Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Daerah dengan Angka Kematian Covid-19 Tertinggi, Mana Saja?

Baca di App
Lihat Foto
covid19.go.id
Grafik angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia per 3 September 2021.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Jumlah kasus virus corona di Indonesia masih terus bertambah terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Maret 2020 silam.

Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, jumlah pasien yang terjangkit Covid-19 di Indonesia total mencapai 4.129.020 orang hingga Minggu (5/9/2021) pukul 12.00 WIB.

Dalam satu hari terakhir, terdapat penambahan 5.403 kasus baru dan 392 orang meninggal akibat virus corona.

Baca juga: Daftar Terbaru 10 Daerah dengan Kasus Covid-19 Tertinggi di Indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari penambahan itu, maka total kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia yakni 135.861 kasus.

Berdasarkan grafik di Worldometers, Minggu (5/9/2021), tampak tren penurunan angka kasus harian dan kematian di Indonesia.

Kendati demikian, sejumlah daerah masih mencatatkan angka kematian yang tinggi.

Baca juga: Apakah PPKM Akan Terus Diperpanjang Setiap Pekannya? Ini Kata Jubir Luhut

Berikut 10 daerah dengan kasus kematian Covid-19 tertinggi hingga Jumat (3/9/2021), dikutip dari laman covid19.go.id:

 

  1. Jawa Tengah: 28.681
  2. Jawa Timur: 28.467
  3. Jawa Barat: 13.599
  4. DKI Jakarta: 13.331
  5. Kalimantan Timur: 5.177
  6. DI Yogyakarta: 4.913
  7. Riau: 3.774
  8. Bali: 3.568
  9. Lampung: 3.560
  10. Sumatera Selatan: 2.925

Baca juga: Efek Samping Vaksin Moderna Disebut Lebih Terasa ketimbang Vaksin Lain, Apa Sebabnya?

Imbauan satgas

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, penurunan angka kematian akibat Covid-19 harus jadi fokus setiap pemerintah daerah.

Wiku mengingatkan angka kematian akibat Covid-19 pada Agustus lebih tinggi dibandingkan Juli 2021.

"Kita harus berfokus pada penurunan angka kematian. Pada prinsipnya, seluruh kepala daerah wajib mencari tahu penyebab kematian utama di daerahnya dan menghubungkan dengan keadaan kapasitas daerah," ujar Wiku dilansir dari siaran pers di laman covid19.go.id, Jumat (3/9/2021).

Wiku menuturkan, tingginya angka kematian disebabkan karena tingkat keterisian rumah sakit yang penuh, alat kesehatan yang dibutuhkan tidak tersedia di rumah sakit rujukan, tidak ada tempat isolasi terpusat atau adanya isolasi terpusat yang tidak dimanfaatkan dengan baik.

Baca juga: Potensi KIPI Vaksin Covid-19 Moderna dan Cara Mengatasinya...

Penyebab kematian tinggi

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, sebagian besar pasien Covid-19 yang masuk ke rumah sakit sudah dalam kondisi parah.

Salah satunya ditengarai dengan angka saturasi oksigen sudah di bawah 90 persen.

"Kalau sudah di bawah 94 persen harus segera dirujuk. Either itu ke puskesmas atau isolasi terpusat atau ke rumah sakit," kata Budi melalui jumpa pers virtual, Senin (2/8/2021).

Baca juga: 7 Bantuan yang Digelontorkan Selama Pandemi Covid-19

Berdasarkan data antara Mei-Juli 2021, saturasi oksigen pasien IGD di RS vertikal dalam kondisi parah terus meningkat.

Pasien dengan saturasi di bawah 80 persen pada bulan Mei sebanyak 179 pasien, meningkat dua kali lipat di bulan berikutnya dengan angka 793 pasien.

Sementara pada Juli meningkat lagi dua kali lipat, yaitu 1669 pasien.

Baca juga: Ramai soal Covid-22, Benarkah Lebih Berbahaya daripada Covid-19?

Adapun pasien dengan saturasi di bawah 90 persen pada Mei sebanyak 1.290 pasien, meningkat di bulan berikutnya dengan angka 3.081 pasien.

Sementara pada Juli meningkat lagi dengan 3.697 pasien. Selain terlambat mendapatkan perawatan, Budi juga menyayangkan pasien Covid-19 yang menolak mendapat bantuan medis karena merasa malu.

"Banyak pasien yang terlambat mendapat intevensi medis. Kita tanya ke banyak orang, banyak yang merasa mereka malu kalau mengakui mereka sakit Covid-19," imbuh dia.

Baca juga: Saat WHO Pantau Varian Virus Corona Baru Bernama Mu...

Kematian di IGD meningkat

Budi melaporkan bahwa rata-rata lama rawat inap pasien Covid-19 di rumah sakit semakin singkat, sebelum akhirnya pasien meninggal.

"Bahwa kematian itu terjadi kalau sebelumnya rata-rata 8 hari dirawat, sekarang 4,5 hari sudah wafat rata-rata, lebih cepat," kata Budi.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata pasien yang meninggal sebagian besar terjadi di ruang instalasi gawat darurat (IGD).

"Dulu kematian di IGD itu hampir tidak ada, sedikit sekali," tutur dia.

Baca juga: Warga Jakarta Butuh IGD, Cek di NEW SIRANAP 3.0

 

Biasanya, saat orang yang sakit pertama kali datang, maka akan dirawat di IGD.

Kemudian tenaga medis akan memeriksanya dan pasien menunggu untuk mendapatkan kamar. Apabila kondisi pasien memburuk, maka akan dibawa ke Intensive Care Unit (ICU). Sebelumnya, sebagian kasus kematian terjadi di ICU atau di kamar isolasi.

"Dalam 3 bulan terakhir, yang kita amati di IGD justru kenaikannya kematiannya tinggi. Itu yang membuat kenapa mereka lebih singkat atau sebentar ada di rumah sakit sebelum wafat," jelas Budi.

Baca juga: Daftar Bantuan dari Pemerintah Selama PPKM dan Cara Mengeceknya

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Kenapa Penyintas Covid-19 Tetap Perlu Divaksin?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi