Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Pekan Ini, Fenomena Blue Moon Hiasi Langit Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
AFP/BAY ISMOYO
Penampakan bulan purnama 'Strawberry Moon' saat berlangsung gerhana bulan penumbra, terlihat di atas langit Jakarta, Sabtu (6/6/2020) dini hari. Dua fenomena langit, bulan purnama strawberry dan gerhana bulan penumbra, yang jarang terjadi bersamaan ini bisa terlihat di sebagian besar Eropa, Afrika, Asia, Australia, Samudera Hindia, dan Australia.
|
Editor: Maya Citra Rosa

KOMPAS.com - Akhir pekan nanti, 22 Agustus 2021 fenomena bulan kembali akan menghiasi langit malam di Indonesia, yaitu fenomena bulan biru atau Blue Moon.

Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Andi Pangerang menjelaskan apa itu fenomena blue moon yang biasa terjadi dalam waktu tertentu saja.

Menurutnya, blue moon adalah fenomena yang sebenarnya biasa terjadi. Berikut ini penjelasan mengenani apa itu fenomena blue moon.

Secara umum, ada dua definisi yang berbeda mengenai Bulan Biru ini yaitu Bulan Biru Musiman dan Bulan Biru Bulanan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Andi, asal-usul historis istilah ini dan dua definisinya sebenarnya masih simpang siur dan kebanyakan pihak menganggapnya sebagai kesalahan interpretasi.

Banyak orang meyakini istilah "Bulan Biru" yang dimaknai sebagai sesuatu hal yang terjadi sangat langka.

Fenomena Blue Moon atau Bulan Biru ini, diyakini berasal dari ketika kabut asap dan abu vulkanik dari letusan gunung berapi mengubah Bulan menjadi berwarna kebiruan.

Istilah dari fenomena Bulan Purnama Biru ini sudah ada setidaknya sejak 400 tahun yang lalu dari penelusuran saat ini.

Baca juga: Fenomena Bulan Biru di Langit Indonesia, Catat Tanggalnya

Di mana pada saat itu, seorang penutur cerita rakyat berkebangsaan Kanada, Dr Philip Hiscock mengusulkan, penyebutan "Bulan Biru" bermakna bahwa ada hal yang ganjil dan tidak akan pernah terjadi.

Berikut beberapa definisi mengenai fenomena bulan biru.

Bulan biru musiman

fenomena Bulan Biru Musiman atau Seasonal Blue Moon yakni Bulan Purnama ketiga dari salah satu musim astronomis yang didalamnya terjadi empat kali Bulan Purnama.

Lebih lanjut, kata Andi, fenomena Bulan Biru Musiman terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali.

Oleh karena itu, sebelumnya, fenomena Bulan Purnama Biru ini pernah terjadi pada 19 Mei 2019 dan 22 Mei 2016. Serta, setelah tanggal 22 Agustus 2021 nanti, fenomena ini akan terjadi kembali pada 20 Agustus 2024 dan 20 Mei 2027. 

Bulan Biru Bulanan

Selain itu, Bulan Biru bulanan atau Monthly Blue Moon adalah Bulan Purnama kedua dari salah satu bulan di dalam kalender Masehi yang didalamnya terjadi dua kali purnama.

Bulan Biru Bulanan juga terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali. Di mana sebelumnya pernah terjadi pada 31 Juli 2015 dan 31 Januari 2018.

Sedangkan, di masa mendatang, fenomena bulan purnama unik ini akan terjadi kembali pada 31 Agustus 2023 dan 31 Mei 2026 mendatang.

"Purnama pada 22 Agustus mendatang termasuk ke dalam Bulan Biru Musiman," kata Andi kepada Kompas.com, Rabu (18/8/2021).

Disampaikan Andi, Bulan Biru Musiman cukup langka dibandingkan dengan kejadian fenomena Bulan Biru Bulanan.

Baca juga: Fenomena Blue Moon pada 22 Agustus, Benarkah Bulan Jadi Biru?

Bulan biru fenomena yang langka

"Bulan Biru Musiman terjadi sedikit lebih jarang daripada Bulan Biru Bulanan," ujarnya.

Bulan Biru Bulanan dapat terjadi jika Bulan Purnama terjadi di sekitar awal bulan Masehi. Hal ini dikarenakan rata-rata lunasi sebesar 29,53 hari yang artinya lebih pendek dibandingkan dengan 11 bulan dalam kalender Masehi.

Sehingga, dalam 1100 tahun antara 1550 dan 2650, ada 408 Bulan Biru Musiman dan 456 fenomena Bulan Biru Bulanan.

Dengan demikian, baik musiman maupun bulanan, Bulan Biru terjadi kira-kira setiap dua atau tiga tahun.

Adapun, meskipun namanya Bulan Biru, Andi berkata, sebenarnya warnanya tidak benar-benar biru.

"Bulan Biru yang benar-benar berwarna biru dapat terjadi sangat langka dan tidak ada hubungannya dengan kalender, fase Bulan atau jatuhnya musim, melainkan akibat dari kondisi atmosfer," jelasnya.

Abu vulkanik dan kabut asap, droplet di udara, atau jenis awan tertentu dapat menyebabkan Bulan Purnama tampak kebiruan.

(Sumber : Penulis Ellyvon Pranita | Editor Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi