Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog: Vaksin Booster Berbayar Belum Saatnya dan Tidak Etis!

Baca di App
Lihat Foto
freepik
Ilustrasi vaksin booster
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau vaksin booster diwacanakan dapat dilakukan pada awal 2022. 

Wacana tersebut diungkapkan oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, 25 Agustus 2021.

Dikutip dari Kompas.com, 27 Agustus 2021, Budi mengatakan pembiayaan vaksin booster dapat menggunakan skema mandiri atau melalui BPJS.

Sementara harga suntikan booster diperkirakan Rp 100.000 per dosis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adapun yang ditanggung pemerintah hanya kalangan tidak mampu dan merupakan Penerima Bantuan Iuran (PBI) pada program BPJS Kesehatan.

"Rencananya kapan pemerintah akan melakukan suntik ketiga? Kalau kita semakin cepat kita harapkan mungkin di Januari sudah bisa selesai semua. Di awal tahun depan kita sudah mulai melakukan suntik ketiga," kata Budi dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR.

Baca juga: WHO Minta Vaksin Booster Ditunda, Ini Alasannya

Masih dibahas Kemenkes

Meskipun telah diungkapkan oleh Menkes, wacana soal vaksin booster bagi masyarakat umum belum diputuskan. 

Juru Bicara Satgas Vaksin Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut, vaksin booster masih dalam tataran pembahasan dan kebijakannya belum final. 

"Belum ada terkait aturan booster set vaksin, kami masih bahas dan belum final kebijakannya," ujar Nadia dikutip dari Kontan.co.id. 

Nadia mengatakan, vaksinasi dosis booster yang sudah dilakukan saat ini hanya diperuntukan bagi tenaga kesehatan (nakes). 

Pemberian booster bagi nakes ini sebagai perlindungan untuk mereka yang memiliki risiko tinggi terpapar virus corona.

"Kalau nakes sudah dikaji dari awal, karena kondisis darurat dan perlindungan untuk garda terdepan. Tetapi tidak bisa untuk masyarakat luas karena uji klinis dan publikasi belum ada," kata Nadia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/8/2021).

Baca juga: WHO Minta Tunda Vaksin Booster, Berikut Tanggapan Kemenkes

 

Epidemiolog: belum saatnya

Sementara itu menurut epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo, vaksin booster memang diperlukan di tengah-tengah pandemi Covid-19. Namun menurut dia bukan untuk saat ini.

"Diperlukan tentu iya, tapi belum saatnya sekarang, sementara coverage vaksinasi masih rendah," kata Windhu pada Kompas.com, Minggu (29/8/2021).

Windhu mengatakan, wacana vaksin booster ini tidak tepat disampaikan saat ini. Menurut dia, wacana vaksin booster dibicarakan ketika hampir semua penduduk Indonesia sudah mendapatkan vaksin Covid-19 lengkap. 

"Nanti bila nyaris semua total sasaran yang 208 juta penduduk Indonesia sudah divaksinasi lengkap dua dosis, barulah vaksin booster (ke-3 atau ke-4) bisa diwacanakan, mau gratis atau berbayar itu tergantung bagaimana kondisi pandemi saat itu," tutur Windhu.

Pihaknya mengingatkan, masyarakat umum, termasuk pejabat publik, dan lain-lain tidak boleh memperoleh vaksin booster atau vaksin dosis ke-3. 

"WHO sendiri sudah melarang booster ke-3 saat ini di mana masih banyak penduduk dunia yang belum memperoleh vaksinasi sama sekali," tegasnya.

Baca juga: Viral Unggahan Uang Logam Rp 100.000 Terbuat dari Emas, Ini Kata BI

 

Tidak etis saat banyak warga belum divaksin

Di sisi lain, alih-alih membahas soal vaksin booster atau vaksin dosis ketiga, epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman meminta Pemerintah fokus pada penyelesaian program vaksinasi dosis 1 dan 2 terlebih dulu. 

Sebab menurut dia, apabila program vaksinasi tidak berjalan baik maka berpotensi akan ada lonjakan kasus hingga kematian.

Menurut Dicky vaksin booster baru bisa diberikan tahun depan, namun dengan catatan.

"Dengan catatan setidaknya sudah 80 persen dari total penduduk sudah mendapat vaksinasi kedua atau lengkap," ujar Dicky.

Membahas soal vaksin berbayar di saat masih banyak warga kesulitan mengakses vaksin gratis program Pemerintah, menurut Dicky tidak etis. 

"Belum lagi kelompok yang sulit diajak vaksin, dengan adanya vaksin berbayar maka akan lebih sulit lagi mengajak mereka," jelas Dicky.

Baca juga: PPKM Berakhir Besok, Akankah Diperpanjang? Ini Tren Kasus Covid-19 Selama Sepekan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi