Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Divaksin, Mahasiswa Indonesia Dirawat di Inggris Karena Covid-19: Rasanya Seperti Ditikam

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/namtipStudio
Ilustrasi pasien Covid-19. Hormon kortisol atau hormon stres yang dialami pasien Covid-19 dapat meningkatkan keparahan penyakit hingga risiko kematian.
|
Editor: Artika Rachmi Farmita

KOMPAS.com - Seorang mahasiswa Universitas Leeds asal Indonesia dirawat di rumah sakit Inggris karena terpapar Covid-19. Diwawancara oleh BBC, mahasiswa bernama Feter Sitepu ini mengimbau agar anak muda segera mendapatkan vaksin.

Dalam tayangan video berdurasi 2 menit itu, BBC mendapatkan izin untuk mewawancarai Feter Sitepu (25) di Rumah Sakit Pendidikan Leeds NHS Trust. Wawancara di salah satu bangsal Covid itu merupakan bagian dari film dokumenter yang menyoroti risiko bagi kaum muda yang belum divaksin.

Data dari National Health Service (NHS) Inggris menyebutkan, 1 dari 5 orang yang dirawat di rumah sakit adalah kaum muda berusia antara 18-34 tahun.  

Rasanya seperti ditikam

Feter tampak terbaring lemas dan terus terbatuk-batuk di ranjangnya. Ia sudah 3 hari berada di rumah sakit St James, kota Leeds dan belum divaksin.

"Bisa bayangkan Anda ditikam seseorang dari belakang? Rasanya seperti itu. Setiap kali bernafas, lalu ditikam secara bersamaan," ujarnya saat diwawancara BBC, Jumat (6/8/2021).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: UPDATE 6 Agustus: Bertambah 48.832, Pasien Covid-19 Sembuh Jadi 2.996.478 Orang

Dokter spesialis pernafasan, Deep Ghosh, yang merawat pasien-pasien berusia muda di bangsal Covid-19 di rumah sakit tersebut. Feter, kata dia, mengalami komplikasi Covid berupa penggumpalan darah pada paru-paru sebagai efek sekunder dari peradangan virus.

Deep menyatakan, dari kasus Feter ia mengetahui bahwa Covid meningkatkan risiko penggumpalan darah secara signifikan dan telah terjadi lonjakan besar dari pasien-pasien kami yang mengalaminya karena terpapar Covid.

"Saya berharap nyeri yang dirasakan Feter membaik dalam beberapa hari," ucapnya.

Deep mengamati fenomena tingginya kasus aktif Covid-19 pada kaum muda. Ia mengungkapkan, kebanyakan anak-anak ini masih muda dan fit. "Dan itupun mereka masih juga bisa terkena Covid sampai parah," ujarnya.

Sesuai prosedur, para pasien muda tersebut mendapatkan perawatan yang memadai setibanya di rumah sakit. Beberapa dari mereka bahkan dirawat dalam waktu yang cukup lama.

Bagi pasien Covid-19 berusia muda, kata Deep, ada konsekuensi yang akan ditanggung di masa mendatang  ketika mereka telah melewati masa pemulihan. "Karena mereka masuk masa kerja, penyakit ini akan membawa implikasi dalam jangka panjang."

Baca juga: Cerita Dokter Mey Beri Layanan Konsultasi Gratis untuk Pasien Covid-19

Pasien Covid-19 tanpa vaksin lebih parah

Deep menjelaskan betapa pentingnya vaksin untuk melindungi diri dari penyakit dan kekebalan tubuh ketika terpapar virus SARS-CoV-2 sekalipun.

Fakta di lapangan menunjukkan, kondisi pasien akan jauh lebih parah apabila mereka belum divaksin. Hal ini didasarkan pada kesimpulan kasus para pasien Covid-19.

Menurutnya, kesimpulan ini tidak bisa dilihat dari total angka pasien yang dites positif di Inggris lalu dibandingkan dengan angka yang dirawat di rumah sakit. Sebab, memang belum ada penelitian yang membandingkan kondisi para pasien antara gelombang Covid pertama dan kedua.

Selain itu, secara keseluruhan jumlah pasien yang diterima rumah sakit pada gelombang kedua memang telah menurun secara signifikan. Sehingga satu-satunya yang membedakan adalah mereka sudah divaksin (atau belum).

"Dan ketika mereka (pasien) berakhir masuk rumah sakit, saya lihat pasien-pasien yang sudah divaksin kondisinya cenderung membaik," ujarnya.

Dengan tegas Feter menyarankan agar masyarakat mau dan bergegas untuk divaksinasi. "Segera vaksin. Saya pikir tidak ada orang yang ingin mengalami apa yang saya alami sekarang. Merasa sakit setiap hari," ujarnya.

Baca juga: Dari Ranjang Rumah Sakit, Pasien Covid-19 Ini Menangis Menyesal Tidak Divaksin

Tren serupa juga terjadi di Rumah Sakit Bradford Royal Infirmary. Dikutip Kompas.com dari BBC News, Juni lalu, jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit Inggris turun menjadi satu digit untuk pertama kalinya sejak musim panas lalu. Namun pada pertengahan Juli naik menuju 50 orang seiring penyebaran varian Delta.

Kaum muda disebut-sebut sebagai pendorong naiknya kasus positif ini. Kasus positif di kalangan remaja mencapai 750 per 100.000 orang, termasuk yang berusia 20 tahunan.

Meskipun beberapa dari mereka akhirnya dirawat di rumah sakit, pasien yang ada sekarang rata-rata lebih muda daripada gelombang sebelumnya yang didominasi orang berusia usia 30-an dan 40-an tahun.

"Beberapa pasien telah menerima dua dosis vaksin dan mengalami penyakit yang lebih ringan. Mereka bertahan hidup dengan Cpap (ventilasi non-invasif dengan oksigen). Tanpa vaksin mereka mungkin akan mati," kata dokter Abid Aziz.

Sementara pasien lainnya baru saja mendapatkan dosis vaksin pertama, sehingga tidak sepenuhnya terlindungi dari virus corona.

Yang mengkhawatirkan, sekitar setengah dari pasien di bangsal hari ini belum divaksin. "Saya berhenti bertanya mengapa, karena mereka jelas malu," kata dia.

Sumber: BBC News, Kompas.com (Ardi Priyatno Utomo)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi