Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Pesonamologi Narada

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/ NINOK LEKSONO
Suryatmaja (Karna) dan Arjuna dipisah saat bertarung oleh Batara Narada (tengah) dalam lakon Suryatmaja Maling.
Editor: Heru Margianto

NASKAH ini saya tulis khusus bagi yang sudah bosan membaca naskah terkait Corona. Bagi para penggemar naskah terkait Corona sebaiknya berhenti membaca sampai di sini.

Bagi yang nekat lanjut membaca harap bertanggung-jawab atas kenekatan diri sendiri masing-masing.

India

Sama halnya dengan kelirumologi bukan ilmu membuat kekeliruan maka pesonamologi juga bukan ilmu membuat pesona.

Pesonamologi sekadar suatu upaya mempelajari pesona. Kali ini tentang pesona Narada. Hanuman India masih mirip Anoman Indonesia namun Narada India jauh beda dari Narada Indonesia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narada India ganteng memesona seperti penyanyi rock n roll Elvis Presley atau raja dangdut, Rhoma Irama. Sementara Narada Indonesia overweight gimbal-gimbul mirip Semar dan saya.

Narada India merdu menyanyi sehingga konon sempat memesona Kresna bahkan Shiwa. Narada Indonesia pandai bersilat lidah sehingga konon tidak pernah kalah debat.

Suara cempreng Narada Indonesia khas tiada dua maka langsung bisa dikenal telinga sebelum terlihat mata.

Ada tiga versi Narada India yaitu Mahabharata, Purana, dan Jainisme yang bahkan memiliki 9 Narada di dalam kosmologi Jain yaitu Bhima, Mahabhima, Rudra, Maharudra, Kala, Mahakala, Durmukha, Narakamukha dan Adhomukha.

Narada di Indonesia cukup satu saja yaitu versi Wayang Purwa.

Indonesia

Menurut pedalangan Wayang Purwa, Batara Narada adalah putra Sanghyang Caturkaneka. Ayahnya adalah sepupu Sanghyang Tunggal sebagai ayah dari Batara Guru.

Pada mulanya Narada berwujud tampan. Ia bertapa di tengah samudera sambil memegang pusaka cupu Linggamanik pemberian ayahnya.

Hawa panas yang dipancarkan Narada sempat membuat kahyangan gonjang-ganjing. Batara Guru mengirim para dewa-dewi untuk menghentikan Narada dari tapanya. Akan tetapi tidak seorang pun dewa mampu mewujudkan perintah tersebut.

Batara Guru memutuskan berangkat sendiri untuk menghentikan tapa Narada. Narada pun terbangun. Keduanya kemudian terlibat perdebatan seru. Batara Guru kalah debat maka marah dan mengutuk Narada sehingga berubah wujud menjadi jelek.

Sebaliknya, karena Narada telah dikutuk tanpa penyebab yang jelas, Batara Guru pun terkutuk berlengan empat.

Sadar bahwa Narada memang lebih pandai darinya, maka Batara Guru memohon maaf dan meminta Narada supaya sudi tinggal di kahyangan sebagai staf ahli diplomasi Swargaloka.

Dalam pentas pedalangan, tempat tinggal Batara Narada disebut dengan nama Kahyangan Sidiudal-udal alias kawasan Swargaloka yang gemar mengudal-udal.

Mustahil sempurna

Menurut tafsir subyektif saya pribadi ada kesamaan antara Semar dan Narada bukan hanya bentuk ragawi yang overweight saja. Semar adalah pendamping Pandawa di marcapada sementara Narada adalah pendamping para dewata di swargaloka.

Narada sebagai ahli debat yang senantiasa terbuka untuk dikritik merupakan indikasi kesuriteladanan bahwa pada hakikatnya manusia mustahil sempurna.

Maka tidak ada manusia termasuk para cendekiawan dan penguasa yang dianggap sempurna sehingga tidak boleh dikritik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi