Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar Negara yang Bakal Suntikkan Booster Vaksin Covid-19, Untuk Siapa Saja?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Daniel Chetroni
Ilustrasi vaksin Pfizer. Studi dunia nyata tunjukkan keamanan vaksin dan efek samping vaksin Pfizer. Penelitian di Israel menunjukkan, vaksin Covid-19 mRNA ini aman, dengan tingkat efek samping berat yang relatif kecil.
|
Editor: Artika Rachmi Farmita

KOMPAS.com - Sejumlah negara mulai mempertimbangkan untuk menyuntikkan vaksin booster atau suntikan tambahan untuk meningkatkan daya imun tubuh terhadap virus Covid-19.

Suntikan tambahan ini digaungkan oleh sejumlah negara untuk meningkatkan perlindungan bagi warganya selama pandemi.

Di sisi lain, World Health Organization (WHO) telah berulang kali menyerukan negara-negara kaya untuk berbuat lebih banyak dengan membantu meningkatkan akses negara berkembang pada vaksin Covid-19.

Kesenjangan distribusi vaksin global makin terpampang nyata lantaran baru sekitar 1,8 persen orang di Afrika yang divaksinasi dua dosis. Menurut Our World in Data, angka ini jauh berbeda dibandingkan dengan di Uni Eropa dan AS yang telah mencapai sekitar 50 persen.

WHO berpendapat bahwa tidak ada yang aman dari Covid-19 sampai semua orang di muka bumi aman. Sebab, semakin lama dan semakin luas virus menyebar, semakin besar peluang munculnya varian baru.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis global akan semakin panjang sebelum pandemi benar-benar berakhir.

Penasihat khusus WHO, Dr Bruce Aylward, mengatakan penundaan booster vaksin Covid-19 itu adalah bentuk seruan kepada negara kaya agar menahan kebijakan mereka.

"Sampai dan kecuali kita membuat seluruh dunia mendapatkannya (vaksin Covid-19) dalam perang melawan pandemi. Seperti yang telah kita lihat dari munculnya varian demi varian (Covid-19), kita tidak bisa keluar darinya, kecuali seluruh dunia keluar darinya bersama-sama,” kata Aylward.

Meski begitu, beberapa negara tetap keukeuh merancang penyuntikan booster vaksin Covid-19, termasuk mencampur kombinasi vaksin bagi warga mereka.

Baca juga: WHO Minta Negara Kaya Dunia Tunda Program Booster Vaksin Covid-19

Negara mana sajakah itu? Untuk siapa vaksin tambahan itu ditujukan?

Singapura

Mengikuti langkah sejumlah negara, Singapura mengumumkan rencana pemberian boostervaksin Covid-19 untuk menghadapi wabah baru yang didorong oleh varian Delta.

Menurut para pejabat terkait pada Jumat (3/9/2021), hal ini dilakukan karena kasus Covid-19 di Singapura masih meningkat meskipun tingkat vaksinasi juga tinggi.

Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan bahwa komite ahli telah merekomendasikan dosis ketiga untuk orang berusia 60 tahun ke atas dan yang memiliki sistem kekebalan lemah.

Dikutip dari AFP, Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung menggambarkan keputusan itu sebagai "langkah pencegahan sebelum antibodi semakin berkurang".

Untuk usia di atas 60-an, vaksin booster dapat diberikan 6-9 bulan setelah dosis kedua, yang berarti paling cepat bulan ini bagi sebagian orang, kata Ong.

Lalu bagi yang imunnya lemah, booster vaksin Covid-19 harus diberikan setelah dua bulan. Sistem kekebalan dapat dilemahkan oleh beberapa penyakit, atau oleh perawatan untuk penyakit seperti kanker.

Negeri Singa itu telah beralih ke strategi hidup berdampingan dengan virus corona, alih-alih secara teratur memberlakukan lockdown.

Baca juga: Singapura Akan Suntikkan Booster Vaksin Covid-19 ke Orang Tua dan Imunitas Lemah

 

Lebih dari 80 persen populasi sudah divaksin dosis penuh, tetapi para pejabat mengatakan, pelonggaran pembatasan domestik dan pembukaan perbatasan hanya akan dilakukan secara bertahap.

Kasus corona di Singapura mengalami peningkatan stabil dalam beberapa pekan terakhir, dan sekarang melaporkan lebih dari 100 kasus per hari. Namun, secara umum dampak kasus Covid-19 di Singapura tergolong ringan, dengan sekitar 68.000 infeksi dan 55 kematian.

 

Thailand

Pada bulan Juli silam, Thailand menjadi negara pertama di dunia yang mencampur vaksin buatan China dan vaksin yang dikembangkan Barat. Ini dilakukan menyusul lonjakan angka kasus dan kematian saat pemerintah mereka berjuang mengamankan pasokan vaksin.

Kementerian Kesehatan Thailand mengatakan vaksin Covid-19 Sinovac yang diikuti oleh AstraZeneca menunjukkan tanda aman. Selain itu, kombinasi vaksin berhasil meningkatkan kekebalan di antara 1,5 juta warga pertama yang menerimanya.

"Formula silang telah disuntikkan ke lebih dari 1,5 juta orang dan itu aman. Tolong jangan katakan hal-hal yang akan menimbulkan kekhawatiran," kata pejabat kesehatan senior Supakit Sirilak pada konferensi pers dikutip Kompas.com, Jumat (3/9/2021).

Thailand, yang telah memproduksi vaksin AstraZeneca, tidak akan lagi memberikan dua dosis CoronaVac dari Sinovac. Hanya 13 persen dari 66 juta populasi Thailand yang telah divaksinasi dua dosis.

Sebagian besar dari 1,2 juta penularan dan 12.103 kematian akibat virus corona yang terjadi setelah April tahun ini disebabkan oleh varian Alpha dan Delta yang sangat menular.

Untuk itu, Kementerian Kesehatan Thailand mengklaim kombinasi Sinovac-AstraZeneca terbukti meningkatkan kekebalan ke tingkat yang sama dengan dua suntikan AstraZeneca.

Artinya target vaksinasi di negara tersebut dapat diselesaikan lebih cepat karena jarak dua dosis yang lebih pendek. Formula tersebut akan digunakan untuk sebagian besar vaksinasi di Thailand, kata Sekretaris Tetap Kesehatan Masyarakat, Kiatiphum Wongrajit.

Nantinya, dosis booster diberikan kepada tiga juta orang yang telah menerima dua suntikan Sinovac, menggunakan jenis vaksin yang berbeda.

"Kemungkinan di bulan September ini," kata menteri kesehatan Anutin Charnvirakul.

Baca juga: Campuran Vaksin Sinovac dan AstraZeneca Aman di Thailand, 1,5 Juta Orang Sudah Disuntik

Anutin meminta anggota parlemen untuk tidak mengkritik vaksin Sinovac untuk melindungi warga Thailand dan menghindari kerusakan hubungan diplomatik dengan China.

Sebelumnya diberitakan bahwa efektivitas vaksin Sinovac sempat menimbulkan kekhawatiran di beberapa negara, terutama untuk menghadapi varian Delta.

Amerika Serikat

Di Negeri Paman Sam, perdebatan soal pemberian booster vaksin sudah memanas sejak lama.

Diansir dari New York Post, Presiden AS Joe Biden mendiskusikan dengan pakar penyakit menular pemerintah, Dr Anthony Fauci untuk mempercepat jangka waktu suntik booster vaksin Covid-18 dari yang sebelumnya 8 bulan sekali.

Bahkan pada Jumat (27/8/2021), Biden sedang mempertimbangkan untuk mensyaratkan penggunaan suntikan booster vaksin Covid-19 menjadi lebih cepat, yakni setiap 5 bulan sekali.

Suntikan booster vaksin Covid-19 untuk orang Amerika akan dimulai pada 20 September, sambil menunggu persetujuan dari FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan komite ahli luar CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit).

Mengenai waktu suntikan booster vaksin, Biden belum membeberkan apa saja rekomendasi dokter Fauci.

Menurut data CDC, 73,5 persen orang dewasa AS telah mendapatkan setidaknya satu dosis suntikan vaksin Covid-19 dan 62,8 persen vaksinasi penuh. Vaksin Covid-19 secara dramatis menurunkan risiko gejala serius, rawat inap, dan kematian.

Namun tingkat vaksinasi yang tinggi tidak menghentikan lonjakan kasus virus varian Delta, dengan rata-rata harian lebih dari 156.000 kasus baru Covid-19 di AS pada pekan lalu, sesuai dengan tingkat kasus pada akhir Januari.

Baca juga: Biden Pertimbangkan Suntik Booster Vaksin Covid-19 5 Bulan Sekali

Jepang

Tak hanya Amerika Serikat dan Singapura, Jepang juga tengah mencari kemungkinan untuk mencampur vaksin AstraZeneca dengan vaksin yang dikembangkan perusahaan farmasi lain.

Sebagaimana dilansir Reuters, Minggu (29/8/2021), Jepang telah mengandalkan vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna untuk program vaksinasinya.

Lalu pada Juli, Tokyo menyetujui penggunaan vaksin AstraZeneca dan mengamankan dua juta dosis dari vaksin tersebut.

Kepala program vaksinasi nasional, Taro Kono, mengatakan kepada saluran Fuji TV bahwa dia telah meminta Kementerian Kesehatan Jepang untuk menggabungkan dua vaksin yang berbeda.

“Vaksin AstraZeneca untuk dosis pertama dan vaksin Pfizer untuk dosis kedua. Atau AstraZeneca sebagai dosis pertama dan Moderna sebagai dosis kedua,” kata Kono.

Jika disetujui, Kono mengatakan program tersebut dapat mempercepat kampanye vaksinasi nasional karena memperpendek interval antara suntikan pertama dan kedua.

Baca juga: Percepat Vaksinasi, Jepang Cari Kemungkinan Campur Dua Vaksin Berbeda

 

Sebelumnya, Kono juga menyatakan akan ada vaksinasi dosis ketiga (booster) tahun 2022 mendatang. Pihaknya berharap setidaknya 80 persen anak muda Jepang divaksinasi.

Dalam sebuah percakapan, Menteri Kono mengomentari perlunya vaksinasi dosis ketiga, yang disebut "vaksinasi booster."

"Saya pikir Jepang mungkin akan melakukan vaksinasi ketiga di suatu tempat tahun depan," kata Taro Kono di Twitter, Jumat (30/7/2021).

Menurutnya, orang yang telah divaksinasi dua kali tahun ini harus divaksinasi sekali lagi tahun depan, dan mereka yang tidak divaksinasi tahun ini harus divaksinasi dua kali tahun depan.

"Kami mengimbau kaum muda untuk melakukan vaksinasi. Saya berharap generasi muda akan mencapai hampir 80 persen divaksinasi," harap Taro Kono.

Jumlah orang yang telah divaksinasi hingga dosis kedua ditargetkan akhir Agustus 2021 mencapai 40 persen dari penduduk Jepang atau sekitar 48 juta jiwa.

Sumber: ABC Indonesia (Penulis: Hellena Souisa), Kompas.com (Penulis: Shintaloka Pradita Sicca, Aditya Jaya Iswara, Danur Lambang Pristiandaru), Tribunnews (Penulis: Koresponden Jepang, Richard Susilo)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi