KOMPAS.com - Pemerintah mengimbau masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 untuk dirawat ke tempat isolasi terpusat (isoter) walau hanya menunjukkan gejala ringan. Ini agar memudahkan pemantauan, terutama saat perburukan kondisi seperti badai sitokin.
"Saya ingin mengingatkan kembali, bahwa sekarang sebaiknya bagi semua yang mengalami gejala ringan untuk diisolasi di fasilitas pemerintah, di isolasi terpusat atau isoter isitilahnya," kata Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 dr. Reisa Broto Asmoro, Jumat (27/8/2021).
Kondisi kesehatan para pasien Covid-19 yang dirawat di isoter akan mudah dipantau dibandingkan mereka yang menjalani isolasi mandiri (isoman). Terutama apabila terjadi perburukan kondisi.
"Selain dapat meringankan beban dan kekhawatiran keluarga di rumah, isoter memudahkan perkembangan kondisi kesehatan kasus terkonfirmasi positif terpantau sehingga bergerak menjadi gejala sedang atau berat, tindakan medis akan jauh lebih cepat dilakukan dan pasien dapat diselamatkan," imbuhnya.
Pemerintah pun telah menyediakan puluhan ribu tempat tidur di fasilitas isoter di Jawa-Bali dan 40 ribu tempat tidur lainnya di luar Jawa dan Bali.
Baca juga: Kendala Pemkab Banyuwangi Pindahkan Pasien Isoman ke Tempat Isoter: Mereka Ada yang Ketakutan...
Isoman sumbang angka kematian tinggi
Sebulan terakhir, Indonesia menjadi negara yang mencatatkan kasus kematian harian tertinggi akibat Covid-19.
Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Brigjen TNI (Purn) Alexander Ginting mengatakan, penyebab angka kematian yang tinggi ini adalah keengganan masyarakat menjalani isolasi terpusat.
Pasalnya, masyarakat lebih memilik menjalani isoman ketimbang berada di isoter.
"Karena banyaknya pilihan untuk isoman bagi mereka yg positif Covid-19. Padahal penerintah menganjurkan isolasi terpusat (isoter)," tutur Alex seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (24/8/201).
Apabila menjalani isolasi terpusat, kata Alex, masyarakat bisa mendapatkan perawatan lebih baik. "Keuntungan isoter adalah tempat terpusat, ada pendampingan, tersedia tim medik, tersedia obat-obatan, tersedia makan minum, dan menurunkan klaster keluarga," ujarnya.
Baca juga: Pasien Covid-19 Gejala Ringan Tetap Diminta Isolasi Terpusat, Kenapa?
Agar cepat tangani badai sitokin
Ada banyak risiko yang bisa dialami pasien Covid-19 saat menjalani isolasi mandiri. Alex menggarisbawahi kondisi komorbid pasien.
Begitu pula potensi munculnya badai sitokin. Kondisi pasien bisa tidak terkendali apabila tidak terdeteksi lebih awal.
"Isoman sering membawa perburukan, pneumonia, gagal nafas, ARDS (sindrom gangguan pernapasan akut) dan kematian," ujar dia.
Pasien Covid-19 yang mengalami badai sitokin harus segera ditangani secara intensif karena kondisi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ dan mengancam nyawa.
Konsultan Paru Sub Infeksi RSUP Persahabatan, dr Erlina Burhan MSc SpP(K) menjelaskan, pada prinsipnya, jika ada virus yang masuk ke dalam organ paru di tubuh, reaksi yang timbul adalah keluarnya sitokin-sitokin.
Baca juga: Kerusakan Organ akibat Badai Sitokin, Bisakah Disembuhkan?
Ketika virus SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin.
Erlina melanjutkan, pelepasan atau keluarnya sitokin ini dapat memengaruhi perilaku sel di sekitarnya.
Sitokin tersebut lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel tersebut untuk memicu reaksi peradangan.
Dilansir dari New Scientist, lebih banyak sel imun yang aktif hingga menyebabkan hiperinflamasi dapat membahayakan dan merenggut nyawa.
Pada pasien Covid-19, badai sitokin menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah.
Kantung udara kecil di paru-paru akan dipenuhi cairan yang menyebabkan pasien Covid-19 kesulitan bernapas.
Selain sesak napas, sebagian besar pasien Covid-19 yang mengalami badai sitokin juga mengalami demam.
Baca juga: Penyebab Badai Sitokin, Komplikasi Covid-19 yang Perlu Diwaspadai
Berikut adalah beberapa gejala badai sitokin yang perlu diwaspadai:
- Kedinginan atau menggigil
- Kelelahan
- Pembengkakan di tungkai
- Mual dan muntah
- Nyeri otot dan persendian
- Sakit kepala
- Ruam kulit
- Batuk
- Napas cepat
- Kejang
- Sulit mengendalikan gerakan
- Kebingungan dan halusinasi
- Tekanan darah sangat rendah
- Penggumpalan darah
Sumber: Kompas.com (Penulis: Rosy Dewi Arianti Saptoyo, Penulis : Gloria Setyvani Putri, Lulu Lukyani|Editor: Rendika Ferri Kurniawan)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.