Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Mandala Jatuh dan Meledak di Medan, 149 Tewas

Baca di App
Lihat Foto
Repro Harian Kompas/Ahmad Arif
Seorang petugas berlari menenteng tandu untuk mencari korban di antara reruntuhan pesawat Mandala jenis Boeing 737-200 yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, kawasan Padang Bulan, Medan, Senin (5/9) pagi. Sedikitnya tercatat 149 orang, penumpang pesawat dan warga, tewas dalam musibah tersebut.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Hari ini, 16 tahun lalu, tepatnya pada 5 September 2005 pagi, pesawat Mandala Air mengalami kecelakaan di Jalan Jamin Ginting, kawasan Padang Bulan Medan, Sumatera Utara (Sumut).

Mandala Air dengan nomor penerbangan RI-091 jatuh dan meledak, hingga menewaskan 149 orang, terdiri dari 94 penumpang, 5 awak pesawat, dan 50 warga di sekitar lokasi kejadian.

Harian Kompas pada 6 September 2005 memberitakan, warga sekitar yang turut menjadi korban di antaranya penghuni rumah, pemilik warung, pengayuh becak, dan pejalan kaki.

Sementara, salah satu dari penumpang pesawat nahas jenis Boeing 737-200 yang tewas adalah Gubernur Sumatera Utara ketika itu, Tengku Rizal Nurdin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencananya, Tengku Rizal Nurdin akan terbang ke Jakarta dan menghadiri rapat para gubernur dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Selain Tengku Rizal, ada pula dua anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sumut Abdul Halim Harahap dan Raja Inal Siregar yang juga mantan Gubernur Sumut periode 1988-1998.

Baca juga: Daftar Negara dengan Militer Terkuat di Dunia 2021, Indonesia Juara 1 di ASEAN, 20 Besar di Dunia

Kronologis kejadian

Pesawat buatan 1981 itu rencananya akan bertolak ke Jakarta via Padang dari Bandar Udara Polonia Medan dengan jadwal keberangkatan pukul 09.40.

Namun sesaat setelah lepas landas sekitar pukul 10.06, pesawat membentur pagar landasan, melompati anak Sungai Babura, menghantam perumahan, kemudian meledak, dan hancur berkeping-keping.

Serpihan badan pesawat beterbangan bersamaan dengan ledakan, berhamburan di Jalan Jamin Ginting 100 meter dari Pasar Pagi Padang Bulan.

Ledakan pesawat membuat tujuh rumah hancur terbakar. Serpihan pesawat menimpa tujuh mobil dan sedikitnya 10 sepeda motor yang tengah melintas dan parkir di Jalan Jamin Ginting.

Menurut seorang petugas pemadam kebakaran, Edi Pradesa, yang datang pertama kali ke lokasi kejadian, ia menemukan 10 korban tewas di tiga rumah toko yang terbakar.

Sedikitnya 10 rumah tinggal dan toko di salah satu jalan protokol di Medan itu hangus terbakar. Empat mobil pribadi dan dua angkutan kota turut hangus karena tertimpa pesawat.

"Awalnya terdengar deru keras pesawat. Hanya sesaat, tiba-tiba terdengar ledakan keras dari arah bandara. Belum sempat berpikir apa yang terjadi, saya melihat badan pesawat Mandala yang dibalut bunga api meluncur deras tak karuan dari arah landasan dan jatuh persis di sisi kanan jalur Jalan Jamin Ginting," kata seorang warga di sekitar lokasi ledakan, Ana boru Tarigan.

"Serpihannya disertai bunga api beterbangan ke mana-mana. Saya dan sejumlah orang berlarian menyelamatkan diri karena takut pesawat akan meledak lebih dahsyat," imbuh dia.

Baca juga: 10 Negara dengan Militer Terkuat di Dunia 2021, Bagaimana dengan Indonesia?

Terjadi ledakan

Salah seorang penumpang yang selamat Helda Suryani mengatakan, sebelum pesawat jatuh terjadi ledakan hingga empat kali.

Helda yang duduk di kursi bagian paling belakang mengisahkan, ledakan terakhir yang disusul kobaran api dari arah depan menyebabkan badan pesawat hancur.

Sementara, Sangapta Tarigan, saksi mata yang melihat langsung jatuhnya pesawat menuturkan, ekor pesawat sudah menabrak tiang lampu di ujung landasan.

"Setelah itu terdengar ledakan. Pesawat terus melaju sampai ke jalan (Jalan Jamin Ginting) dan menabrak rumah- rumah yang ada di sisi jalan," ujar Tarigan.

"Pesawat baru berhenti setelah menabrak tiang listrik, meledak lagi, dan patah. Bagian ekornya tertahan di dekat tiang listrik, sementara bagian depannya hancur menabrak rumah," imbuh dia.

Saksi mata lain, Noviarti berujar, awalnya terdengar suara ledakan keras seperti petir dari ujung landasan yang berdekatan dengan jalan umum.

Para pedagang dan pembeli yang memadati pasar berhamburan ke jalan.

Saksi lainnya, Modang Nainggolan menuturkan, dia melihat pesawat tersebut terbang rendah dan kemudian jatuh yang diiringi dua ledakan.

Warga Kelurahan Beringin, Kecamatan Medan Selayang, Medan, Nikson Simanjuntak, mengemukakan, dia mendengar suara mesin pesawat lalu disusul ledakan yang menggetarkan rumahnya.

"Getarannya seperti sedang terjadi gempa. Begitu kami keluar, ternyata asap tebal sudah membubung tinggi di Jalan Jamin Ginting," ujar dia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi 3 Pesawat Jet Bertabrakan di Udara, 69 Orang Tewas dan Ratusan Terluka

Penyebab kecelakaan

Menteri Perhubungan (Menhub) saat itu, Hatta Rajasa mengatakan, kotak hitam pesawat nahas itu berhasil ditemukan tak lama usai kejadian.

"Biarkan Komite Nasional Penyelidik Kecelakaan Pesawat bekerja optimal. Yang jelas, pesawat itu dari segi umurnya layak terbang dan baru saja dilakukan C-check di bengkel pesawat Garuda," tuturnya.

Laporan yang diterima dari menara Bandara Polonia, katanya, menyebutkan bahwa pesawat Mandala itu gagal terbang saat lepas landas.

Diberitakan Kompas.com, 5 September 2019, isu yang beredar selepas tragedi nahas itu, pesawat terlalu berat lantaran mengangkut kargo durian.

Pesawat kemudian stall (kehilangan daya angkat) jatuh kembali ke landasan dan terus melaju keluar ujung landasan (overrun), hingga menabrak belasan rumah di sepanjang jalur ujung luar runway.

Memang benar ditemukan kargo durian di puing reruntuhan pesawat, namun hasil akhir penyelidikan kargo dan CG (center of gravity) pesawat, tidak turut andil sebagai faktor yang berkontribusi kepada gagal take off-nya Mandala RI-091.

Hasil penyelidikan akhir dari Komisi Nasional Keselematan Transportasi (KNKT) terungkap fakta bahwa penyebab utama dari kecelakaan RI-091 adalah flaps dan slats pesawat yang tidak menjulur keluar.

Sementara kru (pilot dan kopilot) tidak mengetahuinya akibat kerusakan teknis yang juga tidak disadari oleh kru pesawat.

Flaps merupakan sirip tambahan di sayap pesawat. Sementara slats berada di pinggiran depan sayap.

Laporan akhir lengkap hasil investigasi KNKT tentang kecelakaan Mandala Airlines penerbangan RI-091 di Polonia, Medan dapat diunduh di laman resmi KNKT di link berikut ini.

Baca juga: Spesifikasi Pesawat Kepresidenan yang Ganti Cat Merah Putih, Apa Kecanggihannya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi