Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Munculnya Varian Covid-22, Benarkah? Ini Penjelasan Satgas

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/NURWAHIDAH
Ilustrasi virus corona (Covid-19)
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Media sosial tengah diramaikan dengan kabar adanya varian Covid-22 yang disebut lebih berbahaya dari varian Delta.

Adapun kabar ini marak diperbincangkan di AS pada Selasa (24/8/2021). Kabar itu pun santer terdengar sampai ke Indonesia.

Banyak warganet mempertanyakan apakah betul ada varian jenis ini atau tidak.

"Udah nemu generasi baru toh masih kurang kah korban covid 2 tahun ini.....berhasil dengan membuat pandemi covid 19 maka dilanjutkan covid 22 bener gitu kah......emang kurang berapa lagi sih," tulis akun Twitter @dhirgham.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Covid 22 apa lagi itu?" tulis akun Twitter @izonecrush.

Lalu, apakah betul ada varian Covid-22 yang disebut lebih berbahaya?

Baca juga: Ramai soal Covid-22, Benarkah Lebih Berbahaya daripada Covid-19?

Tanggapan satgas

Ketua Bidang Komunikasi Publik Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Hery Trianto mengatakan, bahwa adanya varian Covid-22 dinilai tidak masuk akal.

Ia menyebut, penamaan penyakit Covid-19 atau angka belakang pada Covid-19 merujuk pada tahun ditemukannya virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 ini.

"Sekarang masih tahun 2021, rasanya tidak masuk akal bila kita telah menemukan varian ataupun virus untuk 2022, kecuali ada yang telah menggunakan mesin waktu," ujar Hery, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (25/8/2021).

Selain itu, Hery juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak serta merta menelan mentah-mentah informasi yang beredar di media sosial.

"Ya masyarakat ya mesti secara hati-hati menyerap setiap informasi yang masuk. Harus benar-benar dibedakan mana informasi yang berbasis ilmu pengetahuan dan mana informasi palsu," lanjut dia.

Tentang kabar kemunculan varian Covid-22

Mengutip Kompas.com, Selasa (24/8/2021), profesor Kebijakan dan manajemen Kesehatan di City University of New York (CUNY) Bruce Y. Lee memaparkan bahwa istilah Covid-22 muncul dari apa yang disampaikan oleh profesor imunologi di ETH Zurich, Swiss, Sai Reddy, PhD.

Diketahui, Reddy memperingatkan, varian baru Covid yang dapat menimbulkan risiko besar kemungkinan akan muncul pada 2022.

"Covid-22 bisa lebih buruk dari yang kita saksikan sekarang," ujar Reddy dalam laporan The Sun.

Tak hanya varian Covid-22, Reddy juga menggunakan istilah Covid-21.

Menurut dia, Covid-21 merujuk pada varian Delta yang saat ini tersebar di beberapa negara di Eropa, AS, maupun Asia.

Baca juga: Apa Itu Covid-22, Lebih Ganas dari Delta? Ini Kata Pakar Kesehatan

Kekeliruan pada penamaan istilah Covid-21

Di sisi lain, Lee menganggap bahwa penggunaan istilah Covid-21 yang merujuk pada varian Delta adalah keliru.

Ia pun kemudian menjelaskan beberapa alasan kekeliruan tersebut.

Pertama, perlu diketahui bahwa varian Delta pertama kali terdeteksi di India pada Oktober 2020, bukan 2021.

Kedua, varian Delta merupakan hasil mutasi dari virus SARS-CoV-2 asli yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Ketiga, saat ini tidak ada Covid-22 karena tidak ada yang tahu apa yang bakal terjadi di tahun mendatang.

"Jadi, tidak boleh digunakan istilah Covid-21 untuk menggambarkan varian Delta," ujar Lee.

"Jika memang ingin menggunakan angka untuk menggambarkan varian Delta, bisa disebut varian B.1.617.2 yang merupakan istilah lainnya," lanjut Lee.

Kemungkinan munculnya varian baru di 2022

Lee menambahkan, ada kemungkinan tahun depan muncul varian yang lebih menular ketimbang Delta. Namun, hal ini masih kemungkinan saja.

Ia menjelaskan selama virus terus bereproduksi dan menyebar, munculnya varian baru yang lebih buruk dimungkinkan dapat terjadi.

Selain itu, setiap kali virus berkembang biak di dalam sel seseorang, ia dapat melakukan mutasi pada kode genetik virus yang dihasilkan.

Adapun mutasi itu dapat membuat virus lebih lemah atau lebih kuat.

"Selama struktur protein spike pada virus tidak terlalu banyak berubah, perlindungan dari vaksin masih mampu menjaga agar situasi tidak lebih buruk," ujar Lee.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi