Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Sembuh dari Covid-19, Apa Saja Efek Badai Sitokin pada Tubuh?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/felipe caparros
Ilustrasi obat tocilizumab menjadi salah satu obat untuk terapi Covid-19. Obat antibodi monoklonal ini sangat mahal, seharga jutaan rupiah. Obat actemra tersebut biasanya dipakai oleh penderita rheumatoid arthritis, penyakit autoimun persendian dan digunakan pada pasien Covid-19 dengan badai sitokin.
|
Editor: Artika Rachmi Farmita

KOMPAS.com - Badai sitokin ialah suatu reaksi imun berat di mana tubuh memproduksi dan melepaskan sitokin ke darah dengan sangat cepat dan banyak. Akibat banyaknya sitokin, kemudian timbul reaksi inflamasi hebat pada tubuh.

Sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.

Saat SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin.

Sitokin lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel tersebut untuk memicu reaksi peradangan.

Kondisi perburukan setelah seseorang dinyatakan sembuh dari Covid-19, maupun adanya gejala 'long covid', bisa terjadi karena badai sitokin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa pula akibat munculnya auto imun pada pasien Covid-19 yang terbentuk autoantibodi pada tubuhnya.

Baca juga: Mengenal Badai Sitokin yang Bisa Sebabkan Kematian pada Pasien Covid-19

Untuk menghindari kondisi memburuk setelah seseorang dinyatakan sembuh dari Covid-19, dokter Adam Prabata mengingatkan agar kita tetap waspada meski telah dinyatakan sembuh.

"Konsultasi ke fasilitas kesehatan terdekat bila gejala tidak membaik atau bahkan memburuk," ujar dokter umum yang juga kandidat PhD bidang Medical Science di Kobe University itu kepada Kompas.com, Minggu (9/5/2021).

Lalu, apa saja efek yang ditimbulkan badai sitokin pada tubuh kita?

Picu brain fog pada otak

Ketika mulai mempelajari brain frog atau kabut otak, para peneliti tak menduga bahwa penyebabnya adalah badai sitokin. Awalnya mereka berpikir, bahwa virus corona itu sendiri yang berdampak pada otak.

Salah satu dari berbagai gejala tidak biasa yang muncul pada pasien Covid-19 adalah kondisi yang disebut brain fog atau kabut otak.

Gejala ini menyebabkan delirium yang ditandai dengan kebingungan, sakit kepala, dan kehilangan ingatan jangka pendek. Bahkan jika kasusnya parah, dapat menyebabkan psikosis dan bahkan kejang.

Biasanya gejala delirium muncul beberapa minggu setelah seseorang pertama kali dinyatakan positif Covid-19.

Baca juga: Sebabkan Kematian Pasien Covid-19, Bagaimana Meredam Badai Sitokin?

 

Studi dalam makalah Cancer Cell ini berfokus pada 18 pasien yang dirawat di rumah sakit di MSK dengan Covid-19 dan mengalami masalah neurologis yang parah.

Semua pasien kemudian menjalani pemeriksaan neurologi lengkap, termasuk pemindaian otak seperti MRI, CT, dan pemantauan elektroensefalogram (EEG), untuk mencoba menemukan penyebab delirium mereka.

Ketika tidak ada penemuan yang bisa menjelaskan kondisi mereka dalam pemindaian tersebut, para peneliti meduga jawabannya mungkin terletak pada cairan serebrospinal.

Tim mikrobiologi MSK kemudian merancang tes untuk mendeteksi virus Covid-19 di dalam cairan serebrospinal. Tiga belas dari 18 pasien diambil cairan tulang belakangnya untuk mencari adanya virus corona.

Baca juga: Alami Badai Sitokin Setelah Sembuh Covid-19, Apa yang Perlu Diketahui?

Dari situ peneliti menemukan, bahwa pasien terus memiliki tingkat badai sitokin yang tinggi, memberi sinyal molekul yang disekresikan dari sel kekebalan yang terlibat dalam peradangan, dalam cairan serebrospinal beberapa minggu setelah infeksi awal.

"Kami menemukan bahwa pasien ini mengalami peradangan yang terus-menerus dan tingkat sitokin yang tinggi dalam cairan serebrospinal mereka, yang menjelaskan gejala yang mereka alami," kata Dr Jan Remsik, salah satu penulis makalah tersebut.

Virus corona sendiri tidak ditemukan dalam cairan serebrospinal dan scan otak.

Beberapa teori tentang brain fog atau kabut otak penyebab delirium ini menunjukkan, bahwa gejala neurologis Covid-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang menyerang otak secara langsung.

Keberadaan sitokin dalam cairan serebrospinal menunjukkan bahwa sel-sel kekebalan mampu melewati sawar darah-otak dan memasuki sistem saraf pusat.

Menyerang paru-paru

Merangkum hasil penelitian ahli virologi dan imunologi dari Georgia State University di Atlanta, Mukesh Kumar, jumlah sitokin yang diproduksi oleh sel sebagai respons terhadap infeksi Covid-19 sekitar 50 kali lebih tinggi daripada infeksi virus Zika atau West Nile.

Setelah itu, sel mulai mengirim sinyal bahaya. Ketika setiap sel merasakan bahwa ada sesuatu yang buruk terjadi, sel akan langsung meresponnya dengan membunuh dirinya sendiri.

Baca juga: Peneliti Ungkap Badai Sitokin Sebabkan Delirium, Kebingungan yang Dialami Pasien Covid-19

"Jika ada banyak sel yang melakukan hal ini pada saat bersamaan, banyak jaringan yang bisa mati," ucap Khumar.

Pada pasien Covid-19, jaringan tersebut sebagian besar berada di paru-paru. Saat jaringan rusak, dinding kantung udara kecil paru-paru menjadi bocor dan berisi cairan.

Kondisi ini bisa menyebabkan pneumonia dan darah kekurangan oksigen.

Ketika paru-paru rusak parah, sindrom gangguan pernapasan akan terjadi. Kemudian organ lain mulai gagal berfungsi.

 

Sumber: Kompas.com (Penulis: Ariska Puspita Anggraini, Nur Rohmi Aida, Bestari Kumala Dewi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi