Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Menyebut Anda dalam Ceritanya.. is Another Level of Happiness”

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - "Menyebut Anda dalam ceritanya is another level of happiness".

Kalimat tersebut tampak sederhana dan biasa-biasa saja. Akan tetapi, siapa sangka, satu kalimat bisa menarik puluhan ribu orang melalui media sosial.

Berawal dari cuitan Twitter @zhouvar pada Kamis (2/9/2021). Ia menuliskan kalimat tersebut dan dalam sehari, tepatnya pada Jumat (3/9/2021) sore, cuitan itu mendapat 1,5 ribu balasan, 9,3 ribu retweet, dan 39,9 ribu like.

Mengapa sebuah kalimat sederhana bisa mendapat engagement luas di media sosial?

Baca juga: 7 Tips Jaga Komunikasi Hubungan Jarak Jauh di Masa Pandemi Corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengaruh psikologis pengguna media sosial

Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Alimatul Qibitiyah menjelaskan bahwa kata-kata atau kalimat yang menjadi viral di media sosial bisa terjadi karena banyak orang yang merasa terhubung dengan topik tersebut.

"Semakin banyak orang mengalami, merasakan, maka dia semakin terlibat dalam percakapan itu," kata Alimatul saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (3/9/2021).

Pada contoh "menyebut anda dalam ceritanya", kalimat itu menjadi sesuatu yang berkaitan dengan emosi atau perasaan.

Sehingga, pengguna media sosial yang sengaja atau tidak sengaja melihat kalimat tersebut merasa memiliki pengalaman yang sama.

"Ketika seseorang disebut namanya itu membuat bahagia, sesuatu banget dan sebagainya. Walaupun juga tergantung ya disebutnya dalam rangka apa. Kalau konteksnya sedih ya deg-degan juga, kan begitu. Tidak selalu bahagia," jelas Alimatul.

Hal ini terbukti dari beberapa balasan pengguna Twitter lainnya dalam cuitan tersebut.

Baca juga: Jatuh Cinta Pengaruhi Nafsu Makan dan Bikin Berkeringat, Kok Bisa?

Pengaruh emosi pada komunikasi

Interaksi adalah sarana komunikasi utama dalam kehidupan sehari-hari dan berfungsi untuk mengoordinasikan kegiatan bersama antara individu.

"Kalau dalam ilmu komunikasi itu, semakin banyak orang mengalami dalam kehidupan dia sehari-hari, maka dia akan semakin tertarik untuk terlibat dalam komunikasi itu," tutur Alimatul.

Ada beberapa titik di mana orang-orang yang berkomunikasi mencapai pengertian atau kesamaan pada aspek-aspek tertentu. Mereka juga memberi sinyal satu sama lain pada konteks tertentu pula.

"Sesuatu yang lebih personal juga ya kadang-kadang, mengandung emosi, sesuatu yang sifatnya menyentuh emosi itu juga lebih kuat ya," imbuh dia.

Sayangnya, model komunikasi semacam ini juga kerap dimanfaatkan kelompok-kelompok ekstrem.

Alimatul mencontohkan kelompok kekerasan ekstrem mengatasnamakan agama yang menghimpun simpatisan melalui visual-visual yang mengharukan dan menyentuh emosi.

"Jadi visual yang menyentuh hati itu akan mudah mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuai dengan yang diinginkan oleh pemberi berita atau pembawa berita yang pertama kali itu," terang dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi