Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Hapus Angka Kematian dari Indikator Penanganan Covid-19, Epidemiolog: Salah dan Berbahaya

Baca di App
Lihat Foto
Humas Pemprov Maluku
Tim relawan Covid-19 memakamkan seorang pasien positif yang meninggal dunia di tempat pemakaman umum (TPU) di Desa Hunuth, Kota Ambon, Rabu sore (7/7/2021)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pemerintah memutuskan untuk mengeluarkan angka kematian dari indikator penanganan Covid-19.

Pasalnya, ditemukan masalah dalam input data sehingga menyebabkan akumulasi dari kasus kematian di beberapa minggu sebelumnya.

Pernyataan itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, saat mengumumkan perpanjangan PPKM, Senin (9/8/2021).

Dengan dikeluarkannya angka kematian dari indikator penanganan Covid-19, maka ada 26 kota dan kabupaten yang turun level dalam penerapan PPKM.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Pemerintah Hapus Angka Kematian dari Indikator Penanganan Covid-19 karena Input Data Bermasalah

Menanggapi hal tersebut, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa kebijakan itu jelas keliru.

Menurutnya, semua penyakit memerlukan adanya indikator kematian, baik itu kanker, stroke, diabetes, tak terkecuali virus corona penyebab Covid-19.

"Selain salah, juga berbahaya karena indikator kematian ini indikator kunci adanya suatu wabah untuk melihat bukan hanya performa intervensi di hulu, tapi juga menilai derajat keparahan suatu wabah," kata dia kepada Kompas.com, Rabu (11/8/2021).

Sehingga apabila indikator kematian dihilangkan, lanjut Dicky, strategi penanganan pandemi berpotensi menjadi salah, ekspektasi yang diperkirakan juga akan jauh dari harapan.

Baca juga: Virus Akan Bertahan Lama, Ini Roadmap Indonesia Hidup Berdampingan dengan Covid-19

Ia menuturkan, alibi data kematian yang menumpuk dan menimbulkan ketidakakuratan, seharusnya tidak membuat pemerintah menghilangkannya begitu saja.

Data kematian tersebut cukup diperbaiki dengan secepat dan seakurat mungkin tanpa perlu menghilangkannya.

"Seperti yang sering saya katakan, manajemen data ini kita harus terus tingkatkan karena stastitik kematian itu penting untuk menginformasikan tentang bagaimana perjalanan atau performa kebijakan kesehatan strategi pandemi," katanya lagi.

Pemerintah, kata Dicky, pun harus memahami bahwa tujuan pengendalian pandemi salah satunya adalah untuk meminimalisir angka kematian.

Baca juga: UPDATE Corona 11 Agustus: Kematian Harian Indonesia Tertinggi di Dunia | Lonjakan Kasus Covid-19 di China dan Korsel

Bahkan jika perlu menghilangkan angka kematian yang diakibatkan oleh suatu pandemi.

"Sehingga memahami data kematian, memiliki data kematian, termasuk melihat berapa orang yang meninggal di suatu daerah, itu jadi sangat penting dalam suatu situasi wabah seperti pandemi ini," tuturnya.

"Sangat critical, sangat vital karena bisa berakibat fatal. Jadi kita mau tidak mau ya memang harus mencari bahkan kalau bisa sebanyak mungkin untuk memastikan angka kematian ini karena akan menentukan keberhasilan pengendalian pandemi kita," tandasnya.

Baca juga: Belum Punya NIK atau KTP, Bagaimana Cara Daftar Vaksinasi Covid-19?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi