Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kemelut Berkelanjutan Afghanistan

Baca di App
Lihat Foto
AFP/WAKIL KOHSAR
Orang-orang menunggu untuk dapat diberangkatkan dengan pesawat saat mereka berebut untuk melarikan diri ke luar negeri, di Bandara Kabul, Afghanistan, Senin (16/8/2021). Bandara Kabul dilanda kekacauan ketika ribuan orang mencoba melarikan diri dari Taliban yang dilaporkan segera menguasai penuh Afghanistan.
Editor: Heru Margianto

SAYA belum sempat ke Afghanistan sebab undangan dari Dubes Afghanistan untuk berkunjung ke Afghanistan kandas akibat saya terkena serangan jantung plus batu empedu harus dibuang kemudian disusul pagebluk Corona. Kini Afghanistan ganti pimpinan tanpa lewat pemilu.

Kagum

Namun dari kejauhan saya mengagumi Afghanistan dari masukan info tangan pertama tokoh jurnalis Teguh Santosa yang pernah meliput Afghanistan kemudian menulis buku berjudul Di Tepi Amu Darya.

Saya mengagumi bangsa Afghanistan juga dari apa yang saya lihat pada kenyataan budi pekerti keluarga besar Shah dengan kakek-moyang berasal dari Afghanistan yang kini menjadi para warga terhormat kota Medan.

Dari lembaran sejarah dunia versi Barat, saya memetik kesimpulan bahwa bangsa Afghanistan mirip Aceh sebagai bangsa yang memiliki semangat kebanggaan nasional sangat tinggi maka tidak pernah mau tunduk kepada bangsa asing. Afghanistan is a proud nation.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun di sisi lain Afghanistan senasib dengan Polandia secara geografis mau pun geopolitik terletak pada kawasan persimpangan jalan negara-negara tetangga mau pun negara-negara adhi kuasa sehingga Afghanistan senantiasa menjadi gelanggang pertarungan antar-para negara dengan masing-masing kepentingan beda satu dengan lain-lainnya

Pemberitaan

Akibat tidak tahu mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi maka saya mencoba tidak sembrono memberikan penilaian apalagi penghakiman terhadap apa yang sedang terjadi setelah kaum Taliban mengambil alih tampuk kekuasaan pemerintahan Afghanistan.

Memang terberitakan bahwa presiden Afghanistan telah terbang meninggalkan Kabul namun juga terberitakan bahwa Wakil Presiden Afghanistan masih tetap berada di Kabul untuk bekerjasama dengan kaum Taliban menatalaksana pemerintahan Afghanistan.

Memang terviralkan foto betapa banyak warga Afghanistan berebut tempat di dalam pesawat terbang untuk terbang ke luar negeri namun tidak diberitakan berapa banyak warga yang tetap memilih untuk tetap tinggal di Afghanistan.

Adegan warga berebut meninggalkan Afghanistan menyusul tentara Smerika Serikat meninggalkan Afghanistan pada hakikatnya mirip adegan warga Saigon berebut menunggalkan Vetnam menyusul tentara Amerika Serikat meninggalkan Vietnam.

Memang harus diakui bahwa pemberitaan dikuasi oleh kantor berita sekutu Amerika Setikat didukung film-film produksi Holywood.

Harapan

Media sosial apalagi asosial pembenci Taliban meyakini Afghanistan akan hancur lebur akibat sendirian setelah Joe Biden mewujudkan keputusan Donald Trump untuk menarik seluruh tentara Amerika Serikat dari bumi Afghanistan.

Para pembenci Taliban bingung kehilangan orientasi arah kebencian mereka setelah melihat kenyataan Iran, Pakistan, Rusia dan terutama Republik Rakyat China sepenuhnya siap mendukung jepemimpinan kaum Taliban di Afghanistan. Mirip kebingungan para cebong dan kampret setelah ternyata junjungan mereka rekonsiliasi .

Maka ketimbang salah langkah, saya memilih untuk tidak menghakimi pihak mana pun juga.

Selama berharap belum dilarang undang-undang, maka saya berharap agar kemelut simpang-siur berkelanjutan yang terjadi tanpa henti di Afghanistan jangan sampai terjadi negeri tercinta saya nan gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja ini.

Merdeka!

 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi