Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Larang Ekspor Bentuk Umbi, Ini Alasan Porang Diburu Orang

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN
Kegiatan panen perdana tanaman porang yang dilakukan petani Cianjur, Jawa Barat. Petani mengaku untung besar karena nilai jualnya yang tinggi di pasaran saat ini.
|
Editor: Artika Rachmi Farmita

KOMPAS.com- Melalui Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Presiden Joko Widodo meminta porang Madiun tak lagi diekspor dalam bentuk umbi ke luar negeri, namun harus dalam bentuk olahan. Alasannya, tanaman ini memiliki segudang manfaat sehingga diburu orang.

Melalui laman resminya, Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa porang (Amorphophallus muelleri blume) memiliki peluang besar untuk ekspor. Di kalangan petani Indonesia pun, umbi-umbian ini menjadi primadona lantaran nilai ekonominya tinggi.

Guru Besar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB University Edi Santosa mengungkapkan, nilai tanaman porang ini terletak pada kandungan senyawa glukomanan yang tinggi di dalamnya.

 

Senyawa glukomanan memiliki segudang manfaat. Mulai dari sumber bahan pangan yang sehat, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar gula darah, mencegah kanker, menurunkan berat badan, sampai mengatasi sembelit.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Di sisi lain, senyawa glukomanan ini juga dapat dimanfaatkan untuk pelapis obat di bidang medis," tambah Edi dikutip Kompas.com, Kamis (22/4/2021).

Nah, dari 200 spesies tanaman Amorphophallus, hanya ada tiga jenis yang memiliki nilai ekonomi tinggi, yakni Amorphophallus konjac, Amorphophallus paeoniifolius (suweg), dan Amorphophallus muelleri (porang atau iles-iles).

Makanan tentara Jepang

Pada dasarnya, porang merupakan tanaman hutan. Pemanfaatan porang dimulai sejak masa penjajahan Jepang di tahun 1942. Tentara Jepang mengonsumsinya sebagai logistik selama berperang.

Baca juga: Selain Sarang Walet, Porang Juga Jadi Incaran di Pasar Global

 

Edi menjelaskan, tanaman porang baru mulai intensif dibudidayakan sejak tahun 1980-an. Saat itu, Perhutani memperkenalkan porang atau iles-iles ke Cepu untuk ditanam di bawah tegakan tanaman jati.

Soal budidaya, sambung Edi, porang dapat ditanam di mana saja. Tanaman porang dapat ditanam di bawah naungan ataupun lahan sawah terbuka.

Mudahnya budidaya porang ditanam di tanah beriklim tropis di Indonesia ini membuatnya kian populer di kalangan petani.

“Kalau hidup di hutan saja sudah bagus apalagi kalau dibudidayakan secara intensif dan terawat,” ujar dia.

Cocok untuk diet

Karena penggunaannya luas, tanaman porang banyak dicari orang. Edi mengatakan, manfaat tanaman porang ini memang cukup banyak, mulai dari aspek sosial, ekonomi, bahkan medis.

Tanaman umbi-umbian ini memiliki beberapa sifat yang bisa dibilang belum ditemukan dibandingkan jenis umbi lainnya. Terutama khasiat utama porang untuk kesehatan.

Edi menyebutkan senyawa glukomanan, yang mengandung nutrisi yang tergolong sebagai karbohidrat rantai panjang. Artinya, saat dimakan karbohidrat tersebut tidak mudah dicerna dengan baik.

"Karena sifatnya (tanaman porang) tidak mudah dicerna dengan baik, maka kalau kita itu ingin diet, itu berarti banyak-banyak makan porang," ujarnya.

Bisa dicampur dengan bahan apapun

Selain bisa digunakan atau sangat baik untuk program diet, kandungan karbohidrat glukomanan cocok dicampur dengan makanan apa saja. Misalnya dicampur dengan gula, dicampur garam, dicampur sayur di rajang-rajang (dipotong-potong), dicampur air bersih cocok, bahkan air kotor apalagi.

Tidak hanya bahan pangan, ternyata tanaman porang juga cocok untuk dicampur bahan-bahan medis dan juga industri.

"Jadi netralitasnya sangat tinggi. Memiliki netralitas yang sangat tinggi, sehingga bahan itu bisa dipakai di mana saja, untuk apa saja," tutur dia.

Baca juga: Mentan: Presiden Minta Porang yang Diekspor Sudah Diproses...

 

Peluang ekspor tinggi

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga mengungkapkan potensi komoditas porang karena permintaan ekspornya terus meningkat. Tak hanya sebagai bahan pangan alternatif, namun juga bahan baku kosmetik.

Syahrul membeberkan, Kementan tengah fokus mengembangkan tanaman porang karena memiliki pasar ekspor yang menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional.

"Pasar ekspor porang, meliputi Jepang, Taiwan, Korea dan China serta beberapa negara di Eropa," ujarnya dalam talkshow bertajuk "Strategi Pengembangan Porang sebagai Komoditas Mahkota" di Bogor, Jawa Barat, Maret 2021.

Kementan mencatat ekspor porang periode Januari hingga 28 Juli 2020 sebesar 14.568 ton dengan nilai Rp 801,24 miliar. Sebelumnya, ekspor porang selama 2019 sebanyak 11.720 ton senilai Rp 644 miliar.

 

Potensi lain akan bertambah jika porang diekspor berupa produk turunan. "Komoditas porang dalam bentuk tepung dan chips saat ini di ekspor ke 16 negara antara lain, China, Jepang, Thailand, Taiwan, dan Myanmar. Beberapa negara lainnya masih meminta kepada Indonesia untuk mengekspor komoditas porang ke negaranya," ujar Syahrul.

Baca juga: 6 Alasan Harga Tanaman Porang Mahal Menurut Pakar IPB

Petani bisa raup untung Rp 500 juta

Di Blora, seorang petani mengaku tak kesulitan meraup keuntungan hingga Rp 500 juta. Heriyanto asal Desa Karangjong, Ngawen mengatakan, angka itu diperolehnya dari satu hektar lahan dengan modal 1 kilogram berisi 5 bibit selama setahun.

Meski keuntungannya besar, tapi biaya produksi untuk mendapatkan keuntungan sebanyak itu juga tidak sedikit. Sementara bonusnya, yakni katak porang dalam satu pohon, bisa menghasilkan sekitar 10 buah. "Dengan modal kerja per hektar estimasi sekitar 100 sampai Rp 120 juta setahun, itu baru dihitung dari umbinya," katanya. "Sekarang detik ini (katak) sekilo fresh Rp 190.000.

Nanti kalau sudah dikarantina sebulan itu bisa nyampe Rp 250.000, pas musim tanam tembus di Rp 500.000 sekilo," jelasnya. Maka bisa dibayangkan, untuk menghasilkan keuntungan ratusan juta rupiah di lahan pertanian satu hektar dalam setahun, bukan perkara yang tidak mungkin. "Artinya keuntungannya seperti multiplier effect," pungkas dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Ramdhan Triyadi Bempah, Ellyvon Pranita)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi