 1.022 medali emas, 795 medali perak dan 705 medali perunggu.
- Rusia: 589 medali emas, 486 medali perak dan 481 medali perunggu.
- Uni Soviet: 440 medali emas, 357 medali perak dan 325 medali perunggu.
- Jerman: 428 medali emas, 444 medali perak dan 474 medali perunggu.
- Inggris: 263 medali emas, 295 medali perak dan 293 medali perunggu.
- China: 224 medali emas, 167 medali perak dan 155 medali perunggu.
- Prancis: 212 medali emas, 241 medali perak dan 263 medali perunggu.
- Italia: 206 medali emas, 178 medali perak dan 193 medali perunggu.
- Hongaria: 175 medali emas, 147 medali perak dan 169 medali perunggu.
- Australia: 150 medali emas, 167 medali perak dan 190 medali perunggu.
Baca juga: INFOGRAFIK: Profil Ahsan/Hendra, Juara Dunia Badminton 2019
Latar politik
Dalam sejarah olimpiade musim panas, AS menjadi negara paling sukses, dengan total lebih dari 2.500 medali dalam 27 cabang olahraga olimpiade.
Meskipun China hanya mengikuti 10 kali olimpiade musim panas, mereka memiliki medali emas terbanyak keenam.
Terlepas dari peningkatan investasi ini, Olimpiade 2012 dan 2016 mencatat rekor jumlah atlet kelahiran Afrika yang mewakili negara-negara berpenghasilan tinggi di Teluk Arab, terutama atlet kelahiran Kenya dan Ethiopia yang bersaing untuk Bahrain.
Sementara negara-negara Eropa dan Anglophone mendominasi tabel medali.
Negara-negara ini telah mendominasi tabel medali di masa lalu karena memiliki dana untuk mengirim atlet di seluruh dunia.
Pada 1964, kota-kota tuan rumah selalu berada di negara-negara ini, sehingga menyebabkan kesulitan keuangan dan logistik bagi negara-negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
Baca juga: Selain Bulu Tangkis, Ini Olahraga yang Cocok untuk Anak Sesuai Usia
Kesulitan keuangan telah menyebabkan beberapa negara menolak undangan ke Olimpiade pada 1980-an.
Banyak negara Afrika dan Amerika Latin bergabung dalam boikot yang dipimpin AS terhadap Olimpiade Moskow 1980 (karena invasi Soviet ke Afghanistan).
Boikot ini juga berkontribusi pada perolehan medali tinggi Uni Soviet dan Jerman Timur, karena kedua negara mengambil alih enam puluh persen dari semua medali emas yang tersedia.
Sebagai pembalasan, Uni Soviet memimpin boikot Olimpiade berikutnya di Los Angeles, membuka jalan bagi Amerika Serikat untuk memenangkan hampir setengah dari semua medali emas yang tersedia pada 1984.
Baca juga: Mengenang Legenda Bulu Tangkis Indonesia Johan Wahyudi...
Skandal doping
Selain masalah keuangan dan politik, olimpiade juga sempat dihebohkan dengan skandal doping atau produk berupa obat atau darah untuk meningkatkan prestasi atlet.
Akhirnya, pada 1999 Komite Olimpiade Internasional mendirikan Badan Anti-Doping Dunia (WADA).
Atlet dari Rusia dan negara-negara bekas Soviet sangat terdampak atas keputusan anti-doping ini.
Baca juga: Meninggal Dunia, Berikut Perjalanan Legenda Bulu Tangkis Tati Sumirah
Mereka mewarisi program doping yang disponsori negara sejak 1980-an.
Pada 2019, WADA melarang semua atlet Rusia dari Olimpiade 2020 di Tokyo karena skandal doping yang disponsori negara.
Atlet dari Rusia hanya dapat bertanding jika mereka telah dinyatakan lulus oleh WADA sebelum pertandingan.
Mereka juga harus bertanding di bawah bendera netral (bukan berdasarkan Jerman Timur atau Jerman Barat).
Baca juga: Trending di Twitter, Ini Kiprah Taufik Hidayat di Dunia Bulu Tangkis
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.