Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Tren "Lying Flat" atau "Tang Ping" di Kalangan Anak Muda China

Baca di App
Lihat Foto
AFP/WANG ZHAO
Ilustrasi kehidupan di China: A man rests outside an office building in Beijing on July 15, 2020. (Photo by WANG ZHAO / AFP)
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Kelompok usia muda di China mulai menggandrungi tren "lying flat" atau "tang ping"

Tang ping adalah perubahan gaya hidup yang digambarkan sebagai penangkal tekanan pekerjaan dan jam kerja yang panjang.

Anak-anak muda rela keluar dari pekerjaan bergaji tinggi dan jam kerja ketat, demi menikmati hidup yang lebih santai.

Tak hanya itu saja, gerakan tang ping juga menjadi wujud protes atas kelayakan upah dan ekspresi pesimis para kaum muda atas keberhasilan karir mereka.

Akan tetapi, tren tang ping menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Pemerintah China.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, China Tutup Sejumlah Kota dan Lakukan Tes Besar-besaran

Istilah tang ping

Diberitakan BBC, istilah "tang ping" diyakini berasal dari sebuah unggahan di situs media sosial yang populer di China.

Misalnya Sina Weibo, situs microblogging yang sering dipakai anak muda di China. Kata tang ping pun menjadi istilah tersebut segera menjadi kata kunci populer.

Gagasan di balik tang ping adalah tidak terlalu banyak bekerja, puas dengan pencapaian yang lebih mungkin dicapai, dan memberikan waktu untuk bersantai.

Tren tang ping pun digemari anak muda dan banyak meme terkait topik ini.

Situs berita Sixth Tone melaporkan bahwa grup Douban, grup khusus "tang ping" telah ditarik dari 6.000 anggotanya.

Grup Douban telah dihapus dan pencarian untuk tagar #TangPing telah dilarang di Sina Weibo.

Ini adalah sensor sekaligus upaya untuk mencegah orang-orang mengikuti tren tang ping.

Upah stagnan dan kompetitif

Tren semacam ini muncul mengingat meningkatnya tekanan yang diberikan pada warga negara muda di China.

Pada generasi sebelumnya, karier sukses di China digambarkan ketika seseorang bekerja keras, menikah dan memiliki anak.

Akan tetapi, karyawan dituntut untuk bekerja dengan jam ketat, sementara harga rumah terlampau mahal dibandingkan upah mereka.

Kaum muda di China tak ingin seperti generasi itu.

Baca juga: Update Corona 5 Agustus: Klaster Olimpiade Tokyo 2020 hingga Pembatasan di China

Pada akhirnya, menurut para pengamat, tang ping menjadi cerminan atas kekecewaan kelas menengah China, yang dihadapkan dengan upah stagnan di kota-kota yang semakin mahal dan kompetitif.

"Orang-orang menyadari tidak ada mobilitas ke atas. Ini adalah penerimaan negatif: Hidup saya seperti ini. Akan selalu seperti ini," kata Yicheng Wang, seorang mahasiswa PhD ilmu politik di Universitas Boston yang mempelajari propaganda dan wacana populer, mengutip Washington Post

Semakin populer tang ping, semakin menimbulkan kekhawatirkan dari otoritas.

Tak hanya menghapus grup di media sosial, tang ping juga diberitakan negatif oleh media yang berafiliasi dengan pemerintah China.

Surat kabar Guangzhou yang didukung pemerintah, Nanfang Daily, menyebut filosofi tang ping "memalukan".

Global Times yang dikelola pemerintah, menggambarkan "lying flat" bukanlah filosofi yang serius.  

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi