Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi jika Vaksin Sinovac dan AstraZeneca Dikombinasi?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/PalSand
Ilustrasi vaksin Covid-19 yang dikembangkan perusahaan Johnson & Johnson dilaporkan menyebabkan gangguan menstruasi. Badan obat Eropa, EMA, telah menegaskan sejauh ini tidak ada hubungan antara gangguan menstruasi dan vaksin Covid-19.
|
Editor: Maya Citra Rosa

KOMPAS.com - Pemerintah Thailand memberikan vaksinasi dengan mencampur dua jenis vaksin Sinovac dan vaksin AstraZeneca sejak Juli 2021 lalu.

Upaya tersebut untuk mengendalikan infeksi Covid-19 dari lonjakan akibat varian delta.

Mengutip Kompas.com dari Reuters, Kementerian Kesehatan Thailand mengatakan Kamis (2/9/2021), bahwa rejimen vaksin Covid-19 buatan Sinovac China dengan diikuti vaksin AstraZeneca.

Lantas, apa yang terjadi setelah pencampuran dua jenis vaksin Covid-19 tersebut?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut ini fakta-fakta terkait vaksin campuran yang dilakukan pemerintah Thailand:

Hasil vaksin campuran

Kedua jenis vaksin ini menunjukkan hasil yang aman dan berhasil meningkatkan kekebalan di antara 1,5 juta penerima vaksin campuran pertama di negara ini.

Baca juga: Vaksin Sinovac dan AstraZeneca di Thailand Dicampur, Bagaimana Hasilnya?

Negara pertama yang mencampur jenis vaksin

Thailand menjadi negara pertama di dunia yang mencampur vaksin China dan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh negara Barat, ketika kasus Covid-19 dan angka kematian di negara itu melonjak.

Pemerintah Negara Gajah Putih itu pun juga masih terus berupaya menyediakan pasokan vaksin Covid-19 untuk memenuhi vaksinasi terhadap seluruh warganya.

"Formula silang (vaksin campuran antara vaksin Sinovac dan AstraZeneca) telah disuntikkan ke lebih dari 1,5 juta orang dan itu aman. Tolong jangan katakan hal-hal yang akan menimbulkan kekhawatiran," kata pejabat kesehatan senior Thailand, Supakit Sirilak mengatakan pada konferensi pers.

Lebih dari 66 juta warga Thailand sudah divaksin lengkap

Sirilak mengatakan bahwa Thailand, yang telah memproduksi vaksin AstraZeneca, tidak akan lagi memberikan dua dosis vaksin CoronaVac dari Sinovac.

Dia menambahkan bahwa hanya 13 persen dari populasi penduduk di Thailand, atau lebih dari 66 juta orang di negara ini telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 secara lengkap.

Mayoritas dari 1,2 juta infeksi Covid-19 dan 12.103 kematian akibat virus corona terjadi setelah April tahun ini.

Lonjakan kasus Covid-19 di Thailand ini disebabkan oleh penyebaran varian Alpha dan varian Delta yang sangat menular.

Vaksin campuran tingkatkan kekebalan

Kementerian kesehatan Thailand mengatakan kombinasi vaksin Sinovac dan vaksin AstraZeneca telah dapat meningkatkan kekebalan ke tingkat yang sama dengan dua suntikan vaksin AstraZeneca.

Artinya, vaksinasi Covid-19 dapat diselesaikan lebih cepat karena jarak dosis yang lebih pendek.

Sekretaris Tetap Kesehatan Masyarakat Kiatiphum Wongrajit menambahkan bahwa formula campuran kedua vaksin Covid-19 yang berbeda tersebut akan digunakan untuk sebagian besar vaksinasi di Thailand.

Baca juga: Campuran Vaksin Sinovac dan AstraZeneca Aman di Thailand, 1,5 Juta Orang Sudah Disuntik

Vaksin booster juga akan berbeda

Sementara vaksin booster atau dosis penguat akan diberikan kepada 3 juta orang yang telah menerima dua dosis vaksin Sinovac.

Namun, menurut menteri kesehatan Anutin Charnvirakul, dosis penguat ini akan menggunakan jenis vaksin Covid-19 yang berbeda, dan kemungkinan akan dimulai pada bulan ini.

Vaksin Sinovac yang berasal dari virus corona yang tidak aktif telah menimbulkan kekhawatiran di beberapa negara terkait resistensinya terhadap varian Delta.

Awal pekan ini, selama debat kecaman tentang krisis virus corona, Anutin mengatakan kepada anggota parlemen untuk tidak mengkritik vaksin Sinovac.

Hal itu dilakukan untuk melindungi publik Thailand dan menghindari rusaknya hubungan negara tersebut dengan China.

"Penodaan vaksin Sinovac oleh banyak anggota (rumah) dapat menimbulkan kepanikan, kebingungan, dan kekhawatiran masyarakat," katanya.

(Sumber: Kompas.com Penulis Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas | Editor Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi