Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Akademisi dan konsultan komunikasi
Bergabung sejak: 6 Mei 2020

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Pahlawan-pahlawan di Tengah Pandemi

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Petovarga
Ilustrasi Covid-19
Editor: Heru Margianto

“Pahlawan adalah seseorang yang tidak mementingkan diri sendiri, yang murah hati, yang hanya mencoba untuk memberi kembali sebanyak mungkin dan membantu orang. Seorang pahlawan bagi saya adalah seseorang yang menyelamatkan orang dan sangat peduli." (Debi Mazar)

Beberapa larik kalimat di atas, dalam beberapa hari belakangan ini bisa kita temukan di masa pandemi Covid-19.

Betapa tidak, di saat angka kematian harian dan angka positif kasus Covid harian sedang memuncak, di saat kelangkaan oksigen dan ruang perawatan di banyak rumah sakit terjadi, dan di saat banyak kegiatan usaha masyarakat mengibarkan bendera putih sebagai pertanda “menyerah” karena tidak bisa lagi mengais rezeki, pertolongan “pahlawan” itu menyentak mata batin kita.

Keluarga mendiang Akidi Tio asal Langsa, Aceh menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan Covid di Provinsi Sumatera Selatan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak saja fantastis dalam besaran nominal sumbangan, tapi juga mencuatkan nama keluarga Akidi Tio yang selama ini “senyap” dalam blantika aksi-aksi sosial yang kerap diunggah “dermawan unyu-unyu” di media sosial.

Wasiat dari Akidi Tio juga sangat mulia, ingin menyumbangkan dana untuk penanganan warga yang terdampak Covid, tanpa melihat latar belakang penerima bantuan.

Akidi Tio sengaja memilih Sumatera Selatan karena pernah berusaha di sana dan sebagai balas budinya daerah tersebut yang dipilihnya. Di Aceh sendiri, mendiang Akidi Tio juga ringan tangan dalam membantu warga selama hidupnya.

Baca juga: Sosok Akidi Tio, Dermawan Asal Aceh yang Sumbang Rp 2 T bagi Korban Pandemi Covid-19

Sebelumnya pengusaha Sukanto Tanoto telah menyumbangkan 500 ton oksigen untuk membantu kelangkaan oksigen di masyarakat.

Di Jambi, pengusaha hotel Bob Bee Builder mempersilahkan warga yang tengah isolasi mandiri untuk menggunakan hotelnya tanpa bayar.

Selain menggratiskan hotel bintang 3 miliknya, pengusaha ini juga menyediakan peti mati gratis untuk jenazah penderita covid.

Baca juga: Setelah Gratiskan Hotelnya untuk Tempat Isoman, Kini Bob Bee Builder Sumbangkan 100 Peti Mati

Di Jakarta, beberapa ibu rela menyumbangkan ASI yang dimilikinya untuk bayi-bayi yang ibunya meninggal karena Covid atau untuk ibu-ibu  yang tengah kesulitan memproduksi air susu ibu (ASI) karena tengah isolasi mandiri di rumah.

Pengusaha laundry di Pancoran, Jakarta, juga menggratiskan biaya cuci setrika dan antar jemput pakaian kotor bersih untuk para tenaga kesehatan yang berjuang di garda depan.

Romeo Julianto Sirait, pemilik warung bubur ayam di Semarang, Jawa Tengah juga menggratiskan bubur jualannya untuk warga yang tengah isolasi mandiri di rumah. Walau kerap rugi, warung ini masih terus menebar kebaikan (Kompas.com, 11 Juli 2021).

Baca juga: Rajin Sumbang Bubur untuk Pasien Isoman, Warung di Semarang Diborong Ganjar

Di Depok, Jawa Barat, sebuah yayasan tergerak menyebarkan bantuan makanan siap santap untuk warga yang tengah isolasi mandiri di rumah.

Rantang cinta ini lahir sebagai bentuk sosial di tengah masih adanya ketidakpedulian dan sifat skeptis warga yang melihat ada salah satu warga di lingkungannya yang tengah isolasi mandiri (Kompas.com, 27 Juli 2021).

Baca juga: Tergerak dari Kisah Intimidasi Pasien Isoman, Rantang Cinta Hadir di Depok

 

Ibu-ibu PKK di Lamongan, Jawa Timur juga tidak ketinggalan berbuat kebajikan. Untuk membantu warga yang kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidup, mereka menyediakan tas plastik berisi sembako. Dengan kegiatan yang diberi nama “Beri Seiklasnya, Ambil Seperlunya”, aksi terpuji juga menampung warga lain yang ingin menyumbang (Kompas.com, 26 Juli 2021).

Baca juga: Gotong Royong Saat Pandemi Covid-19: Beri Seikhlasnya, Ambil Seperlunya

Pahlawan bisa hadir dalam tiap kesempatan

Dalam setiap babakan sejarah perjalan bangsa ini – termasuk di saat pandemi – setiap tantangan dan cobaan akan melahirkan pahlawan-pahlawan.

Perjuangan semua komponen anak bangsa di masa pandemi ini melahirkan pahlawan-pahlawan kemanusian yang rela berkorban.

Tidak saja untuk keluarga Akidi Tio yang merelakan Rp 2 triliun miliknya, sosok pahlawan juga muncul pada ibu yang menyumbangkan ASI-nya, pemilik warung bubur ayam, pengusaha laundry, penyebar rantang cinta dan ibu-ibu PKK.

Para tenaga medis yang berjuang di garda depan, para petugas pemulasaraan jenazah, para penggali kubur, para vaksinator yang menyuntikkan vaksin, para aparat yang mengawasi pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) agar penularan tidak meluas, semuanya adalah pahlawan-pahlawan kemanusian.

Beban pemerintah sudah sangat-sangat berat, utang kian membesar dan segala persoalan ikutan selalu muncul dalam pandemi sekarang ini.

Jenis bantuan sosial yang diberikan pemerintah selama pandemi sendiri terdiri dari: bantuan sembako untuk Bodetabek senilai Rp 600 ribu untuk keluarga miskin selama 3 bulan, bantuan sosial tunai untuk warga di luar Bodetabek senilai Rp 600 ribu untuk warga miskin selama 3 bulan, pengalihan anggaran dana desa untuk bantuan langsung tunai senilai Rp 600 ribu per bulan, pembebasan tagihan listrik termasuk penghapusan biaya minimum dan abonemen untuk warga terdampak, kartu pra kerja untuk membantu karyawan yang terkena PHK dan pengangguran, subsidi gaji karyawan swasta yang terdaftar di BPJS dan bergaji di bawah Rp 5 juta per bulan, serta bantuan langsung tunai untuk usaha mikro kecil (Kompas.com, 26/08/2020).

Kehadiran para pahlawan dengan berbagai bantuannya itu – terlepas dari besar kecilnya sumbangan – sungguh sangat berarti di saat kehidupan semua lapisan masyarakat terdampak pandemi.

Semua sektor kehidupan mengalami kelumpuhan, apalagi dengan pemberlakuan PPKM yang sangat mematikan usaha masyarakat kecil.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 menyebut 57 persen masyarakat Indonesia masih bekerja di sektor informal.

Tukang becak, buruh tani, pembuat stempel di pinggir jalan, pengemudi online, buruh cuci, tukang pijat, pembantu rumah tangga paruh waktu, atau pedagang asongan adalah contoh jenis-jenis pekerjaan informal. Tidak ada kepastian pendapatan dan tidak ada perlindungan.

Baca juga: Kala Jokowi (Merasa) Sendiri

Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian, peran serta seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan di saat pandemi.

Kita bangsa yang besar, tidak saja besar dalam artian jumlah penduduknya tetapi juga bisa dimaknai besar dalam potensi penggalangan solidaritas.

Perang fisik melawan kolonial yang memiliki persenjataan modern saja sanggup dilakukan oleh para pahlawan-pahlawan kita dulu dengan menggunakan senjata ala kadarnya. Kita pun saat ini pasti sanggup bersama melawan pandemi.

Tidak perlu harta berlimpah

Untuk menjadi pahlawan di masa pandemi, tidak harus memiliki kekayaan berlimpah terlebih dahulu seperti Bento dalam lirik lagu Iwan Fals.

Menjadi pahlawan di masa pandemi bisa kita lakukan sesuai kemampuan yang kita miliki saat ini.

Yang punya kelebihan rezeki, bisa menyediakan cantelan sembako di depan pagar rumah masing-masing, bisa mentransfer dana untuk aksi sosial pihak lain, atau bisa juga menyumbang tenaga untuk mejadi relawan di tempat penampungan penderita Covid.

Kita semua adalah “pahlawan-pahlawan” untuk keluarga kita masing-masing. Mengajarkan dan memberi contoh penerapan protokol kesehatan kepada anak-anak kita, tetap melakukan kegiatan produktif selama di rumah, tetap menjaga kesehatan, tidak sharing informasi dari media sosial tanpa saring terlebih dahulu adalah contoh kepahlawanan kita di rumah.

Tindakan-tindakan kita seperti itu, justru sangat membantu beban pemerintah dan beban tenaga kesehatan di rumah sakit andai kita tetap sehat.

Seorang pengantar makanan online yang tengah berjuang mencari nafkah untuk keluarganya, meninggal dunia dalam perjalanan mengantar pesanan di Kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (26/7/2021) kemarin.

Sebungkus jus buah masih menggantung di cantolan motornya, yang belum sempat diantar kepada pemesannya.

Pesanan tersebut merupakan order pertamanya di hari itu, walau hari sudah beranjak sore.

Pengantar makanan online yang gugur tadi, tetaplah sosok pahlawan. Pahlawan bagi keluarganya, dan pahlawan bagi pemesan yang tengah butuh vitamin dalam buah.

Terima kasih untuk para pahlawan-pahlawan kemanusian di masa pandemi!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi