Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Indonesia Dilanda Gelombang Panas? Begini Penjelasan BMKG

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/nexus 7
Ilustrasi pemanasan global diprediksi dapat menyebabkan gelombang panas yang intensi di Asia Tenggara.
|
Editor: Muhamad Syahrial

KOMPAS.com - Akhir-akhir ini beredar isu yang menyebutkan bahwa Indonesia sedang dilanda gelombang panas.

Menanggapi isu tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa fenomena cuaca gelombang panas tidak terjadi di Indonesia.

Sebagaimana diberitakan Kompas.com pada Selasa (3/8/2021), Deputi Klimatologi BMKG Drs Herizal, MSi membantah isu yang beredar di masyarakat tentang gelombang panas di dunia dan di Indonesia yang berlangsung belakangan ini.

Apa itu gelombang panas?

Gelombang Panas atau heatwave merupakan fenomena cuaca yang membuat suhu udara panas 5 derajat celsius lebih tinggi dibandingkan rata-rata suhu maksimum harian.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biasanya, fenomena ini berlangsung selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut di wilayah yang mengalaminya.

Baca juga: Suhu Dingin di Sejumlah Daerah di Indonesia, Ini Penjelasan BMKG

Gelombang panas sering kali terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi, seperti wilayah Amerika, Eropa, Australia, dan wilayah yang memiliki massa daratan luas.

Herizal menjelaskan, gelombang panas dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah akibat adanya anomali dinamika atmosfer, sehingga aliran udara tidak bergerak pada wilayah yang luas.

Fakta terkait isu gelombang panas

Berikut ini beberapa fakta tentang isu gelombang panas yang terjadi di dunia, termasuk Indonesia

1. Gelombang panas di Amerika Utara

Badan Meteorologi Dunia melaporkan bahwa wilayah Amerika Utara sedang mengalami fenomena gelombang panas.

Bahkan, gelombang panas yang terjadi di Amerika Utara ini memecahkan rekor suhu tertinggi di wilayah British Columbia Kanada yang mencapai 49,6 derajat celsius dan 47,7 derajat celsius di Phoenix Arizona pada pertengahan Juni 2021.

Baca juga: 8 Miliar Ton Es di Greenland Mencair Per Hari akibat Gelombang Panas

Gelombang panas tersebut dinyatakan memiliki dampak yang sangat luas pada kehidupan manusia maupun ekosistem.

Sementara itu, gelombang panas juga terjadi di beberapa wilayah di Eropa Selatan yang membuat suhu mencapai 40-45 derajat celsius pada awal pekan Agustus 2021.

2. Suhu panas di Indonesia

Indonesia cenderung memiliki karakteristik perubahan cuaca yang cepat. Selain itu, secara geografis, Indonesia berada di wilayah ekuatorial, sehingga karakter dinamika atmosfernya berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi.

"Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka dapat dikatakan bahwa wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena cuaca yang dikenal dengan gelombang panas tersebut," ujar Herizal.

Menurut Herizal, adapun cuaca panas yang terjadi di Indonesia adalah suhu panas harian yang umum terjadi di wilayah tropis.

Baca juga: Hindari Gelombang Panas, Ratusan Anak Burung Lari dari Sarangnya di Oregon

Suhu panas harian ini disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari dan relatif menguat pada saat posisi semu matahari berada di sekitar ekuatorial.

Berdasarkan siklus tahunan, posisi semu matahari berada di Belahan Bumi Utara (BBU) pada Maret hingga pertengahan September, sehingga angin timur yang identik dengan musim kemarau berembus di sebagian besar wilayah Indonesia.

3. Suhu terpanas di Indonesia

Menurut hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum pada 30 Juli 2021 tercatat mencapai 24,0-35,5 derajat celsius.

Suhu maksimum sekitar 24 derajat celsius terjadi di bagian tengah Papua, dan 35,5 derajat celsius terjadi di Kalimarau, Berau.

BMKG menjelaskan, suhu maksimum dengan kisaran tersebut masih normal karena perubahan suhu masih dapat terjadi dalam skala waktu hari atau bergantung pada kondisi cuaca atau awan di suatu wilayah.

Baca juga: Dampak Suhu Panas di Kanada: Ratusan Orang Meninggal, Kebakaran, dan Jendela Meleleh

4. Waspada perubahan cuaca di musim kemarau

Herizal mengatakan, sampai akhir Juli 2021, sebagian besar wilayah Indonesia, yakni lebih dari 73 persen Zona Musim berada pada musim kemarau.

Masyarakat diimbau tetap menyiapkan antisipasi perubahan cuaca dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan.

Sumber: KOMPAS.com

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Kompas.com
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi