KOMPAS.com - Unggahan informasi yang menyebutkan vaksin (vaksin Covid-19) berbahaya beredar luas di media sosial Facebook.
Unggahan itu dibagikan akun RK di grup media sosial Facebook "Informasi Update COVID-19 (CoronaVirus) di Indonesia" pada 16 Agustus 2021.
Pemilik akun menyebutkan bahwa vaksin yang disuntikkan ke masyarakat merupakan barang berbahaya lantaran menimbulkan efek samping setelahnya.
Baca juga: Penjelasan Kemenkes soal Ramai Efek Samping Moderna yang Disebut Lebih Terasa ketimbang Vaksin Lain
Tidak ada bukti jaminan keamanan yang diberikan pemerintah seperti yang dikatakan sebelumnya.
Pun begitu setelah menerima vaksin, bukannya menyudahi pemakaian masker, justru diminta untuk tetap menggunakannya.
Masker bahkan disebut tidak untuk melindungi dari virus, tetapi justru menambah dada sesak.
"Vaksin Itu berbahaya,Bapak Saya Vaksin Pertama Langsung Demam,Vaksin Kedua Juga Demam,Kata pemerintah Vaksin aman Tanpa Efek samping,Apa Buktinya? Rakyat Dipaksa Untuk Vaksin,Tetapi Setelah Vaksin tetap Saja Harus memakai Masker,Masker Bukan Untuk Melindungi dari virus Tapi malah menambah Sakit sesak,Hidup susah Mati Dikurung Dikotak Seperti Dipenjara Ada juga Yang dilempar seperti Dibuang," tulis akun RK.
Baca juga: Ramai soal Covid-22, Benarkah Lebih Berbahaya daripada Covid-19?
Lantas, bagaimana penjelasan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes)?
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa narasi itu tidak benar.
"Ini hoax ya," ujarnya saat dihubungi Kompas.com lewat pesan WhatsApp, Rabu (25/8/2021).
Ia menjelaskan, proses vaksinasi dapat diibaratkan menyuntikkan "pelatih" yang akan melakukan "pelatihan" di dalam tubuh manusia.
Baca juga: Efek Samping Vaksin Moderna Disebut Lebih Terasa ketimbang Vaksin Lain, Apa Sebabnya?
Dalam proses "pelatihan", imbuhnya, wajar jika timbul gejala-gejala yang mungkin bisa dirasakan sebagai reaksi sistem imunitas bekerja.
"Tapi dipastikan 'pelatihan' ini tidak akan menyebabkan yang dilatih menjadi sakit," ungkapnya.
Nadia menambahkan, dalam penularan penyakit, terdapat tiga faktor yang berpengaruh sesuai teori Blum, yakni manusia sebagai host, virus sebagai agen, dan lingkungan.
Baca juga: UPDATE Corona 25 Agustus 2021: Kematian Harian Indonesia Tertinggi Kedua di Dunia
Penggunaan masker
Menurutnya, diperlukan keseimbangan dari ketiga faktor tadi agar sebuah penyakit tidak terjadi.
"Tapi kita tahu saat ini walau kita sudah divaksin tetap bisa tertular karena masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan vaksinasi dosis 1 dan dosis 2," katanya lagi.
Kemudian terkait kewajiban penggunaan masker meski sudah divaksin, Nadia memaparkan alasannya.
Baca juga: Kenapa Penyintas Covid-19 Tetap Perlu Divaksin? Ini Penjelasan WHO
Berdasarkan penelitian, vaksinasi menurunkan risiko penularan sebanyak 60 hingga 90 persen. Sehingga, bukan berarti tidak mungkin tertular meski sudah vaksin.
"Virus yang di sekitar kita masih tinggi, karena angka positivitas kita masih di atas 5 persen, dan adanya varian baru virus yang punya kecepatan reproduksi 5-8 kali," jelas Nadia.
"Banyak orang yang belum divaksin dan mungkin OTG dan berada di ruang publik, untuk itu proteksi harus berlapis tidak cukup dengan divaksin, protokol kesehatan harus diterapkan," tandasnya.
Baca juga: Daftar Bantuan dari Pemerintah Selama PPKM dan Cara Mengeceknya