Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Merasa Dikhianati AS karena Preteli Helikopter dan Pesawat "Warisan"

Baca di App
Lihat Foto
AFP PHOTO/JAVED TANVEER
Anggota Taliban menaiki Humvee yang mereka rampas setelah pasukan Amerika Serikat meninggalkan Afghanistan. Taliban mengadakan konvoi untuk memamerkan alat-alat militer AS hasil rampasan, di Kandahar, Rabu (1/9/2021).
Penulis: Farid Assifa
|
Editor: Farid Assifa

KOMPAS.com - Taliban marah-marah dan mengatakan merasa dikhianati Amerika Serikat terkait "warisan" helikopter dan pesawat.

Kemarahan milisi Taliban ini muncul karena AS mempreteli helikopter dan pesawat yang ditinggalkannya di Afghanistan.

Sebelumnya, AS melakukan demiliterisasi angkatan udara mereka di Afghanistan, sebelum memulangkan semua tentaranya dari negeri tersebut pada 30 Agustus waktu setempat.

Amerika meninggalkan 48 pesawat yang kemudian disita Taliban. Namun dari 48 pesawat itu, belum diketahui berapa yang masih bisa beroperasi.

Baca juga: AS Pereteli Helikopter dan Pesawatnya, Taliban Marah-marah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemarahan Taliban itu terungkap dari hasil tur media televisi Al Jazeera ke Bandara Afghanistan.

Presenter Charlotte Beliis menyebutkan, Taliban berharap AS meninggalkan helikopter dan pesawat mereka dalam keadaan utuh.

Beliis kemudian menanyakan alasan Taliban merasa yakin bahwa AS meninggalkan pesawat dalam keadaan utuh.

"Mereka menjawab 'kami yakin ini adalah aset nasional. Kami adalah pemerinah sekarang. Kami tentu menggunakannya dengan baik," kata Beliis menirukan ucapan Taliban.

Menurut Beliis, Taliban merasa dikhianati AS karena mendapatkan warisan persenjataan udara yang sudah dipreteli.

Baca juga: Taliban Klaim Taklukkan Panjshir, Kuasai Afghanistan Secara Penuh

Kata Beliis, Taliban berharap bandara bisa beroperasi kembali secepatnya sehingga warga bisa bepergian.

Dilaporkan juga, selain pesawa, AS juga meninggalkan aset lainnya berupa 70 kendaraan anti-penyergapan dan ranjau, dan 27 Humvee. Amerika juga meninggalkan 200 warganya di Afghanistan. (Sumber: Kompas.com/ Penulis Ardi Priyanto Utomo | Editor: Ardi Priyanto Utomo)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi