Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Virus Marburg, Ini Bahaya dan Gejalanya

Baca di App
Lihat Foto
NIAID/WIKIMEDIA COMMONS
Virus Marburg, penyakit virus Marburg (MDV). Penyakit ini ditemukan muncul lagi di Afrika. Penyakit virus Marburg sangat menular dan memiliki fatalitas yang tinggi pada manusia. Virus ini berkerabat dengan virus Ebola.
|
Editor: Maulana Ramadhan

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahaya adanya virus Marburg. Virus yang disebut menular dan berbahaya ini telah terdeteksi di Gueckedou, Guinea, Afrika bagian Barat.

Diberitakan Reuters, 10 Agustus 2021, menurut WHO, kasus virus Marburg ini merupakan yang pertama di Afrika Barat.

Gueckedou merupakan daerah asal wabah Ebola Afrika Barat 2014-2016, yang paling mematikan dalam sejarah, dan melihat kebangkitan singkat Ebola tahun ini.

Baca juga: Virus Marburg yang Mematikan Terdeteksi di Afrika, Apa Gejalanya?

Otoritas kesehatan di Guinea sedang memantau 155 orang yang mungkin telah melakukan kontak dengan kasus terkonfirmasi penyakit virus Marburg, demam berdarah yang sangat menular mirip dengan Ebola.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala WHO di Guinea, Georges Ki-Zerbo, mengatakan, Marburg telah menyebar pada hewan, terutama kelelawar, di Guinea selatan, serta Sierra Leone dan Liberia.

Apa sebenarnya virus Marburg?

Melansir Kompas Health, virus ini bisa menyebabkan gejala seperti demam berdarah. Dikutip dari laman resmi WHO, virus Marburg berasal dari famili yang sama dengan virus Ebola. Risiko kematian akibat virus ini berkisar antara 24 persen sampai 88 persen.

Virus ini diduga pertama kali menyebabkan wabah di tahun 1967 di Marburg dan Frankfurt di Jerman, dan di Beograd, Serbia. Wabah ini terkait dengan pekerjaan laboratorium menggunakan monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari Uganda.

Penularan virus Marburg ke manusia bisa terjadi karena kontak yang terlalu lama dengan tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus.

Setelah seseorang terinfeksi, virus ini dapat menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi, dan dengan permukaan dan bahan.

Baca juga: WHO Peringatkan Adanya Virus Marburg yang Berbahaya, Begini Gejalanya

Gejala virus Marburg

Gejala orang yang terinfeksi virus Marburg antara lain:

Selain itu banyak pasien mengalami gejala berat setelah tujuh hari infeksi. Pendarahan bisa terjadi di hidung, gsi, dan area vagina.

Selama fase penyakit yang parah, pasien mengalami demam tinggi. Virus tersebut juga memengaruhi sistem saraf pusat yang mengakibatkan kebingungan, lekas marah dan agresi.

Pada fase akhir, yaitu hari ke 15 setelah terinfeksi, pasien juga bisa mengalami orchitis atau radang testis. Dalam kasus yang fatal, kematian biasanya terjadi antara hari kedelapan dan sembilan hari setelah onset atau awal terjadinya penyakit, biasanya didahului dengan kehilangan darah yang parah dan syok.

Cara mengatasi

Sejauh ini belum ada pengobatan yang terbukti tersedia untuk infeksi virus Marburg. Namun, berbagai perawatan potensial termasuk produk darah, terapi kekebalan dan terapi obat saat ini sedang dievaluasi.

Baca juga: Gejala Virus Marburg, Demam Tinggi hingga Pendarahan

Namun untuk deteksi infeksi virus Marburg bisa dilakukan dengan serangkaian tes seperti berikut:

(Sumber:Kompas.com/Ariska Puspita Anggraini, Nur Fitriatus Shalihah | Editor: Ariska Puspita Anggraini Inggried, Dwi Wedhaswary)

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi