Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Japan Airlines Jatuh, 520 Orang Tewas

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi pesawat
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari ini 36 tahun lalu, tepatnya 12 Agustus 1985, terjadi kecelakaan pesawat Japan Airlines (JAL) di Gunung Osutaka.

Japan Airlines (JAL) penerbangan 123 jatuh di selatan Prefektur Gumma, Jepang, barat laut Tokyo.

Insiden ini merupakan salah satu kecelakaan pesawat tunggal paling mematikan dalam sejarah. Melansir Britannica, jumlah korban tewasnya mencapai 520 orang.

Penerbangan domestik JAL 123 berangkat dari Bandara Haneda di Tokyo pada pukul 18.12 dan dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Osaka satu jam kemudian.

Kursi Boeing 747 dalam rute itu penuh dipesan, karena merupakan momen liburan dan banyak orang yang mudik untuk melihat sanak saudara atau pergi berlibur.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesawat meninggalkan wilayah udara Tokyo dan telah naik ke ketinggian 24.000 kaki (7.300 meter) ketika panggilan darurat pertama datang dari pilot pesawat.

Awalnya, pilot melaporkan kehilangan ketinggian dan kesulitan mengendalikan pesawat.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Indonesia dan Empat Negara di Asia Tenggara Dirikan ASEAN

Pesawat jatuh ke ketinggian sekitar 10.000 kaki (3.000 meter). Pilot terus mengirim panggilan darurat dan meminta untuk dialihkan ke bandara Tokyo.

Namun, sekitar 45 menit setelah lepas landas, pesawat menabrak Gunung Takamagahara, dekat Gunung Osutaka di Kant Range.

Gunung Osutaka adalah lokasi kecelakaan pertama yang dilaporkan dan menjadi nama populer untuk kecelakaan itu. 

 

Upaya penyelamatan dipersulit oleh lokasi yang terpencil dan berbahaya dari lokasi kecelakaan.

Tidak sampai 14 jam setelah kecelakaan itu, kru penyelamat darurat dapat mencapai daerah itu.

Pasukan terjun payung turun dari helikopter ke tempat kejadian dan beberapa sukarelawan penyelamat mencapai daerah terpencil dengan berjalan kaki.

Dari 524 orang di pesawat, 4 orang selamat. Kecelakaan itu disebabkan oleh sirip ekor yang hilang yang kemungkinan melemah secara struktural karena seringnya pendaratan dan lepas landas.

Banyak ahli penerbangan memuji pilot karena menjaga pesawat yang rusak di udara selama hampir setengah jam setelah melaporkan mengalami kesulitan.

Sempat terjadi ledakan

Mengutip Japan Times, 12 Agustus 2020, saat pesawat mencapai 7.300 meter (24.000 kaki), terjadi ledakan.

Sebagian besar ekornya patah, memutuskan keempat saluran hidrolik yang akan memengaruhi kapasitas pesawat untuk mengarahkan.

Kapten Masami Takahama, seorang pilot berpengalaman, berusaha menerbangkan pesawat yang semakin tidak terkendali kembali ke Haneda, tetapi tidak berhasil.

Pesawat itu menabrak Osutaka Ridge di selatan Prefektur Gunma, menewaskan 520 dari 524 penumpang.

Pada 1987, sebuah badan investigasi Pemerintah Jepang menyimpulkan, kecelakaan itu disebabkan oleh perbaikan yang tidak benar yang dilakukan oleh Boeing Co., pembuat pesawat, pada sekat tekanan, yang tidak terdeteksi oleh JAL dalam pemeriksaan perawatannya.

Di negara yang telah mengalami banyak bencana, jatuhnya JAL 123 telah meninggalkan bekas yang tak terhapuskan.

Profesor Christopher Hood dari Universitas Cardiff, yang telah melakukan penelitian ekstensif tentang kecelakaan JAL 123 dan memberi kuliah tentang simbolisme dan identitas di Jepang, menjelaskan dampaknya.

“Kecelakaan ini adalah Titanic milik Jepang dan dunia penerbangan,” kata Profesor Christopher Hood.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Misteri Hilangnya Kapal SS Waratah 27 Juli 1909

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi