Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ketua BPK dan Ketua Umum PBSI
Bergabung sejak: 16 Agu 2021

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan dan Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia.

Mendefinisikan Kembali Makna Kemerdekaan

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi Indonesia, HUT RI
Editor: Heru Margianto

KETIKA tulisan ini dibuat, data terakhir terkait penananganan Pandemi Covid 19 adalah sebagai berikut. Total Kasus 3,8 juta, meninggal dunia 115 ribu, kasus baru 30.788 (rata-rata 7 hari 28.154 kasus baru).

Kasus seluruh dunia mencapai 207 juta kasus baru dan yang meninggal dunia mencapai (terdata) 4,35 juta jiwa.

Untuk membuat visualisasinya menjadi lebih kompleks, progres kontemporer penanganan kesehatan ini bisa disatukan dengan data terkait kemiskinan, pengangguran, dan tentunya pertambahan utang pemerintah.

Pertanyaannya adalah apakah semua ini salah pemerintah, mengingat pandemi terjadi diseluruh dunia? Apakah dengan menyalahkan pemerintah (atau masyarakat) kita dapat keluar dari situasi yang begitu menekan ini? Apakah bijak mencari siapa yang bersalah dalam situasi seperti ini?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Last but least, apakah dalam perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76 ini, kita akan terus hanyut dan tenggelam dalam situasi saling memusuhi, saling menyalahkan yang terus membakar kebencian diantara kita?

Tulisan ini, tidak dibuat untuk membela pemerintah atau kelompok yang pro-pemerintah. Tulisan ini, juga tidak dibuat untuk kelompok yang yang mengambil posisi yang berbeda, bertentangan bahkan mengecam pemerintah.

Tulisan ini, sekadar menyampaikan satu pesan pendek: bahwa dalam hidup ini, pilihan itu tidak harus terbatas pada a atau b, kiri atau kanan (atau, mungkin, tengah-tengah), mendukung atau menentang, dan seterusnya. Terkadang pilihan menjadi seakan terbatas, karena kita sendiri yang membatasinya.

Dalam perayaan kemerdekaan Republik yang ke-76, sudah waktunya kita merenungkali kembali, melakukan introspeksi: pilihan-pilihan apa yang kita miliki untuk mengatasi masalah kesehatan, ekonomi dan sosial yang saat ini kita hadapi bersama.

Pilihan-pilihan apa yang kita miliki untuk membuat diri kita sendiri, lingkungan atau komunitas di mana kita berada dan, tentunya, Indonesia tercinta, menjadi lebih baik.

Redefinisi makna kemerdekaan

Pertama-tama, kita perlu mendefinisikan kembali makna kemerdekaan. Definisi ini menjadi penting, karena definisi dari suatu subyek atau obyek berkembang berdasarkan konteks dan masanya. Kemerdekaan perlu mendapatkan definisi yang sesuai dengan konteks dan masanya.

Di masa lalu, defisini kemerdekaan berkaitan erat dengan penjajahan. Kedua kata tersebut memiliki makna yang berlawanan. Merdeka atau tidak terjajah. Kemerdekaan adalah bebas dari penjajahan.

Pengertian tertanan dalam di benak sanubari para pendiri bangsa, yang kemudian dituliskan sebagai bagian dari paragraf awal pembukaan konstitusi kita.

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Merdeka adalah lepas dari belenggu penjajahan fisik. Mengapa kemerdekaan dibutuhkan? Paragraf ketiga pembukaan UUD 1945 menegaskan: supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas.

Sejarah memperlihatkan bahwa melalui perjuangan fisik, Indonesia berhasil mengusir para penjajah dan kelompok yang ingin menjajah bangsa dan negara ini. Namun ketika penjajah berhasil dikalahkan dan diusir, Negara Republik Indonesia terbentuk, masalah baru muncul.

Bagaimana membentuk dan menyelenggarakan pemerintahan? Bagaimana mengelola sumberdaya, khususnya sumberdaya ekonomi, untuk membangun negara, memenuhi kebutuhan rakyat? Bagaimana menyatukan kelompok yang berbeda pandangan terkait masalah-masalah pokok dan masa depan Indonesia?

Penjajah berhasil diusir, tetapi pilihan yang dimiliki ternyata terbatas. Dalam pilihan yang terbatas itu, kemampuan untuk mengatasi masalah yang muncul juga terbatas.

Negara-negara yang sebelumnya menjajah akhirnya berubah menjadi pemberi bantuan ekonomi, investor, yang pada titik tertentu ikut menentukan arah pembangunan di Indonesia.

Tentu saja, kita tidak mengatakan ini sebagai sesuatu yang salah. Namun, pada saat yang sama, kita juga perlu jujur, bahwa ada suatu masa ketika keterlibatan negara yang “membantu” ekonomi Indonesia juga telah mempengaruhi kemampuan kita dalam membuat pilihan. Pada titik tertentu, bahkan sudah masuk dalam kategori mengurangi kedaulatan kita.

Belajar dari pengalaman sejarah menjadi penting dalam memaknai arti kemerdekaan kita saat ini. Jangan lupakan sejarah, kata Bung Karno dalam salah satu orasinya yang monumental itu.

Oleh karena itu, saat kemerdekaan kembali kita nyatakan hari ini, maka kedaulatan untuk membuat pilihan adalah hal yang harus kembali diangkat. Kembali digelorakan.

Bahwa merdeka bukan hanya sekadar tidak dijajah secara fisik. Bahwa merdeka harus dimaknai sebagai daulat dalam menentukan sendiri pilihan yang diharapkan.

Pilihan masa depan

Dalam konteks kemerdekaan suatu bangsa, frasa “pilihan” yang terkandung di dalamnya tentunya juga terkait sesuatu yang besar. Bukan sekadar untuk mengatasi masalah jangka pendek, frasa “pilihan” digunakan untuk menggambarkan masa depan yang diharapkan.

Kemerdekaan, dengan demikian adalah kebebasan, kemampuan, kedaulatan dalam membuat pilihan masa depan yang diharapkan. Sepanjang kita terkungkung dengan pilihan yang terbatas, sesungguhnya kita belum benar-benar merdeka.

Tentu saja, pilihan itu dibuat dengan memetakan kondisi yang dihadapi pada saat ini. Karena bagaimanapun, apa yang kita rasakan, alami pada saat ini adalah hasil dari pilihan kita di masa lalu. Apa yang akan terima di masa depan adalah hasil dari pilihan kita pada saat ini.

Dengan konstruksi berpikir itu, kita perlu bersama-sama mendeskripsikan masa depan seperti apa yang kita harapkan. Hal-hal apa yang dibutuhkan untuk mewujudkannya.

Kita perlu membangun diskursus nasional secara terbuka memetakan hal ini. Diperlukan menggunakan kaidah-kaidah akademis yang handal dan dapat dipertanggungjawabkan, untuk menarasikan pilihan-pilihan masa depan itu.

Dengan menggunakan metodologi yang, dalam batas tertentu, berterima umum (generally accepted), perdebatan yang mungkin muncul dalam diskursus itu akan dapat diarahkan untuk membangun perspektif yang lebih produktif dan konkret.

Perspektif yang dihasilkan, bisa jadi bukan dalam bentuk konsensus, tetapi semacam kesepakatan akan substansi. Kesepakatan atas ke mana sebaiknya kita mengarah, yang itu memberi ruang peran dan partisipasi bagi semua pihak, tanpa terkecuali.

Inspirasi dan semangat

Masih segar dalam ingatan kita, kemenangan Greysia Polii dan Apriani Rahayu atas lawannya yang digelar di Musashino Forest Sport Plaza pada Senin, 2 Agustus 2021.

Perjuangan pasangan ganda putri Indonesia yang sangat mendebarkan itu akhirnya menghasilkan kemenangan dramatis. Kemenangan yang diharapkan, bahkan didoakan secara sungguh-sungguh, oleh sebagian besar rakyat Indonesia.

Setelah bertahun-bertahun berada dalam posisi yang berseberangan untuk sejenak semua orang larut dalam kegembiraan kemenangan. Merasakan kembali indahnya persatuan sebagai suatu bangsa, melampaui batas-batas suku, agama, ras dan antar golongan.

Di tengah tekanan masalah multi sektor akibat pandemi Covid 19, kemenangan pasangan ganda putri bulu tangkis Indonesia ini membawa pesan kuat namun indah: Indonesia masih bisa bersatu. Indonesia masih memiliki harapan.

Sebelumnya banyak yang meragukan kemampuan pasangan ganda putri Indonesia ini. Saya jadi ingat, wawancara Elon Musk terkait kegagalannya dalam peluncuran SpaceX. Tiga kali gagal, dan bahkan para astronaut senior yang selama ini menjadi panutan Elon Musk dalam pengembangan program luar angkasanya, secara terbuka berbalik menentangnya. Ini potongan wawancara itu :

Interviewer: When critics say, you can’t do this, your answer to them is-
Elon Musk: We’ve done it.

SpaceX yang tiga kali gagal akhirnya berhasil mengangkasa. Elon Musk, sebagaimana Greysia/Apriani, membuktikan tekadnya. Bahwa tekad yang kuat, disertai dengan perjuangan keras dan konsisten dapat memberi hasil luar biasa yang sebelumnya diremehkan atau tidak diduga.

Indonesia yang baru

Perayaan kemerdekaan tahun ini harusnya dimaknai dengan membangun pilihan-pilihan untuk masa depan yang lebih baik.

Disatu sisi, saat ini, dalam penanganan Pandemi Covid 19, pilihan yang kita miliki, jelas tidak banyak. Namun disisi lain, sambil terus berjuang bahu membahu, kita perlu memikirkan bagaimana Indonesia pasca-Pandemi. Karena setelah pandemi berakhir, kita sudah harus berhadapan dengan sejumlah problematika kompleks.

Jangan terjebak dengan pilihan-pilihan yang terbatas, sudah waktunya kita membangun pilihan-pilihan yang baru.

Memperbaiki Indonesia tidak lagi memadai dengan upaya internal melalui perbaikan parsial atau sekedar penyesuaian. Kita perlu mengubah Indonesia dengan membuatnya menjadi sesuatu yang baru. (We can’t change Indonesia from within by fitting in or conforming. We need to change Indonesia by creating a new one).

Sesuatu yang perlu dilakukan bersama-sama dengan mengesampingkan perbedaan yang selama ini membatasi pilihan kita. Untuk menjadikan Indonesia betul-betul merdeka. Menjadikan Indonesia lebih berdaulat dalam membuat pilihan masa depannya sendiri.

Dirgahayu Republik Indonesia yang tercinta. Selamat Ulang Tahun kemerdekaan yang ke-76.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi