Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang Ungkap Asal Usul Covid-19 Hampir Tertutup, Lalu Bagaimana Selanjutnya?

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi COVID-19
Penulis: Farid Assifa
|
Editor: Farid Assifa

KOMPAS.com - Para ilmuwan yang ditunjuk Oganisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa peluang untuk menyelidiki asal usul Covid-19 hampir tertutup.

Hal ini menyebabkan beberapa studi biologis soal asal usul SARS-Cov-2 ini menjadi tidak mungkin.

Sebelumnya, pada Januari lalu tim WHO berkunjung ke Wuhan, China, tempat kasus pertama Covid-19 dilaporkan. Kemudian mereka menerbitkan hasil penelitian di Wuhan itu pada Maret 2021 lalu.

Dari penelitian itu, mereka merekomendasikan beberapa hal:

1. Mencari bank darah di China dan negara-negara lain untuk antibodi terhadap virus (Covid-19) dalam darah yang disumbangkan pada bulan-bulan sebelum wabah Desember 2019.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2. Mengambil sampel dari hewan liar yang diternakkan seperti cerpelai dan anjing rakun yang mungkin menjadi "inang perantara" dan memungkinkan virus melompati spesies.

Baca juga: Penyelidikan Mandek, Peluang Ungkap Asal Usul Covid-19 Hampir Tertutup

Namun rekomendasi itu sulit dilakukan. Alasannya, pertama hewan ternak berumur pendek dan bank darah hanya bisa menyimpa sumbangan dalam jangka waktu tertentu.

Dua hal itu menyebabkan para peneliti khawati bahwa informasi biologis yang berharga kemungkinan telah hilang.

Profesor Koopmans juga mengakui bahwa penelitian objektif soal asal usul Covid-19 kian sulit ketika penyelidikan ilmiah bercampur aduk dengan tuduhan politis bahwa virus ini muncul sebagai akibat dari kebocoran laboratorium di Wuhan.

Apalagi, berdasarkan hasil penelitiannya, virus Covid-19 bocor dari laboratorium di China "sangat kecil". Tim tidak menemukan bukti signfikan soal dugaan itu.

Menurut Prof Koopmans, peneliti dari WHO sudah mewawancarai para peneliti di Institut Virologi Wuhan (WIV) untuk melakukan verifikasi atas teori kebocoran virus di labotorium tersebut.

"Jika kita berbicara tentang kecelakaan di laboratorium, maka mereka seharusnya masih memiliki virus yang sama persis di laboratorium itu supaya bisa tidak sengaja dilepaskan. Kami tidak menemukan indikasi itu," kata Koopmans dilansir dari BBC Indonesia.

Kendati demikian, ada beberapa ilmuwan lain ingin memeriksa database virus yang dipegang laboratorim WIV, yang dihapus dari internet pada 12 September 2019.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga memerintahkan intelijen AS untuk mengadakan penyelidikan soal isu kebocoran laboratorium yang menjadi peredebatan itu.

Namun, sebagaimana dilansir media AS, hasil penyelidikan itu tidak dapat menyimpulkan apakah virus itu akibat kebocoran di laboratorium atau muncul secara alami.

Baca juga: Peluang Penyelidikan Asal-usul Covid-19 Hampir Mandek, Ini Sebabnya

Selanjutnya, tim juga menyarankan untuk melakukan riset fase 2 soal asal usul Covid-19. Akan tetapi usulan ditolak oleh pemerintah China.

"Dalam beberapa aspek, rencana WHO untuk fase penyelidikan selanjutnya terkait asal usul vrus corona tidak menghormati akal sehat, dan itu bertentangan dengan sains. Kami tidak mungkin menerima rencana seperti itu," kata Zeng Yixin, kepala deputi Komisi Kesehatan Nasional China, dalam konferensi pers di Beijing sebagaimana dikutip CNN pada 21 Juli 2021.

Apa yang harus dilakukan selanjutnya?

Kendati belum menemukan secara pasti asal usul Covid-19, namun Koopmans mengatakan bahwa para peneliti menyimpulkan bahwa virus itu kemungkinan besar berasal dari kelelawar yang diternak.

Hewan ternak, atau barangkali spesies liar di peternakan bulu, menjadi "inang perantara" antara kelelawar dan manusia.

Ini artinya bahwa virus tersebut berasal dari hewan secara alami, dan "bukan virus yang dimanipulasi atau dibuat".

Kesimpulan sementara ini kemudian menyebabkan sejumlah ilmuwan dan komentator mengatakan bahwa "teori kebocoran lab" sudah terbantahkan.

Meski ada bukti kuat bahwa virus itu berasal dari kelelawar, namun ada pertanyaan penting yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut, yakni bagaimana virus kelelawar menyebabkan pandemi hingga mengakibatkan kematian dan kekacauan ekonomi global?

Ia menyatakan akan mencoba menyelidikinya. Namun ia tidak bisa menjamin bahwa penyelidikan itu akan berhasil.

Kendati demikian, kata Koopmans, ada yang bisa dipelajari dari "kesimpulan sementara" penelitian itu, yakni bagaimana kita bisa mengenali mana yang benar-benar "kuman jahat" dari kelelawar itu.

"Ada berbagai macam (virus kelelawar), jadi mana yang benar-benar berisiko tinggi. Dan bagaimana kita bisa mengenalinya?" kata Koopmans.

Baca juga: Intelijen AS Masih Bingung Soal Asal-usul Covid-19

Koopmans mengatakan bahwa risiko pandemi kian tinggi. Semua orang harus berusaha untuk menghindarinya.

"Karena cara dunia berubah - peningkatan populasi, kepadatan, dan lebih banyak interaksi antara manusia dan hewan, kita perlu belajar di mana ada kesalahan dan bagaimana kita bisa menghindarinya di masa depan," ujarnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi