KOMPAS.com - Pakar keamanan siber dari lembaga riset nonprofit CISSReC, Pratama Persadha, mengimbau agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan para pejabat negara tidak lagi menggunakan aplikasi WhatsApp agar terhindar dari spyware Pegasus.
Pratama mengatakan, saat ini malware tersebut tengah menyerah sejumlah kepala negara dan pejabat pemerintah, salah satu yang mengalaminya adalah Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
“Presiden (Jokowi) dan para pejabat penting negara harus waspada, disarankan tidak lagi memakai WhatsApp karena menjadi pintu masuk Pegasus,” ujar Pratama, sebagaimana diberitakan Kompas TV, Senin (26/7/2021).
Pada tahun 2019, WhatsApp mengumumkan, ada sekitar 1.400 perangkat pengguna di 20 negara yang disusupi oleh spyware Pegasus.
Diberitakan Kompas.com, Senin (26/7/2021), dari ribuan pengguna, mereka mengklaim bahwa 100 pengguna di antaranya adalah aktivis, pengacara, jurnalis, dan akademisi.
Sebagaimana yang diungkap Pratama, Head of WhatsApp, Will Cathcart mengatakan bahwa saat ini para pejabat di pemerintahan juga menjadi sasaran spyware Pegasus.
Baca juga: Benarkah WhatsApp Rentan Diretas Spyware Pegasus? Ini Kata Ahli
Cathcart tidak menyebut pejabat pemerintahan tersebut dan asal negaranya, namun beberapa di antaranya bekerja di bidang keamanan nasional di negara-negara sekutu Amerika Serikat (AS).
Menurut Cathcart, orang-orang yang perangkat komunikasi diretas dengan spyware Pegasus merupakan orang yang biasanya tidak menjadi target pengintaian.
Spyware Pegasus ini dapat menyusup ke dalam dashboard dan mengendalikan smartphone tanpa sepengetahuan sang pemilik. Dengan cara ini, peretas dapat melakukan panggilan, perekaman, dan pengiriman pesan.
Pratama menjelaskan, spyware Pegasus dapat memata-matai semua aplikasi pada ponsel yang diretasnya dan mencuri semua data korban.
Menurut Pratama, perlu dilakukan uji forensik pada perangkat komunikasi yang sedang digunakan sebagai upaya antisipasi.
Baca juga: Mengenal Spyware Pegasus Pembobol WhatsApp Indonesia
Melakukan protokol keamanan pada nomor ponsel yang digunakan juga penting. Nomor ponsel tidak boleh bocor karena aplikasi WhatsApp bisa menjadi gerbang masuk bagi Pegasus.
“Ponsel apapun termsuk iPhone masih bisa ditembus oleh Pegasus. Langkah Preventif yang paling bisa dilakukan adalah menggunakan software enkripsi sehingga data yang akan ditransmisikan atau dicuri oleh Pegasus tidak serta merta langsung bisa dibuka atau diolah,” katanya.
Mengenal Spyware Pegasus
Pegasus merupakan perangkat lunak spyware buatan Israel. Ia dikembangkan oleh perusahaan teknologi asal Israel, NSO Group.
Spyware Pegasus memiliki kemampuan untuk mematai-matai pengguna smartphone dan mencuri data-data milik pengguna.
Diberitakan Kompas.com, Senin (26/7/2021), Pegasus versi pertama menyusup ke perangkat komunikasi melalui metode spear phishing, yakni teknik manipulasi agar korban mengeklik tautan berbahaya yang berisi Pegasus.
Baca juga: Pemuda Sleman Retas Perusahaan Amerika dengan Ransomware, Apa Itu?
Saat ini, spyware Pegasus bisa dipasang mengandalkan celah keamanan dalam sejumlah aplikasi umum yang terpasang di smartphone.
Bahkan, Pegasus bisa menyusup dengan serangan “zero-click” yang tidak membutuhkan interaksi apapun dari pengguna smartphone.
Selain itu, spyware ini bisa tertanam di perangkat yang bisa mengirim sinyal ke smartphone, salah satunya adalah wireless transceiver.
Pegasus tergolong spyware yang berbahaya karena dapat memata-matai, mencuri data, dan mengendalikan perangkat komunikasi tanpa sepengetahuan sang pemilik.
Spyware Pegasus bisa mengaktifkan mikrofon dan kamera untuk mengintai aktivitas dan pembicaraan, menyadap teks percakapan, mengetahui lokasi pengguna, dan lain-lain.
Seluruh data yang tersimpan di dalam smartphone bisa dikirimkan Pegasus kepada penyebar spyware tersebut.
Sumber: Kompas.com
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.