Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Istilah Covid-22 Lebih Buruk dari Covid-19? Ini Kata Ahli

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi COVID-19
|
Editor: Maya Citra Rosa

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, ramai istilah Covid-22 di media sosial salah satunya Twitter pada Senin (24/8/2021). Lantas, apa itu Covid-22?

Seperti diketahui, Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus corona SARS-CoV-2. Dimana angka "19" menunjukkan virus terdeteksi pertama kalinya pada Desember 2019.

Sementara virus corona terus bermutasi dengan banyak varian baru.

Dapat diartikan, tidak ada istilah Covid-20 atau Covid-21, karena semua varian yang muncul selama pandemi ini berasal dari satu garis keturunan atau keluarga yang sama dengan SARS-CoV-2.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melansir Kompas.com, varian Alpha, Beta, Delta, Gamma, Lambda, dan varian lainnya yang masuk dalam variant of concern atau variant of interest WHO, semuanya berasal dari mutasi progresif pada materi genetik SARS-CoV-2 asli.

Untuk diketahui, variant of concern atau varian yang diwaspadai merupakan kategori yang diberikan pada varian virus corona yang lebih menular, menyebabkan penyakit lebih parah, mengurangi netralisasi oleh antibodi, atau kebal terhadap pengobatan dan vaksin.

Sementara variant of interest atau varian minat masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk sepenuhnya memahami karakteristiknya.

Baca juga: Apa Itu Covid-22, Lebih Ganas dari Delta? Ini Kata Pakar Kesehatan

Dengan kata lain, semua varian ini merupakan turunan dari versi awal yang mulai menyebar.

Apa itu Covid-22?

Pada Senin (24/8/2021), ada lebih dari 58 ribu twit mengenai Covid-22 berasal dari seluruh dunia.

Sebagian besar orang bingung dengan istilah ini. Apakah ini istilah resmi baru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), CDC, atau organisasi lainnya?

Dilansir dari Forbes, Senin (24/8/2021), Bruce Y. Lee yang seorang Profesor Kebijakan dan Manajemen Kesehatan di City University of New York (CUNY) menjelaskan bahwa istilah Covid-22 muncul dari apa yang disampaikan oleh Sai Reddy, PhD, seorang profesor imunologi di ETH Zurich, Swiss.

Dalam pemberitaan di The Sun, Reddy memperingatkan bahwa varian baru yang bisa menimbulkan risiko besar kemungkinan akan muncul di tahun 2022.

"Covid-22 bisa lebih buruk dari yang kita saksikan sekarang," kata Reddy dalam laporan The Sun.

Selain itu dalam artikel tersebut, Reddy menggunakan istilah Covid-21 untuk merujuk varian delta. Penggunaan istilah Covid-21 tersebut justru keliru.

Hal ini menurutnya karena ada tiga alasan bisa dikatakan keliru.

Pertama, varian Delta pertama kali terdeteksi di India pada Oktober 2020, bukan 2021.

Kedua, varian delta adalah hasil mutasi SARS-CoV-2 asli yang menyebabkan infeksi Covid-19.

"Jadi tidak boleh digunakan istilah Covid-21 untuk menggambarkan varian Delta," demikian tulis Lee untuk Forbes.

Baca juga: Ramai soal Munculnya Varian Covid-22, Benarkah? Ini Penjelasan Satgas

"Jika memang ingin menggunakan angka untuk menggambarkan varian Delta, bisa disebut varian B.1.617.2 yang merupakan istilah lainnya."

Ketiga, saat ini tidak ada Covid-22 karena tidak ada yang tahu apa yang terjadi di tahun depan. Saat ini, varian yang paling mengkhawatirkan di dunia adalah varian Delta dan Delta Plus yang lebih menular dari versi vrius asli.

Selain Delta, ada varian Lambda yang secara teknis masih terdaftar dalam variant of interest, bukan variant of concern dalam klasifikasi WHO. Varian Lambda telah menyebar ke lebih dari 30 negara.

Lee pun mengatakan bahwa semua vaksin Covid-19 yang beredar hingga saat ini masih menawarkan perlindungan untuk melawan varian virus corona.
Namun, memang ada kekhawatiran bahwa vaksin tidak cukup efektif melawan varian Delta dan Lambda dibanding varian lainnya.

Lantas, apakah akan muncul varian baru yang lebih menular pada tahun 2022?

Lee mengatakan, ada kemungkinan tahun depan muncul varian yang lebih menular dibanding Delta. Tapi ini masih kemungkinan.

Baca juga: Ramai soal Covid-22, Benarkah Lebih Berbahaya daripada Covid-19?

"Selama virus terus bereproduksi dan menyebar, munculnya varian baru yang lebih buruk dapat terjadi," katanya.

Dia menjelaskan, setiap kali virus berkembang biak di dalam sel seseorang, ia dapat melakukan mutasi pada kode genetik virus yang dihasilkan.
Mutasi itu bisa membuat virus lebih lemah atau lebih kuat.

"Selama struktur protein spike pada virus tidak terlalu banyak berubah, perlindungan dari vaksin masih mampu menjaga agar situasi tidak lebih buruk," ujarnya.

Salah satu kekhawatiran varian terbesar adalah munculnya "varian pelarian".

Varian pelarian adalah versi virus yang sangat berbeda dari versi aslinya sehingga dapat lolos atau menghindari perlindungan yang ditawarkan oleh vaksin dan kekebalan alami.

Ketika virus sangat berbeda dari versi asli, sistem kekebalan tubuh tidak dapat mendeteksi virus secara memadai atau menghasilkan respons untuk melawannya.

"Perlu diingat bahwa perubahan virus cenderung terjadi secara bertahap," kata Lee.

Tanggapan satgas Covid-19

Ketua Bidang Komunikasi Publik Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Hery Trianto mengatakan, bahwa adanya varian Covid-22 dinilai tidak masuk akal.
Ia menyebut, penamaan penyakit Covid-19 atau angka belakang pada Covid-19 merujuk pada tahun ditemukannya virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 ini.

Baca juga: [POPULER SAINS] Apa Itu Covid-22? | yang Terjadi Jika Suhu Bumi Naik 2 Derajat Celsius

"Sekarang masih tahun 2021, rasanya tidak masuk akal bila kita telah menemukan varian ataupun virus untuk 2022, kecuali ada yang telah menggunakan mesin waktu," ujar Hery, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (25/8/2021).

Selain itu, Hery juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak serta merta menelan mentah-mentah informasi yang beredar di media sosial.

"Ya masyarakat ya mesti secara hati-hati menyerap setiap informasi yang masuk. Harus benar-benar dibedakan mana informasi yang berbasis ilmu pengetahuan dan mana informasi palsu," lanjut dia.

(Sumber: Kompas.com Penulis Gloria Setyvani Putri, Retia Kartika Dewi | Editor Gloria Setyvani Putri, Rendika Ferri Kurniawan)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi