KOMPAS.com - Kelompok usia muda di China mulai menggandrungi tren "lying flat" atau "tang ping"
Tang ping adalah perubahan gaya hidup yang digambarkan sebagai penangkal tekanan pekerjaan dan jam kerja yang panjang.
Anak-anak muda rela keluar dari pekerjaan bergaji tinggi dan jam kerja ketat, demi menikmati hidup yang lebih santai.
Tak hanya itu saja, gerakan tang ping juga menjadi wujud protes atas kelayakan upah dan ekspresi pesimis para kaum muda atas keberhasilan karir mereka.
Akan tetapi, tren tang ping menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Pemerintah China.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, China Tutup Sejumlah Kota dan Lakukan Tes Besar-besaran
Istilah tang ping
Diberitakan BBC, istilah "tang ping" diyakini berasal dari sebuah unggahan di situs media sosial yang populer di China.
Misalnya Sina Weibo, situs microblogging yang sering dipakai anak muda di China. Kata tang ping pun menjadi istilah tersebut segera menjadi kata kunci populer.
Gagasan di balik tang ping adalah tidak terlalu banyak bekerja, puas dengan pencapaian yang lebih mungkin dicapai, dan memberikan waktu untuk bersantai.
Tren tang ping pun digemari anak muda dan banyak meme terkait topik ini.
Situs berita Sixth Tone melaporkan bahwa grup Douban, grup khusus "tang ping" telah ditarik dari 6.000 anggotanya.
Grup Douban telah dihapus dan pencarian untuk tagar #TangPing telah dilarang di Sina Weibo.
Ini adalah sensor sekaligus upaya untuk mencegah orang-orang mengikuti tren tang ping.
Upah stagnan dan kompetitif
Tren semacam ini muncul mengingat meningkatnya tekanan yang diberikan pada warga negara muda di China.
Pada generasi sebelumnya, karier sukses di China digambarkan ketika seseorang bekerja keras, menikah dan memiliki anak.
Akan tetapi, karyawan dituntut untuk bekerja dengan jam ketat, sementara harga rumah terlampau mahal dibandingkan upah mereka.
Kaum muda di China tak ingin seperti generasi itu.
Baca juga: Update Corona 5 Agustus: Klaster Olimpiade Tokyo 2020 hingga Pembatasan di China
Pada akhirnya, menurut para pengamat, tang ping menjadi cerminan atas kekecewaan kelas menengah China, yang dihadapkan dengan upah stagnan di kota-kota yang semakin mahal dan kompetitif.
"Orang-orang menyadari tidak ada mobilitas ke atas. Ini adalah penerimaan negatif: Hidup saya seperti ini. Akan selalu seperti ini," kata Yicheng Wang, seorang mahasiswa PhD ilmu politik di Universitas Boston yang mempelajari propaganda dan wacana populer, mengutip Washington Post.
Semakin populer tang ping, semakin menimbulkan kekhawatirkan dari otoritas.
Tak hanya menghapus grup di media sosial, tang ping juga diberitakan negatif oleh media yang berafiliasi dengan pemerintah China.
Surat kabar Guangzhou yang didukung pemerintah, Nanfang Daily, menyebut filosofi tang ping "memalukan".
Global Times yang dikelola pemerintah, menggambarkan "lying flat" bukanlah filosofi yang serius.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.