Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Kuasai Afghanistan, Negara-negara Ini Siap Jalin Hubungan Diplomatik

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/ZABI KARIMI
Pasukan Taliban menduduki istana presiden Afghanistan di Kabul yang telah ditinggalkan Ashraf Ghani, Minggu (15/8/2021).
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Hanya dalam tempo 10 hari sejak penarikan pasukan pimpinan asing pimpinan Amerika Serikat dari Afghanistan, Taliban sukses mengambilalih kekuasaan.

Diberitakan Kompas.com, Selasa (17/8/2021), Taliban akhirnya berhasil menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan pada Minggu (15/8/2021).

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bahkan dilaporkan sudah mengungsi ke Oman dan menyerahkan kekuasaan negara ke tangan Taliban.

Tak hanya sang presiden, setelah ibu kota ditaklukkan, ribuan warga Afghanistan juga mencoba melarikan diri dari negara itu.

Lima orang dilaporkan tewas akibat berebut menaiki pesawat di bandara Kabul, Senin (16/8/2021).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Pemberitaan Surat Kabar di Dunia Saat Taliban Kuasai Afghanistan

Respons internasional

Diberitakan Kompas.com, Selasa (17/8/2021), Presiden AS Joe Biden bersikukuh bahwa keputusannya menarik pasukan AS dari Afghanistan adalah langkah yang tepat.

"Saya berdiri teguh dengan keputusan saya. Setelah 20 tahun, saya tahu tidak pernah ada waktu yang tepat untuk menarik diri," kata Biden.

Kendati demikian, presiden dari Partai Demokrat itu mengaku sedih dengan situasi mengkhawatirkan yang saat ini terjadi di Afghanistan, terutama di Kabul.

Biden berjanji untuk memastikan hak-hak perempuan dan anak-anak tetap akan dilindungi, meski saat ini tengah terancam karena kembalinya kekuasaan ke tangan Taliban.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace menegaskan bahwa pasukan Inggris dan NATO tidak akan kembali ke Afghanistan untuk memerangi Taliban.

Wallace bahkan menyebutkan bahwa kesuksesan Taliban mengambilalih kekuasaan di Afghanistan merupakan kegagalan komunitas internasional.

"Saya mengakui bahwa Taliban mengendalikan negara itu," kata Wallace.

Baca juga: Siapakah Taliban, Kelompok yang Mengambil Alih Kekuasaan Afghanistan?

Negara yang diduga mendukung Taliban

Di sisi lain, sejumlah negara justru menyambut terbuka kesuksesan Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan.

Iran

Diberitakan Kompas.com, Selasa (17/8/2021) Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan, kekalahan AS di Afghanistan harus menjadi kesempatan untuk mengembalikan kehidupan, keamanan, dan kedamaian yang kekal di negara itu.

Dalam panggilan telepon kepada Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, Raisi mengatakan bahwa Iran mendorong semua kelompok di Afghanistan untuk bersatu.

Raisi juga menyebutkan bahwa Iran siap menjalin hubungan diplomatik alias bertetangga dengan Afghanistan yang dipimpin oleh Taliban.

"Republik Islam Iran percaya bahwa pemerintahan dari kehendak orang-orang Afghanistan yang dirugikan selalu menciptakan keamanan dan stabilitas," kata Raisi.

"Sementara secara sadar memantau perkembangan di negara itu, Iran berkomitmen terhadap hubungan bertetangga," lanjut dia.

Baca juga: Kenapa Taliban Tidak Membantu Palestina dan Tak Menyerang Israel?

Rusia

Melansir AFP, Selasa (17/8/2021), berkebalikan dengan negara-negara Barat yang kelimpungan mengevakuasi diplomatnya dari Afghanistan, Rusia justru tetap bertahan di negara itu.

Pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Rusia, Senin (16/8/2021), menyebutkan bahwa situasi di Kabul mulai stabil, dan mengklaim bahwa Taliban tengah memulai proses untuk mengembalikan ketertiban publik.

Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk Afghanistan Dmitry Zhirnov mengatakan, pihak Taliban memberikan jaminan bahwa gedung Kedutaan Rusia akan tetap aman.

Ia menambahkan, kelompok militan itu bahkan menjamin bahwa mereka tidak akan menyerang satu orang pun diplomat Rusia.

"Sehelai rambut pun tidak akan tanggal dari kepala," kata Zhirnov.

Zhirnov mengatakan, Rusia ingin Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban dapat menjalin hubungan damai dengan semua negara di dunia.

"Dan Taliban telah menjanjikan hal ini kepada kami," kata dia.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia diketahui telah turut mengangkat kredibilitas Taliban di kancah internasional dengan mengundang kelompok militan itu untuk beberapa kali berdiskusi di Moscow, ibu kota Rusia.

Baca juga: Taliban Umumkan Amnesti Massal untuk Pegawai Pemerintah Afghanistan

China

Melansir ABC News, Selasa (17/8/2021) Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, dalam konferensi pers, mengatakan bahwa China siap menjalin hubungan pertemanan dan kooperatif dengan Afghanistan di bawah Taliban.

"Kelompok Taliban-Afghanistan telah mengungkapkan dalam berbagai kesempatan bahwa mereka berharap untuk menjalin hubungan persahabatan dengan China, mereka menantikan partisipasi China dalam rekonstruksi dan pembangunan Afghanistan, serta berjanji tidak akan membiarkan kekuatan apa pun menggunakan wilayah Afghanistan dalam tindakan yang merugikan China," kata Hua Chunying.

"Kami menyambut pernyataan itu," katanya.

China diketahui berbagi garis perbatasan 76 kilometer dengan Afghanistan, dan Beijing telah lama khawatir Afghanistan bisa menjadi titik strategis bagi kelompok separatis Uyghur di wilayah perbatasan Xinjiang.

Akan tetapi, dalam pertemuan antara delegasi tingkat atas Taliban dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Tianjin bulan lalu, pihak Taliban menjanjikan bahwa Afghanistan tidak akan digunakan sebagai basis bagi militan.

Sebagai gantinya, China menawarkan dukungan ekonomi dan investasi untuk rekonstruksi Afghanistan.

"Kami siap untuk terus mengembangkan hubungan bertetangga yang baik dan kerjasama yang bersahabat dengan Afghanistan dan memainkan peran konstruktif dalam perdamaian dan rekonstruksi Afghanistan," kata Hua Chunying.

Hua Chunying mengatakan, Kedutaan China di Kabul tetap beroperasi, meskipun Beijing telah mulai mengevakuasi warga China dari negara itu beberapa bulan lalu di tengah situasi keamanan yang memburuk.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi